Kenapa Kucing Lebih Sulit Diatur Dibandingkan Anjing?

Kadang sampai bingung sebenarnya siapa yang jadi majikan?

Kucing dan anjing sudah sejak lama jadi hewan peliharaan favorit manusia. Karakter keduanya yang lucu dan mudah ditemui di sekitar lingkungan manusia jadi salah satu alasan mengapa mereka begitu populer untuk dipelihara. Meski begitu, pada dasarnya, kucing dan anjing itu merupakan hewan yang berbeda. Itu sebabnya, kedua hewan ini jelas memiliki karakternya masing-masing.

Salah satu yang membedakan dua hewan peliharaan ini adalah soal kepatuhan. Kalau memelihara anjing, pemiliknya masih bisa mengontrol tindakan si anjing, mulai dari memerintahkannya untuk melakukan hal-hal sederhana sampai mengajarkannya untuk mematuhi beberapa aturan. Berbanding 180 derajat, pemilik kucing sulit, bahkan hampir tidak bisa, untuk melakukan hal yang sama pada peliharaannya itu.

Buat kamu yang memelihara kucing pun pasti setuju, kan? Bahkan, ketika sudah memutuskan untuk memelihara si lincah ini, kadang kita suka kebingungan sebenarnya siapa, sih, yang jadi majikannya? Ternyata ada alasan ilmiahnya dibalik sulitnya manusia untuk mengatur tindakan atau perilaku kucing, lho. Penasaran, kan? Yuk, simak alasan kenapa kucing lebih sulit diatur dibandingkan anjing.

1. Berhubungan dengan sifat kucing

Kenapa Kucing Lebih Sulit Diatur Dibandingkan Anjing?Tanpa bantuan manusia sekalipun, kucing sebenarnya termasuk hewan yang independen. (commons.wikimedia.org/Bramans)

Kucing bukannya tidak bisa dilatih sama sekali untuk mematuhi hal-hal tertentu. Hanya saja si lincah ini punya sifat yang berbeda dengan anjing. Agar mereka bisa mengerti suatu perintah, perlu usaha ekstra. Adapun, sifat itu terkait dengan kucing yang lebih mandiri dan independen.

Dilansir Animal Path, kucing tidak mengenal namanya sistem hierarki dalam hidupnya. Jadi, sekalipun si kucing dipelihara oleh manusia, mereka tidak akan menganggap pemiliknya sebagai majikan. Ditambah lagi, kucing termasuk hewan yang soliter. Pada dasarnya, mereka bisa memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga mereka sama sekali tidak bergantung pada manusia. 

Biarpun demikian, sebenarnya kucing pun masih bisa merasakan kasih sayang dan perhatian dari pemiliknya. Hanya saja, kucing tidak akan merasakan hal itu dalam waktu yang lama seperti anjing. Ditambah lagi, mereka mudah bosan jika melakukan hal yang sama berulang kali. Itu sebabnya, pemilik perlu lebih kreatif untuk melakukan stimulus pada kucing tiap harinya.

Selain itu, mengutip Science Norway, seorang ahli biologi asal Inggris, John Bradshaw, menyebut kalau kucing itu hewan yang sangat mudah stres. Bahkan, mereka bisa stres lewat hal-hal terkecil sekalipun, misalnya mendengar objek terjatuh atau suara kursi yang bergeser. Ketika kucing sudah merasa stres, kadang mereka akan menunjukkan beberapa sikap yang cukup mengganggu, seperti jadi lebih agresif, menggaruk tanpa henti, hingga buang air kecil dan besar sembarangan. 

Kalau kucing menunjukkan perilaku nakal, kita pun dianjurkan untuk tidak memberikannya hukuman. Sebab, menurut Susanne Schötz, menghukum kucing justru tidak akan membuatnya menjadi lebih patuh. Pada dasarnya, kucing tidak memahami konsep hukuman. Ketika menerima hal itu, justru kucing akan menganggapnya sebagai ancaman dan segera menjauhi orang yang melakukan hal itu. Akibat dari hal ini jelas berujung pada semakin sulitnya untuk mendekati dan mengatur si kucing.

Baca Juga: 7 Fakta Kucing Himalaya, Tidak Berhubungan dengan Pegunungan Himalaya

2. Jadi sebenarnya kucing menganggap pemiliknya sebagai siapa?

Kenapa Kucing Lebih Sulit Diatur Dibandingkan Anjing?seekor kucing yang dipelihara oleh manusia (commons.wikimedia.org/Trougnouf)

Kalau kucing pada dasarnya sudah bisa hidup mandiri tanpa bantuan manusia dan tak mengenal sistem hierarki, lantas apa anggapan kucing pada pemiliknya? Pada poin sebelumnya, sudah disebutkan kalau kucing tidak menganggap pemilik sebagai majikan. Hal ini jelas berbeda dengan anjing yang bisa memahami sistem hierarki dan selalu menganggap pemiliknya sebagai majikan.

