Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ubur-ubur (unsplash.com/Tony Reid)

Intinya sih...

  • Ubur-ubur tidak memiliki sistem saraf yang kompleks seperti manusia dan hewan lainnya
  • Meskipun merespons bahaya, ubur-ubur tidak memiliki nociceptor atau otak yang memungkinkan mereka merasakan rasa sakit secara sadar
  • Mayoritas ilmuwan sepakat bahwa reaksi ubur-ubur terhadap bahaya bersifat otomatis dan tidak melibatkan kesadaran

Dengan tubuh transparan dan gerakannya yang anggun, ubur-ubur sering dianggap sederhana dan misterius. Namun, di balik penampilan memukaunya, banyak orang bertanya-tanya apakah ubur-ubur bisa merasakan sakit? Pertanyaan ini tidak hanya menyentuh sisi ilmiah, tetapi juga menantang pemahaman kita tentang bagaimana makhluk hidup merasakan dan bereaksi terhadap lingkungan di sekitarnya.

Di sini kamu akan diajak menyelami dunia saraf ubur-ubur, membandingkannya dengan hewan lain, dan mencari tahu apakah mereka bisa merasakan sakit. Simak sampai selesai, ya!

1. Apa itu rasa sakit

ilustrasi ubur-ubur (pexels.com/Tim Mossholder)

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, penting untuk memahami definisi rasa sakit. Pada manusia dan banyak hewan lain, rasa sakit bukan hanya reaksi fisik terhadap cedera, tetapi juga pengalaman subjektif yang diproses oleh otak. Proses ini melibatkan sel saraf khusus yang disebut nociceptor, suatu sel yang mendeteksi rangsangan berbahaya dan mengirim sinyal ke otak untuk diinterpretasikan sebagai rasa sakit. Biasanya, pengalaman ini hanya dimiliki oleh makhluk dengan sistem saraf kompleks dan otak yang terpusat.

2. Sistem saraf ubur-ubur

ilustrasi ubur ubur (pexel/alain frechette)

Berbeda dengan mamalia dan vertebrata lainnya, ubur-ubur tidak memiliki otak atau sumsum tulang belakang. Sebagai gantinya, mereka memiliki jaringan saraf yang tersebar di seluruh tubuh. Sistem ini memungkinkan ubur-ubur merespons rangsangan seperti cahaya, sentuhan, dan bahan kimia, tetapi jauh lebih sederhana dibandingkan sistem saraf vertebrata.

Beberapa spesies seperti ubur-ubur kotak (box jellyfish) bahkan memiliki struktur sensorik khusus bernama rhopalia, yang berisi reseptor cahaya, alat penyeimbang, dan mata primitif. Meski canggih, belum ditemukan adanya nociceptor pada ubur-ubur, artinya kemungkinan besar mereka tidak memiliki sistem pendeteksi rasa sakit seperti hewan kompleks lainnya.

3. Apakah ubur-ubur bisa merasakan sakit

ilustrasi ubur-ubur (pixabay.com/kmerriman)

Ubur-ubur tidak merasakan sakit seperti halnya manusia dan mamalia karena mereka tidak memiliki otak, jantung, tulang, atau sistem pernapasan. Ubur-ubur terdiri dari 95 persen air dan hanya mengandung jaringan neuron dasar yang memungkinkan mereka merasakan lingkungannya.

Meskipun demikian, ubur-ubur tetap bisa menunjukkan reaksi terhadap bahaya. Ketika terkena rangsangan menyakitkan, mereka sering memperlihatkan gerakan menghindar atau perubahan dalam pola denyut tubuhnya. Respons ini dikendalikan oleh neuron pemicu gerakan dalam jaringan saraf mereka. Namun, reaksi tersebut bersifat refleks dan tidak menunjukkan pengalaman rasa sakit yang disadari seperti pada manusia.

4. Dibandingkan dengan hewan lain

ilustrasi ubur-ubur (unsplash.com/Tony Reid)

Dalam hal kompleksitas sistem saraf, ubur-ubur menempati posisi terbawah. Hewan seperti gurita, kepiting, hingga lebah menunjukkan perilaku dan struktur saraf yang mengindikasikan kemungkinan merasakan sakit. Mereka memiliki otak dan nociceptor, memungkinkan mereka memproses rangsangan secara lebih kompleks.

Sebaliknya, sistem saraf ubur-ubur yang terdesentralisasi dianggap tidak cukup mumpuni untuk menghasilkan kesadaran atau pengalaman subjektif seperti rasa sakit. Mayoritas ilmuwan saraf sepakat bahwa reaksi ubur-ubur terhadap bahaya bersifat otomatis dan tidak melibatkan kesadaran.

5. Perdebatan dan pertimbangan etis

ilustrasi ubur-ubur (unsplash.com/Caleb Jack)

Meski mayoritas ilmuwan berpendapat ubur-ubur tidak bisa merasakan sakit, ada juga yang berargumen bahwa setiap makhluk yang bisa merespons kerusakan jaringan mungkin memiliki semacam ketidaknyamanan, meskipun berbeda dari rasa sakit manusia. Perdebatan tentang batas antara kesadaran dan reaksi otomatis masih terus berlangsung. Apalagi, beberapa temuan terbaru menunjukkan bahwa beberapa spesies ubur-ubur memiliki struktur saraf yang lebih kompleks dari yang diduga sebelumnya.

Kesimpulannya, berdasarkan pemahaman ilmiah saat ini, kemungkinan besar ubur-ubur tidak merasakan sakit sebagaimana manusia atau hewan kompleks lainnya. Meski mampu mendeteksi dan bereaksi terhadap bahaya, mereka tidak memiliki otak atau nociceptor yang memungkinkan munculnya pengalaman sadar akan rasa sakit.

Referensi 

Berry Patch Farms. Diakses pada April 2025. Do Jellyfish Feel Pain?
Ocean Conservancy. Diakses pada April 2025. Top 10 Jellyfish Questions—Answered!
Reptile Knowledge. Diakses pada April 2025. What Are the Sensory Receptors of a Jellyfish?
Science.org. Diakses pada April 2025. ScienceAdviser
StudyCountry. Diakses pada April 2025. Can Jellyfish Feel Pain?

Editorial Team