Musim dingin adalah saat paling dingin yang ada di bumi. Hanya sebagian wilayah di belahan bumi saja yang mengalami musim dingin ini. Suhu udara saat musim ini bahkan bisa mencapai titik beku atau di bawah titik beku hingga membuat salju terbentuk.
Beberapa hewan akan melakukan adaptasi dalam menghadapi rendahnya suhu lingkungan selama musim dingin. Salah satunya adalah dengan adanya fenomena Dehnel yang terjadi pada beberapa hewan. Apa itu fenomena Dehnel?
Fenomena Dehnel merupakan fenomena penyusutan beberapa bagian tubuh hewan yang dilakukan saat musim dingin. Hal ini terjadi pada beberapa spesies hewan yang tinggal di wilayah dengan musim dingin. Hewan-hewan tersebut akan menyusutkan ukuran tubuhnya pada saat memasuki musim dingin.
Fenomena Dehnel atau efek Dehnel sendiri ditemukan oleh seorang ahli biologi asal Polandia bernama August Dehnel pada tahun 1949. Dilansir dari Jurnal Current Biology oleh Lazaro dan Dechmann (2021), fenomena ini pertama kali dideskripsikan tentang variasi ukuran tikus yang terjadi musiman pada tengkorak, tulang belakang, dan massa tubuhnya.
Penurunan suhu udara yang drastis saat musim dingin membuat hewan-hewan perlu melakukan adaptasi. Salah satu bentuk adaptasi pada hewan yang paling sering kita dengar adalah dengan berhibernasi. Namun, ternyata beberapa hewan ternyata tidak mengalami hibernasi saat musim dingin tiba.
Dikutip dari Jurnal Current Biology oleh Lazaro dan Dechmann (2021), beberapa mamalia kecil tetap aktif sepanjang tahun bahkan saat musim dingin. Mereka tidak melakukan hibernasi saat musim dingin tiba, melainkan melakukan penyusutan pada ukuran tubuhnya. Penyusutan ukuran tubuh ini membuat berkurangnya kebutuhan makanan, sehingga meningkatkan peluang hewan-hewan ini untuk bertahan hidup di musim dingin.
Fenomena Dehnel membuat beberapa hewan akan mengalami penyusutan tubuhnya yang membuat ukurannya menjadi lebih kecil di musim dingin. Lazaro dan Dechmann (2021) dalam Jurnal Current Biology menyebutkan penyusutan pada fenomena Dehnel ini terjadi pada jaringan yang membutuhkan banyak energi, seperti otak dan organ dalam. Hal ini dapat membantu hewan-hewan tersebut untuk menghemat energi selama periode dengan sumber makanan yang berkurang. Selain itu, penyusutan ini juga dapat terjadi pada kerangka tubuh hewan.
Proses penyusutan tubuh hewan pada fenomena Dehnel ini terjadi secara reversibel atau dapat kembali. Dikutip dari Jurnal Current Biology oleh Lazaro dan Dechmann (2021), fenomena Dehnel merupakan perubahan pada individu yang bersifat reversibel. Fenomena Dehnel membuat beberapa hewan akan memiliki ukuran yang lebih kecil di musim dingin dan kembali menjadi lebih besar di musim panas.
Contohnya seperti pada spesies tikus, Sorex araneus, yang mengalami penyusutan dan pertumbuhan kembali musiman ini tercermin dari perubahan besar pada kapasitas tempurung otak, massa otak, dan volume otak. Hewan ini akan menyusutkan tempurung otaknya hingga 18% pada musim dingin. Sepanjang musim semi berikutnya sebagian akan menumbuhkan kembali tempurung otaknya hingga 13%, sampai mencapai puncak ukuran pada musim panas.
Fenomena Dehnel ini terjadi pada beberapa mamalia yang berukuran kecil yang hidup di wilayah yang memiliki musim dingin, seperti di benua Eropa. Dikutip dari Jurnal Current Biology oleh Lazaro dan Dechmann (2021), beberapa hewan yang mengalami fenomena Dehnel ini, diantaranya ada tikus biasa, tikus air, tikus bergigi merah, cerpelai dan musang. Adapun melansir dari Natural History Museum, ditemukan pula bahwa tikus tanah juga mengalami fenomena ini saat musim dingin.
Fenomena unik ini terjadi pada beberapa spesies hewan mamalia yang hidup di wilayah dengan musim dingin. Hewan-hewan tersebut dilakukan mereka sebagai bentuk adaptasi pada suhu yang rendah saat musim dingin.