Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi aktivitas pertambangan (unsplash.com/@kctinman)

Revolusi industri mengubah cara manusia untuk bertahan hidup. Berkembangnya teknologi memaksa manusia untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan maksimal, contohnya usaha pertambangan. Dengan pertambangan, manusia dapat mengekstrak bahan yang berguna dari bumi maupun laut. Meskipun menyediakan banyak mineral berharga, pertambangan ternyata dapat membahayakan manusia dan lingkungan, lho.

Lalu, sebenarnya apa yang dimaksud dengan pertambangan, jenis-jenisnya, manfaatnya, dan bahayanya bagi ekosistem, ya? Mari kita cari tahu!

1. Apa itu pertambangan dan sejarahnya?

potret aktivitas pertambangan di perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia (unsplash.com/@dominik_photography)

Dilansir laman National Geographic, penambangan adalah proses penggalian bahan mentah berguna dari bumi yang nantinya akan diproses menjadi sesuatu yang dapat digunakan bagi kebutuhan manusia. Penambang bukan hanya dilakukan di permukaan bumi, tetapi juga di laut. Beberapa contoh zat yang ditambang antara lain batu bara, emas, mangan, tantalum, kasiterit, tembaga, timah, nikel, bauksit (bijih aluminium), emas, perak, bijih besi, dan berlian.

Menurut data sejarah yang ditulis National Geographic, proses penambangan sudah ada sejak zaman prasejarah. Orang zaman prasejarah menambang batu api, yang ideal untuk peralatan dan senjata, karena mampu dipecah menjadi potongan-potongan tajam yang berguna sebagai pengikis, pisau, dan mata panah. Selain itu, penambangan emas dan tembaga juga sudah ada sejak zaman prasejarah.

Britannica menjelaskan bahwa orang Mesir menambang tembaga di Semenanjung Sinai sejak 3000 SM meskipun beberapa perunggu (tembaga paduan dengan timah) berasal dari awal 3700 SM. Besi sudah ditambang sejak 2800 SM. Catatan Mesir tentang peleburan bijih besi berasal dari 1300 SM. Ditemukan di reruntuhan kuno Troya, timbal diproduksi pada awal 2500 SM.

2. Manfaat bahan mentah hasil pertambangan

Editorial Team

EditorYudha

Tonton lebih seru di