Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa yang Ada di Pusat Galaksi hingga Selalu Terlihat Terang?

ilustrasi galaksi (pexels.com/pixabay)

Kalau dibandingkan dengan keberadaan kita di Bumi, tata surya jelas jadi area yang jauh-jauh lebih besar. Namun, betapa pun besarnya ukuran tata surya, tempat ini hanya satu bagian kecil dari 3.200-an tata surya lain yang ada di Galaksi Bima Sakti yang sudah berhasil kita amati sejauh ini, dilansir NASA.  Selain itu, ada ratusan miliar bintang berbeda yang mengelilingi galaksi ini.

Berkat angka-angka tersebut, Galaksi Bima Sakti diperkirakan punya diameter sekitar 100 ribu tahun cahaya. Artinya, butuh waktu 100 ribu tahun bagi cahaya untuk sampai dari satu ujung ke ujung lain galaksi ini dan tata surya kita pun perlu waktu sekitar 240 juta tahun hanya untuk memutari Galaksi Bima Sakti satu kali! Tentunya ada banyak galaksi lain selain Galaksi Bima Sakti yang ukurannya sama, lebih kecil, atau bahkan lebih besar di seluruh alam semesta.

Nah, kalau dari gambar-gambar galaksi yang kita lihat, bentuk galaksi umumnya terlihat seperti spiral atau elips dengan cahaya besar di tengahnya. Kamu sendiri pernah penasaran, gak, sih, terhadap apa sebenarnya cahaya yang ada di tengah atau pusat dari tiap galaksi itu? Kalau iya, yuk, kita cari tahu jawabannya melalui pembahasan di bawah ini!

1. Bagaimana galaksi terbentuk?

potret Galaksi Messier 83 yang ditangkap Teleskop Hubble (commons.wikimedia.org/NASA, ESA, and the Hubble Heritage Team (STScI/AURA))

Sebelum masuk pada pembahasan utama, penting untuk mengetahui soal bagaimana sebuah galaksi itu dapat terbentuk. Sebagai petunjuk awal, galaksi terdiri atas begitu banyak objek luar angkasa, semisal bintang, planet, awan gas dan debu, satelit alami, sampai meteorit. Seluruh objek tersebut tertarik pada satu medan gravitasi tertentu sampai berkumpul dan mengorbit pada satu titik ke titik lain.

Dilansir NASA, galaksi terkecil sekalipun diperkirakan memiliki ribuan bintang dan membentang sejauh ratusan tahun cahaya. Sementara itu, galaksi-galaksi terbesar menyimpan sampai miliaran bintang dengan jarak jutaan tahun cahaya lebih. Soal usia, ahli astronomi memperkirakan kalau rata-rata galaksi yang ada di alam semesta itu berusia 10—13,6 miliar tahun atau tak jauh berbeda dengan usia alam semesta yang diperkirakan sekitar 13,8 miliar tahun. Namun, ada pula beberapa galaksi “muda” yang baru terbentuk sekitar 500 juta tahun yang lalu.

Kemudian, soal bagaimana galaksi itu terbentuk, ternyata jawabannya adalah awan gas raksasa! American Museum of Natural History melansir bahwa saat terciptanya alam semesta, ada banyak awan gas raksasa yang luruh dan berputar-putar. Seiring dengan berjalannya waktu, awan-awan gas yang berputar dengan cepat itu akan menjadi lebih pipih sampai terlihat seperti piringan serta membentuk bintang maupun objek luar angkasa lain dalam jumlah besar, tetapi tetap mengorbit pada sumber gravitasi supermasif yang ada di pusatnya.

Masing-masing galaksi yang ada di alam semesta dapat bertabrakan. Ketika hal tersebut terjadi, objek luar angkasa yang ada di dalamnya memang akan mengalami kehancuran yang sangat besar. Namun, setelah tabrakan itu selesai, akan terbentuk satu galaksi baru dengan ukuran dan penampilan yang baru. Menariknya, sekitar 4,5—7,5 miliar tahun dari sekarang, Galaksi Bima Sakti dan Galaksi Andromeda akan bertabrakan sampai membentuk galaksi yang baru, lho.

2. Bagian pusat galaksi itu ternyata ada berbagai objek

Galaksi Andromeda yang merupakan tetangga dari Galaksi Bima Sakti (commons.wikimedia.org/Adam Evans)

Di atas sudah disebutkan kalau awan debu yang membentuk galaksi itu berputar-putar pada poros tertentu. Nah, setelah galaksi terbentuk, ada bagian pusat yang jadi titik tertarik dan berputarnya objek-objek luar angkasa yang ada di dalamnya. Ternyata, bagian tengah tersebut utamanya adalah lubang hitam supermasif!

