Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Kucing Pelupa? 6 Fakta soal Ingatan Jangka Panjangnya

ilustrasi kucing tidur (pexels.com/Aleksandar Cvetanovic)
Intinya sih...
  • Kucing memiliki memori jangka panjang yang terkait dengan emosi, seperti suara pemilik dan pengalaman positif atau traumatis.
  • Memori spasial kucing membantu mereka mengenali lokasi penting dan merasa aman, tapi juga membuat mereka cemas saat lingkungan berubah.
  • Kemampuan penciuman kucing yang tajam memungkinkan mereka mengenali aroma dan membentuk asosiasi emosional yang kuat dalam memori jangka panjang.

Kucing dikenal sebagai hewan peliharaan yang penuh kejutan. Di balik wajah polos dan tingkah manjanya, mereka ternyata menyimpan kecerdasan yang tak disangka. Salah satu kemampuan menakjubkan yang dimiliki kucing adalah memori jangka panjang. Ya, kucing bisa mengingat berbagai hal penting selama bertahun-tahun.

Fakta ini tentu mengejutkan bagi banyak orang. Apalagi, banyak yang mengira kucing hanya hidup di momen saat ini dan mudah lupa. Padahal, memori mereka bisa sangat tajam, terutama untuk hal-hal yang menyentuh emosi atau berkaitan dengan kebiasaan. Yuk, simak fakta-fakta menarik tentang memori jangka panjang kucing berikut ini!

1. Kucing bisa mengingat orang yang memberinya kasih sayang

ilustrasi kucing hitam berinteraksi dengan manusia (unsplash.com/Andrey Stakhovskiy)

Kucing memiliki kemampuan memori jangka panjang yang terbukti secara ilmiah. Mereka bisa mengingat siapa saja yang memperlakukan mereka dengan baik, seperti memberi makan, mengelus dengan lembut, atau berbicara dengan suara menenangkan. Memori ini biasanya terkait erat dengan emosi, sehingga lebih mudah tertanam dalam ingatan.

Penelitian menunjukkan bahwa kucing dapat mengenali suara pemiliknya bahkan setelah terpisah selama bertahun-tahun. Dalam beberapa kasus, ingatan ini bisa bertahan hingga satu dekade atau lebih, terutama jika pengalaman tersebut menyentuh emosi atau berkaitan dengan naluri bertahan hidup. Jadi, perlakuan baik dari manusia tidak hanya disukai, tapi benar-benar diingat oleh kucing.

Kamu bisa melihat tanda-tanda pengenalan ini dari perilaku kucing, seperti mendekat, mengeong lembut, atau menggosokkan tubuh ke mantan pemiliknya. Ini menandakan bahwa kucing mengenali dan menghargai sosok yang pernah memberinya kenyamanan. Jadi, jika kamu menyayangi kucingmu dengan tulus, dia akan selalu mengingatmu, bahkan setelah waktu yang lama.

2. Trauma buruk juga tersimpan lama dalam memori kucing

ilustrasi kucing ditinggal sendirian (pexels.com/MAG Photography)

Kucing tak hanya mengingat hal-hal menyenangkan, tetapi juga menyimpan pengalaman buruk dalam memorinya. Ingatan terhadap kejadian traumatis, seperti kekerasan atau pengabaian, bisa bertahan lama dan memengaruhi perilaku mereka sehari-hari. Ini membuat beberapa kucing terlihat lebih tertutup atau sulit didekati setelah mengalami masa lalu yang kelam.

Reaksi seperti mudah kaget, agresif, atau takut disentuh bisa jadi tanda adanya trauma yang masih membekas. Kucing yang pernah hidup di jalan atau di tempat yang tidak aman cenderung lebih waspada terhadap lingkungan barunya. Namun, ini bukan berarti mereka tidak ingin dekat, melainkan karena rasa aman mereka belum pulih sepenuhnya.

Proses pemulihan memori traumatis pada kucing butuh pendekatan yang sabar dan konsisten. Suasana yang tenang, penuh kasih sayang, dan rutinitas yang stabil dapat membantu mereka merasa lebih nyaman. Seiring waktu, memori positif yang baru bisa perlahan menggantikan bayangan kelam yang dulu membayangi.

3. Kucing mampu mengingat lokasi dan kebiasaan sehari-hari

ilustrasi kucing dalam perjalanan pulang meski jauh (pexels.com/Cats Coming)

Kucing dikenal memiliki memori spasial yang tajam untuk mengenali lokasi penting di sekitarnya. Mereka dapat mengingat dengan akurat letak makanan, tempat tidur favorit, atau kotak pasirnya. Kemampuan ini membantu mereka menjaga rutinitas dan merasa aman di lingkungannya.

