5 Reptil Invasif Paling Merugikan, Jangan Dibiarkan Berkeliaran Bebas!

- Reptil invasif merugikan ekosistem dan masyarakat lokal di Amerika, Eropa, dan Asia.
- Iguana hijau merusak ekosistem di Florida dan mulai menyebar ke wilayah Asia.
- Sanca bodo berkeliaran di Florida selama tiga dekade dan menjadi hewan terancam punah yang dilindungi di Indonesia.
Hewan invasif merupakan penyebutan bagi hewan asing yang merusak dan berbahaya bagi ekosistem dan masyarakat lokal di suatu daerah. Gelar hewan invasif juga bisa disematkan pada semua jenis hewan, mau itu mamalia, ikan, serangga, burung, sampai reptil. Dalam hal ini, reptil menjadi salah satu hewan invasif yang paling umum dan sangat merugikan. Reptil invasif juga ada di mana-mana, mulai dari Amerika, Eropa, sampai Asia.
Tapi, tak banyak orang yang paham akan kehadiran reptil invasif. Umumnya, banyak orang yang mengira kalau reptil invasif di daerah mereka memang sudah hidup di sana sejak dulu. Padahal, reptil-reptil invasif tersebut bisa hadir karena campur tangan manusia selama puluhan hingga ratusan tahun. Jadi, mari kita bahas beberapa reptil invasif yang paling merugikan agar kamu bisa membasmi dan mencegah penyebaran mereka!
1. Iguana hijau

Iguana iguana atau iguana hijau merupakan salah satu spesies invasif paling terkenal, khususnya di Florida, Amerika Serikat. Dilansir Florida Museum, kehadiran iguana hijau di Florida sudah sangat merusak dan merugikan. Ia kerap mengganggu masyarakat, mampu bersaing dengan satwa lokal, bahkan bisa merusak rantai makanan dan ekosistem lokal. Karenanya, hewan ini harus dibasmi dan diusir dari wilayah Florida.
Tapi tak cuma di Florida, saat ini invasif iguana hijau juga sudah mulai menyebar ke wilayah Asia. Jika membahas asal-usulnya, sebenarnya kadal herbivor sepanjang 1 sampai 2 meter ini merupakan hewan asli Amerika Selatan. Lebih lanjut, ia bisa menyebar secara luas akibat campur tangan manusia, seperti perdagangan atau sengaja dilepas ke alam liar. Jadi, jika memelihara iguana hijau kamu harus menjaganya di kandang dan jangan melepaskannya ke kebun, hutan, atau sawah.
2. Sanca bodo

Sama seperti iguana hijau, hewan dengan nama ilmiah Python bivitattus ini menjadi reptil invasif di wilayah Florida. Dilansir CABI Digital Library, setidaknya sanca bodo sudah berkeliaran di Florida selama tiga dekade atau 300 tahun. Uniknya, sanca bodo bisa hidup dengan tenang di Florida karena di sana tak ada predator yang mengganggunya. Ukuran sanca bodo juga besar di mana panjangnya bisa mencapai 5 meter. Alhasil, populasinya terus memludak dan ia terus merusak ekosistem di Florida.
Dahulu, sanca bodo merupakan peliharaan yang populer. Sayangnya, banyak orang yang tak sanggup merawat ular tersebut dan akhirnya melepaskannya ke alam liar. Sanca bodo sendiri merupakan ular tidak berbisa. Uniknya, hewan ini juga bisa ditemukan di Indonesia dan ia menjadi hewan terancam punah yang dilindungi di Indonesia. Berbeda dengan di Florida, sanca bodo merupakan hewan asli Indonesia yang populasi terus menurun akibat kerusakan habitat dan perburuan liar.
3. Bunglon taman

Laman Ecologyasia menjelaskan kalau Calotes versicolor atau bunglon taman mampu menggusur populasi bunglon hijau yang berasal dari genus Bronchocela. Karena hal tersebut, ia menjadi reptil invasif yang cukup berbahaya, khususnya di wilayah Asia Tenggara seperti Singapura dan Indonesia. Tak hanya itu, kemampuan adaptasinya yang tinggi juga membuat bunglon taman bisa hidup di berbagai habitat dan wilayah.
Untungnya, kadal ini mudah dibedakan dari bunglon hijau yang merupakan hewan asli Asia Tenggara. Secara spesifik, bunglon taman punya kepala besar, badan gemuk, dan warna jigga, cokelat, atau krem di tubuhnya. Selain itu, ia juga punya duri-duri besar di kepala dan punggung. Biasanya, hewan ini sering terlihat di semak-semak, pepohonan, dan area bersuhu panas seperti perkotaan.
4. Kadal anole

Anole atau kadal anole merupakan penyebutan bagi kadal yang berasa dari genus Anolis. Kadal ini mudah dikenali dari badannya yang ramping, kepalanya yang memanjang, dan kehadiran dewflap atau membran kulit lebar di bagian bawah lehernya. Soal warna, ia sangat beragam karena tiap spesies punya banyak perpaduan warna, seperti cokelat, hijau, sampai biru. Terakhir, kadal anole dibagi menjadi 400 spesies yang mana semuanya merupakan hewan arboreal.
Dikutip Anole Annals, kadal anole bisa menyebar dan menjadi reptil invasif karena aktivitas manusia. Awalnya, kadal anole hanya bisa ditemukan di wilayah Amerika Selatan. Tapi, perdagangan dan penjelajahan membuat hewan ini mulai menyebar luas ke wilayah Amerika Utara. Nah, sejak pertama kali menginjakan kaki di Amerika Utara akhirnya hewan ini menjelma menjadi reptil invasif yang berbahaya karena mampu merusak keseimbangan eksosistem lokal.
5. Ular pohon cokelat

Secara khusus, Boiga irregularis atau ular pohon cokelat merupakan reptil invasif di wilayah Guam. Dalam hal ini, ular berbisa menengah asal Indonesia dan Australia ini mulai datang ke Guam setelah Perang Dunia Kedua. Nah, setelah tinggal di Guam, ular ini dengan cepat merusak ekosistem dengan cara memakan dan memusnahkan berbagai spesies lokal, mulai dari burung sampai mamalia kecil. Karenanya, sejak saat itu pemusnahan dan pembasmian terhadap ular ini terus dilakukan dengan gencar.
Ular pohon cokelat termasuk ular berukuran sedang dengan panjang mencapai 3 meter. Warnanya cokelat, matanya bulat, badannya ramping, dan kepalanya besar. Ia termasuk ular arboreal yang artinya hewan ini sering beraktivitas di pepohonan. Walau termasuk hewan invasif, untungnya hewan ini tidak agresif. Justru, gerakannya cukup lambat dan ia akan kabur saat bertemu manusia.
Di balik ukurannya yang kecil, ternyata reptil bisa menjelma menjadi hewan invasif yang berbahaya. Karena ulah mereka, ekosistem bisa rusak, hewan bisa sakit, dan populasi satwa lokal bisa musnah. Nah, untuk mencegah efek negatif dari reptil invasif kamu bisa melakukan beberapa hal. Contohnya, basmi reptil invasif yang ada di sekitar, jangan lepaskan reptil asing ke alam, dan jaga lingkungan agar aman dari kehadiran reptil invasif.