Dilansir Harvard University, khusus di Galaksi Bima Sakti, lubang hitam supermasif yang ada di tengah itu diberi nama Sagittarius A* (dibaca “Sagittarius A-star”). Lubang hitam ini muncul dari sisa-sisa aktivitas supernova yang menyebar ke seluruh bagian Galaksi Bima Sakti. Ada begitu banyak elektron, proton, dan partikel lain yang bergerak sangat cepat (mendekati kecepatan cahaya) yang memancarkan sinar berenergi tinggi yang disebut sinar gamma. Sinar inilah yang terlihat dari satu titik terang di tengah galaksi dan beberapa bagian lain dengan rentang sekitar 5 ribu tahun cahaya.

Lubang hitam supermasif yang ada di pusat galaksi itu memang benar-benar raksasa. Sebagai pembanding, Sagittarius A* yang ada di Galaksi Bima Sakti punya massa sekitar 4 juta kali lebih besar ketimbang massa Matahari! Menariknya, Webb Space Telescope menyebut kalau lubang hitam supermasif yang ada di pusat galaksi itu punya karakteristik berbeda-beda. Maksudnya, ada lubang hitam supermasif yang sangat “rakus” dalam menelan objek-objek di sekitar dan ada pula yang lebih “kalem”, semisal Sagittarius A* yang ada di Galaksi Bima Sakti.

Namun, tentunya pusat galaksi tak hanya berisikan lubang hitam supermasif saja. Ada banyak sumber sinar gamma yang memancarkan energi di sekitar lubang hitam supermasif di pusat galaksi. Kebanyakan sinar itu berasal dari gas yang dipanaskan oleh bintang-bintang panas di sekitar ataupun berasal dari gelombang supernova. Akan tetapi, jumlah sinar gamma yang dilepaskan bagian lain di sekitar pusat galaksi itu masih lebih kecil ketimbang lubang hitam supermasif.

3. Apakah bagian pusat galaksi akan membahayakan kita?

potret Galaksi NGC2207 dan Galaksi IC2163 yang hampir bertabrakan (commons.wikimedia.org/NASA/ESA and The Hubble Heritage Team (STScI))

Kita sudah paham soal apa yang ada di tengah atau pusat galaksi dan pastinya sadar akan definisi lubang hitam. Lantas, apakah keberadaan lubang hitam supermasif dan objek lain yang ada di pusat galaksi itu akan membahayakan kehidupan yang ada di Bumi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mula-mula harus memahami apa yang dikeluarkan pusat galaksi menuju objek-objek luar angkasa yang ada di sekitarnya.

NASA melansir kalau pusat galaksi itu melepaskan sinar gamma, sinar x, dan sinar kosmik dalam jumlah yang sangat-sangat besar. Saking besarnya, jenis kehidupan apa pun yang ada di dekatnya pasti akan musnah seketika. Belum lagi masalah tarikan dari lubang hitam supermasif yang selalu mengisap objek-objek di sekitarnya. Nah, kalau kita melihat pusat galaksi dalam perspektif demikian, maka jelas kalau tempat itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan di Bumi. Namun, untungnya kita berada di posisi yang pas sampai tak perlu khawatir akan masalah sinar radiasi yang dipancarkan pusat galaksi tersebut.

Posisi tata surya kita tepat berada di lengan spiral kecil Galaksi Bima Sakti yang disebut Lengan Orion. Jarak lengan spiral ini sekitar 26—27 ribu tahun cahaya dari pusat Galaksi Bima Sakti sehingga relatif aman dari sinar yang dilepaskan tempat tersebut. Selain itu, gerak revolusi Matahari yang sinkron dan jalurnya tidak memutar, melainkan melintasi lengan spiral. Dengan demikian, letak tata surya kita tepat berada pada posisi yang disebut “Galactic Habitable Zone”.

Itu dia jawaban dari apa yang sebenarnya ada di pusat galaksi. Sebenarnya, ahli astronomi masih mencari jawaban pasti soal objek-objek lain yang mungkin ada di pusat galaksi. Sebab, berdasarkan penelusuran sinar x maupun sinar radio, ada potensi keberadaan objek lain selain yang sudah disebutkan di atas. Kalau menurutmu, apa lagi yang mungkin ada di pusat galaksi?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us