Apa yang Akan Terjadi pada Matahari yang Sedang Menuju Fase Akhirnya?

- Hidrogen di inti habis, matahari kehilangan daya hidupnya
- Merkurius, Venus, dan Bumi akan musnah
- Tata surya akan melebar dan orbit planet bergeser
Pernahkah kamu membayangkan seperti apa nasib Bumi ketika matahari sebagai sumber kehidupan kita, perlahan berubah jadi monster langit bernama red giant atau raksasa merah? Perubahan ini bukan sekadar drama langit biasa, tapi akhir bab besar bagi tata surya yang sudah berusia 4,6 miliar tahun. Dalam waktu sekitar 5 miliar tahun lagi, bintang kita akan ‘menua’, kehilangan bahan bakarnya, dan berubah jadi bintang raksasa merah yang ukurannya bisa mencapai orbit Bumi sendiri.
Bagi astronom, ini bukanlah hal menakutkan, tapi justru kisah keindahan dan kehancuran kosmik yang luar biasa. Ketika bintang mati, alam semesta menulis ulang dirinya. Namun, bagi kita—manusia yang hidup di planet biru kecil ini—membayangkan matahari mengembang hingga menelan Bumi tetap terasa seperti mimpi buruk yang menggetarkan. Yuk, kita bahas apa saja yang akan terjadi saat matahari mencapai masa senjanya!
1. Hidrogen di inti habis, matahari kehilangan daya hidupnya

Fase awal dari kehancuran ini dimulai ketika hidrogen di inti matahari habis terbakar. Selama miliaran tahun, reaksi fusi mengubah hidrogen menjadi helium. Tanpa kita sadari, itulah sumber cahaya dan panas yang menjaga kehidupan di Bumi. Namun, menurut laman space.com saat hidrogen menipis, inti matahari mulai runtuh karena gravitasi dan suhunya meningkat drastis hingga lebih dari 100 juta kelvin.
Dilansir dari kanal luar angkasa Science Alert, akibat tekanan luar dan dalam yang tidak seimbang, lapisan terluarnya justru mengembang ke luar, menjadikannya raksasa merah dengan radius sekitar 200 hingga 300 kali lipat lebih besar dari sekarang. Warna matahari berubah menjadi oranye-merah karena suhu permukaannya turun menjadi sekitar 3.000 sampai 4.000 derajat kelvin.
Perubahan ini bukan hanya spektakuler, tapi juga mengubah seluruh keseimbangan tata surya. Cahaya yang dulu stabil akan berguncang, dan radiasi intens yang keluar dari lapisan luar bisa menghancurkan atmosfer planet terdekat.
2. Merkurius, Venus, dan Bumi akan musnah

Ketika matahari mencapai puncak sebagai red giant, planet-planet bagian dalam akan menjadi korban pertama. Menurut penelitian Schröder & Smith di Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, orbit Merkurius dan Venus akan langsung tersapu oleh lapisan gas panas matahari yang mengembang.
Nasib Bumi jauh lebih tragis dan masih menjadi perdebatan. Beberapa model dari The Astrophysical Journal memperkirakan Bumi akan ikut ditelan sepenuhnya, sementara simulasi dari Cornell University menunjukkan Bumi mungkin lolos secara orbit tapi kehilangan atmosfer dan lautnya akibat panas ekstrem. Permukaan Bumi akan meleleh, menjadi dunia kering tanpa kehidupan.
Bahkan jika Bumi selamat secara fisik, tidak ada kehidupan yang mampu bertahan pada suhu ribuan derajat celsius. Segala bentuk kehidupan, dari bakteri hingga manusia, akan musnah jauh sebelum itu terjadi.
3. Tata surya akan melebar dan orbit planet bergeser

Saat matahari kehilangan massa akibat pelepasan lapisan luarnya, gaya gravitasinya akan berkurang. Menurut buku yang bertajuk The Sun: A Very Short Introduction, fenomena ini membuat orbit planet-planet luar seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus bergeser menjauh dari pusat tata surya.
Perubahan ini bisa mengacaukan stabilitas orbit selama jutaan tahun, menciptakan ‘tarian liar’ antara planet, bulan, dan asteroid. Beberapa objek di Sabuk Kuiper mungkin keluar dari orbitnya, melayang ke ruang antarbintang.
Meskipun tidak ada lagi kehidupan di Bumi, ‘anak-anak’ planet luar mungkin masih mengorbit sang raksasa merah dari kejauhan, menyaksikan pemandangan spektakuler dari kelahiran dan kematian bintang mereka.
4. Matahari mati indah jadi nebula dan white dwarf

Fase terakhir kehidupan matahari bukan ledakan supernova, karena massanya tidak cukup besar. Sebaliknya, ia akan ‘mati dengan indah’ dengan melepaskan lapisan luarnya membentuk planetary nebula yang berwarna-warni. Citra Hubble Space Telescope menunjukkan fenomena serupa pada ring nebula (M57) dan helix nebula, yang diyakini menggambarkan masa depan matahari kita—dilansir dari Proceedings of the International Astronomical Union dan Astrophysics.
Inti yang tersisa akan menjadi white dwarf, yaitu bintang kecil padat berukuran seukuran Bumi, tapi bermassa hampir setengah matahari. Ia akan bersinar redup selama miliaran tahun sebelum akhirnya mendingin dan mati total.
Meski berakhir dalam keheningan, warisan matahari akan menyebar ke ruang antarbintang dalam bentuk karbon, oksigen, dan elemen lain sebagai bahan dasar bagi bintang dan planet baru. Dengan kata lain, kematiannya adalah awal bagi kehidupan baru.
5. Alam semesta akan melanjutkan siklusnya

Kematian matahari bukan akhir dari segalanya, tapi bagian dari siklus kosmik yang abadi. Seperti dijelaskan oleh Carl Sagan dalam Cosmos, “Kita semua terbuat dari debu bintang.” Elemen yang dihasilkan dari bintang yang mati seperti matahari kelak.
Artinya, ketika matahari runtuh dan debunya berhamburan ke galaksi, unsur-unsur pembentuk tubuh manusia, seperti karbon, kalsium, dan oksigen akan menyatu lagi di bintang baru, planet baru, bahkan mungkin kehidupan baru. Alam semesta, dalam kebijaksanaannya yang diam, tidak pernah benar-benar berakhir. Jadi, walau kisah kita di Bumi akan berakhir, jejak kita akan tetap hidup dalam cahaya bintang yang baru lahir.
Bayangkan langit terakhir Bumi, yaitu senja abadi dengan matahari raksasa merah memenuhi langit, lautan menguap, dan atmosfer terbakar perlahan. Itu mungkin tampak mengerikan, tapi juga merupakan simfoni terakhir alam semesta untuk bintang yang telah memberi kehidupan selama miliaran tahun.
Dalam skala kosmik, kita hanyalah sekejap percikan dalam cahaya matahari. Namun dari percikan itu, lahir kesadaran, cinta, dan keingintahuan—beragam hal yang justru membuat kehidupan kita bermakna sebelum bintang itu padam.


