Saat lingkungan tiba-tiba berubah, kucing bisa merasa cemas atau bingung. Mereka sangat sensitif terhadap perubahan posisi benda karena mengandalkan pola tata letak yang tersimpan di otak. Itulah sebabnya beberapa kucing tampak gelisah setelah pindahan atau saat perabot dipindahkan.

Penelitian juga membuktikan bahwa kucing mampu membayangkan lokasi manusia atau objek berdasarkan suara. Mereka tidak hanya mengingat lokasi, tapi juga bisa menyesuaikan navigasi dengan kondisi sekitar. Ini menunjukkan bahwa otak kucing menyimpan peta mental yang cukup kompleks dan fleksibel.

4. Aroma menjadi salah satu pemicu memori terkuat pada kucing

ilustrasi hidung kucing (pixabay.com/Vanessa Matthyssen)

Kucing memiliki indra penciuman yang jauh lebih tajam daripada manusia. Kemampuan ini memungkinkan mereka mengenali aroma khas seperti bau tubuh pemilik, tempat tidur, atau lingkungan rumah. Aroma-aroma tersebut akan terekam kuat di ingatan dan menjadi pemicu memori yang efektif.

Otak kucing mengaitkan bau tertentu dengan pengalaman atau emosi masa lalu. Misalnya, bau pemilik bisa membangkitkan rasa aman yang pernah dirasakan. Karena itu, meskipun terpisah lama, seekor kucing bisa mengenali kembali orang yang akrab lewat aroma tubuhnya.

Penelitian menunjukkan bahwa kucing bahkan menyimpan memori penciuman sejak masih kecil. Anak kucing bisa mengenali bau induknya saat dewasa, menandakan adanya ingatan jangka panjang berbasis aroma. Sistem penciuman ini juga berperan penting dalam perilaku sosial kucing seperti mengenali wilayah atau menandai lingkungan.

5. Kucing belajar dari pengalaman masa lalu

ilustrasi kucing membawa mangsa (pexels.com/Artem Makarov)

Kucing tidak mudah lupa—mereka menggunakan memori jangka panjang untuk belajar dari pengalaman sebelumnya. Otak mereka menyimpan informasi dari peristiwa masa lalu, seperti insiden menakutkan atau menyenangkan, lalu menggunakannya untuk menyesuaikan perilaku. Misalnya, seekor kucing bisa menjadi lebih berhati-hati di tempat tinggi setelah pernah jatuh.

Mereka juga mampu mengasosiasikan suara tertentu dengan kejadian yang dialami. Bunyi pembuka kaleng bisa memicu antusiasme karena diasosiasikan dengan makanan. Sebaliknya, suara vacuum cleaner mungkin menimbulkan ketakutan karena mengingatkan pada pengalaman yang membuat stres.

Penelitian menunjukkan bahwa ingatan kucing bersifat aktif dan kontekstual, bukan sekadar refleks. Mereka mampu mengingat lokasi, suara, dan peristiwa yang memiliki arti penting dalam hidup mereka. Hal ini memperkuat bukti bahwa memori mereka kompleks dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.

6. Hubungan emosional membantu memperkuat ingatan kucing

ilustrasi anak kecil bermain dengan kucing (pexels.com/cottonbro studio)

Kucing dapat membentuk hubungan emosional yang kuat dengan manusia, yang tidak semata didasarkan pada makanan. Hubungan ini mencakup rasa nyaman, aman, dan keterikatan yang berkembang dari interaksi sehari-hari. Studi menunjukkan bahwa kucing mengenali dan merespons ekspresi emosi manusia melalui suara dan wajah, menandakan adanya pemrosesan sosial yang kompleks.

Kedekatan emosional ini memperkuat ingatan jangka panjang kucing terhadap pemiliknya. Mereka lebih cenderung mengingat dan mencari individu yang memberi rasa aman dan pengalaman positif. Ikatan seperti ini membuat kucing merasa tenang di sekitar orang yang dikenalnya, terutama dalam situasi baru atau menegangkan.

Interaksi seperti membelai dengan lembut, berbicara, dan bermain secara konsisten memperkuat hubungan ini. Aktivitas tersebut menciptakan asosiasi emosional yang disimpan dalam memori kucing. Akibatnya, kucing membangun keterikatan yang bertahan lama, bahkan jika tidak bertemu pemiliknya untuk sementara waktu.

Memori jangka panjang kucing bukanlah mitos belaka. Mereka bisa mengingat orang, tempat, suara, bahkan pengalaman emosional selama bertahun-tahun. Dengan mengenal kemampuan ini, kita bisa lebih bijak memperlakukan kucing dan menjaga hubungan yang lebih hangat dan penuh kasih.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us