Biawak air atau kadal monitor (Varanus salvator) bisa dibilang jadi salah satu jenis kadal paling populer di dunia. Peta persebaran mereka terpusat di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Selain itu, biawak air merupakan spesies kadal terbesar kedua di dunia, hanya kalah dari komodo (Varanus komodoensis). Individu dewasa biawak air diketahui bisa tumbuh antara 1,5—3 meter dengan bobot 2—32 kg.
Hal menarik lain dari biawak air ialah habitat mereka yang cukup dekat dengan manusia. Secara alami, mereka akan memilih kawasan sungai atau rawa. Namun, seiring dengan banyaknya manusia yang hidup di sekitar habitat alami mereka, biawak air mulai terbiasa untuk hidup di sekitar kita. Saluran air buatan, daerah kumuh dekat sungai, hingga kawasan pertanian manusia bisa menjadi rumah bagi mereka.
Itu sebabnya, konflik antara manusia dengan biawak air jadi tak terhindarkan. Mereka merupakan predator sejati sehingga tak jarang menargetkan hewan ternak atau peliharaan manusia untuk diburu. Di sisi lain, manusia pun memburu biawak dengan berbagai alasan, seperti dipelihara, dijual, atau dikonsumsi.
Alasan yang terakhir itu tentu menimbulkan pertanyaan menarik: apakah aman bagi manusia untuk mengonsumsi daging biawak air? Tentunya, pertanyaan ini akan dijawab secara ilmiah. Sebab, secara umum, masyarakat Asia Selatan dan Asia Tenggara memang cukup menyukai daging reptil yang satu ini. Penasaran dengan jawabannya? Yuk, simak pembahasan lengkap di bawah ini!