Dalam wawancara yang dilakukan National Geographic bersama John Bradshaw, kucing sebenarnya bisa membedakan manusia dengan sesama kucing ketika berinteraksi. Meski begitu, kucing tidak menunjukkan perilaku yang berbeda saat bersama manusia ataupun sesama kucing. Menggerakkan ekor, menggosok-gosok tubuh, duduk di sekitar, sampai menjilat-jilat merupakan perilaku yang sama-sama ditunjukkan kucing terhadap manusia dan sesama kucing.

John Bradshaw mengaku kalau untuk menentukan kucing menganggap manusia sebagai siapa itu masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Akan tetapi, ia menyebut kalau kucing akan berperilaku tertentu pada kita sesuai dengan apa yang ia pelajari. Sebagai contoh, kucing menginginkan sesuatu dan pemilik meresponsnya ketika si kucing mengeluarkan suara tertentu. Ia akan melakukan hal yang sama ketika menginginkan hal yang sama pula.

Lebih lanjut lagi, kucing pun sebenarnya bisa berkomunikasi dengan pemilik dan mencobanya lewat beberapa cara. Kebiasaan mereka untuk menggosok-gosok badan, menggerakkan ekor, sampai menjilati manusia seperti yang sudah disebutkan sebelumnya itu merupakan beberapa cara kucing mencoba berkomunikasi dengan kita. Hebatnya lagi, kalau si kucing tinggal bersama beberapa manusia dalam satu rumah, ia bisa membedakan cara untuk berinteraksi dengan masing-masing manusia. Itu karena si kucing akan selalu mengamati mereka di rumah tersebut. Bahkan, bisa saja si kucing memiliki seorang manusia yang jadi favoritnya dalam satu rumah.

3. Kita tetap bisa melatih kucing, tetapi ada syaratnya

Kenapa Kucing Lebih Sulit Diatur Dibandingkan Anjing?Menunjukkan kasih sayang merupakan salah satu langkah untuk melatih kucing. (pixabay.com/BNT_Photographer)

Oke, kita sudah tahu kalau kucing itu hewan yang independen dan hampir tidak butuh bantuan manusia. Lantas, apakah itu artinya mereka tidak bisa dilatih untuk memahami hal-hal sederhana agar tidak merusak atau mengotori rumah? Jawabannya tetap bisa! Hanya saja, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa syarat yang harus dilakukan.

Science Norway melansir bahwa pemilik kucing perlu memahami perilaku kucingnya ketika melakukan sesuatu yang dianggap nakal. Apakah perilaku itu ditunjukkan karena mereka merasa stres atau disebabkan karena hal lain? Setelah mengetahui penyebabnya, jangan sampai melatih si kucing dengan hukuman. Kucing akan lebih responsif ketika diberi latihan dengan sistem hadiah.

Maksudnya, ketika mencoba untuk melatih kucing agar tidak buang air kecil atau besar sembarangan, tunjukkan tempat di mana mereka harusnya melakukan hal itu. Ketika mereka sudah mengetahui tempatnya, beri hadiah berupa makanan atau camilan. Untuk menstimulus kucing lebih baik lagi, pemilik bisa menggunakan clicker, sebuah alat yang akan mengeluarkan bunyi "klik" ketika mengeluarkan camilan di dalamnya.

Suara "klik" itu akan dianggap sebagai tanda bagi si kucing. Ketika ia melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan pemilik, kucing akan belajar kalau ia akan mendapatkan hadiah berupa camilan ketika mendengar suara "klik". Biarpun cukup efektif, pemilik tetap harus memperhatikan beberapa hal sebelum melatih kucing lewat cara ini.

Menurut Animal Path, pemilik tidak perlu memaksa kucing untuk latihan dalam durasi yang lama. Kucing tidak dapat melakukan sesuatu dalam waktu yang relatif lama karena rentan bosan dan stres. Ditambah lagi, memori jangka pendek kucing hanya akan bekerja maksimal selama 2 menit saja. Oleh karena itu, batasi waktu latihan sesingkat mungkin dan jangan mengekangnya. Selain itu, perhatikan mood kucing ketika akan dilatih. Pastikan mereka merasa nyaman dan tidak terlalu lapar maupun terlalu kenyang ketika latihan dimulai.

Pada akhirnya, kita memang belum tahu secara pasti apa anggapan kucing terhadap pemiliknya. Yang jelas, mereka memang bisa membedakan manusia dengan sesama kucing meski tetap menunjukkan perilaku yang sama. Pada akhirnya, kucing akan tetap berpikir seperti kucing dan bertindak layaknya kucing. Mereka sulit diatur dengan cara manusia karena pada dasarnya kucing merupakan makhluk yang independen dan bertindak semaunya. Oleh karena itu, mereka perlu belajar sendiri tentang hal-hal tertentu dengan cara-cara yang dipahami kucing.

Baca Juga: 6 Fakta Kodkod, Kucing yang Tidak Bisa Berenang Terlalu Lama!

Anjar Triananda Ramadhani Photo Verified Writer Anjar Triananda Ramadhani

Penulis yang suka menulis dengan tema sains, alam, dan teknologi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya