Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi cedera (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi cedera (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pernahkah kamu membayangkan hidup tanpa rasa sakit sama sekali? Kedengarannya seperti mimpi indah, kita tidak perlu lagi takut tersayat pisau, sakit gigi, atau pegal setelah olahraga. Namun, di balik angan itu, ada kenyataan kelam yang jarang disadari: tanpa rasa sakit, tubuh kita justru dalam bahaya. Rasa sakit sebenarnya bukan musuh, melainkan sistem alarm alami yang menjaga kita tetap hidup.

Rasa sakit adalah pengalaman sensorik yang paling mendasar bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Rasa sakit memberi tahu kita saat ada sesuatu yang salah, membantu kita bereaksi cepat terhadap bahaya, dan mendorong kita untuk sembuh. Di sini, kita akan mengulas apa yang terjadi jika manusia tidak bisa merasakan sakit sama sekali.

1. Peran biologis dari rasa sakit

Rasa sakit adalah pengalaman sensorik dan emosional yang kompleks, yang memberi sinyal adanya kerusakan jaringan atau potensi bahaya. Rasa sakit terjadi karena kerja ujung saraf khusus bernama nociceptor, yang mendeteksi rangsangan berbahaya seperti panas ekstrem, cedera fisik, atau iritasi kimia. Saat aktif, nociceptor mengirimkan sinyal melalui sumsum tulang belakang ke otak, lalu otak menafsirkan sensasi itu sebagai rasa sakit.

Fungsi utama dari rasa sakit adalah melindungi. Rasa mendorong reaksi cepat seperti menarik tangan dari kompor panas, atau mendorong seseorang untuk beristirahat saat terkilir. Selain itu, rasa sakit juga membantu proses penyembuhan karena membuat kita menghindari aktivitas yang bisa memperparah cedera.

2. Mengenal CIP

Congenital Insensitivity to Pain (CIP), atau disebut juga analgesia bawaan, adalah kelainan langka di mana seseorang tidak bisa merasakan sakit sejak lahir. Kondisi ini termasuk dalam kelompok gangguan saraf tepi, khususnya Hereditary Sensory and Autonomic Neuropathy (HSAN).

Pada orang normal, sistem saraf menggunakan nociceptor untuk mendeteksi kerusakan jaringan dan mengirimkan sinyal ke otak. Namun, pada penderita CIP, nociceptor tidak berkembang dengan baik atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga sinyal rasa sakit tidak pernah sampai ke otak. Akibatnya, mereka tidak bisa merasakan sakit fisik sama sekali.

Kondisi ini sangat langka, beberapa jenis CIP bahkan hanya ditemukan pada satu keluarga di seluruh dunia. Kasus yang lebih umum pun hanya tercatat beberapa ratus di seluruh dunia.

3. Gen penyebab CIP

ilustrasi pasien dengan cedera kepala (freepik.com/jcomp)

Penyebab paling umum dari CIP adalah mutasi pada gen SCN9A atau NTRK1 adala. Mutasi ini menghasilkan berbagai jenis HSAN dengan gejala berbeda, antara lain:

  • CIPA (Congenital Insensitivity to Pain with Anhidrosis): Penderitanya tidak bisa merasakan sakit sekaligus tidak bisa berkeringat. Mereka sering mengalami demam tinggi berulang, sulit mengenali suhu ekstrem, serta gangguan perkembangan dan perilaku. Penderitanya rentan berisiko mengalami hipertermia dan infeksi berulang.

  • Familial Dysautonomia (HSAN3): Banyak ditemukan pada keturunan Yahudi Eropa Timur. Gejalanya termasuk sensitivitas nyeri rendah, lemah otot (hipotonia), tidak bisa memproduksi air mata, pertumbuhan lambat, serta kesulitan menjaga suhu tubuh dan tekanan darah. Ciri khasnya adalah bayi menangis tanpa air mata. Pada usia remaja, hampir semua penderita mengalami skoliosis, dan banyak yang menderita gangguan tidur, kram, serta penyakit ginjal di usia dewasa.

  • Channelopathy-Associated Congenital Anesthesia (HSAN2D): Disebabkan oleh mutasi gen SCN9A atau PMRD12. Penderitanya tidak bisa merasakan sakit karena tubuh memproduksi terlalu banyak opioid alami, yaitu zat penghilang rasa sakit buatan tubuh. Mereka juga sering kehilangan kemampuan mencium (anosmia).

4. Dampak tidak bisa merasakan sakit bagi kesehatan

Jika manusia tidak dapat merasakan sakit, berbagai mekanisme perlindungan alami tubuh akan gagal, dengan konsekuensi serius seperti:

  • Cedera berulang dan kerusakan berat: Tanpa rasa sakit, seseorang bisa terus berjalan dengan kaki patah atau menyentuh benda panas tanpa sadar. Akibatnya, luka menjadi lebih parah dan sering terulang.

  • Penundaan pengobatan: Rasa sakit biasanya menjadi tanda untuk mencari bantuan medis. Tanpa sinyal ini, penyakit serius seperti radang usus buntu atau infeksi bisa tidak terdeteksi hingga terlambat.  

  • Kerusakan kronis: Luka yang tak disadari bisa menumpuk dan menyebabkan cacat permanen, infeksi, atau kehilangan fungsi tubuh. Anak-anak dengan CIP sering mengalami patah tulang dan kerusakan sendi yang tak tertangani.  

  • Masalah internal tak terlihat: Tanpa rasa sakit, penyakit dalam seperti serangan jantung atau kanker bisa berkembang tanpa diketahui hingga stadium lanjut.

5. Dampak psikologis dan sosial dari hidup tanpa rasa sakit

Rasa sakit tidak hanya berfungsi secara fisik, tapi juga berperan besar dalam aspek emosional dan sosial manusia. 

  • Kesadaran emosional: Rasa sakit membantu kita memahami kerentanan dan menumbuhkan empati terhadap penderitaan orang lain. Tanpa rasa sakit, seseorang mungkin kehilangan kepekaan emosional terhadap bahaya dan penderitaan.

  • Pembelajaran dan adaptasi: Rasa sakit mengajarkan kita untuk menghindari hal berbahaya. Tanpanya, seseorang bisa terus mengulangi kesalahan atau masuk ke situasi berisiko tinggi.  

  • Komunikasi sosial: Ekspresi rasa sakit memicu perhatian dan dukungan dari orang lain, memperkuat ikatan sosial. Tanpa itu, hubungan sosial bisa melemah karena kurangnya sinyal kebutuhan akan bantuan.  

Ketidakmampuan merasakan sakit memang terdengar seperti anugerah, tapi nyatanya bisa membawa dampak fatal bagi kesehatan dan kelangsungan hidup. Rasa sakit adalah mekanisme pertahanan vital yang memperingatkan kita terhadap cedera dan bahaya. Tanpanya, tubuh kehilangan sistem peringatan alami yang menjaga kita tetap hidup.

Referensi

BBC. Diakses pada Oktober 2025. The People Who Never Feel Any Pain
The New Yorker. Diakses pada Oktober 2025. A World Without Pain
WebMD. Diakses pada Oktober 2025. What Is Congenital Insensitivity to Pain?
Walters, E. T., & De C Williams, A. C. (2019). Evolution of mechanisms and behaviour important for pain. Philosophical Transactions of the Royal Society B Biological Sciences, 374(1785), 20190275. https://doi.org/10.1098/rstb.2019.0275

Editorial Team