ilustrasi zombie (pexels.com/cottonbro studio)
Popularitas zombie tidak lepas dari cerminan ketakutan masyarakat terhadap ancaman tertentu pada zamannya. Pada era Perang Dingin, zombie digambarkan lahir akibat radiasi nuklir. Sementara, pada masa pandemik, cerita zombie sering dikaitkan dengan wabah penyakit. Tren ini menunjukkan bahwa zombie menjadi simbol ketakutan kolektif manusia terhadap kehancuran sistem sosial dan ancaman dari luar diri.
Selain itu, fenomena budaya seperti parade zombie atau zombie walk juga memperlihatkan keinginan manusia untuk kembali berinteraksi tanpa distraksi teknologi modern. Dalam kegiatan tersebut, orang-orang berkumpul dan berkomunikasi langsung tanpa gawai, seolah zombie menjadi simbol keterhubungan sosial yang hilang. Jadi, keberadaan zombie lebih merupakan produk budaya pop dan psikologi sosial ketimbang fenomena biologis.
Berdasarkan bukti ilmiah hingga saat ini, tidak ada alasan untuk percaya bahwa zombie benar-benar ada di dunia nyata. Makhluk yang sering digambarkan dalam game/film horor hanyalah kombinasi gejala medis, infeksi tertentu, dan kreativitas budaya pop yang dipadukan untuk tujuan hiburan. Meski begitu, pertanyaan apakah zombie itu nyata tetap menarik karena mendorong kita untuk memahami sains di balik penyakit, parasit, hingga perilaku manusia.
Referensi
"Dead Serious". University of Delaware. Diakses pada Oktober 2025.
"Diagnosis Zombie: The Science Behind the Undead Apocalypse". Live Science. Diakses pada Oktober 2025.
"Is the Zombie Apocalypse a Real Possibility?". Kent State University. Diakses pada Oktober 2025.
"The Science Behind Zombie Viruses and Infections". Cleveland Clinic. Diakses pada Oktober 2025.
"What are the real zombies?". Medical News Today. Diakses pada Oktober 2025
"Zombies – Do they exist in real life?". Virox Animal Health. Diakses pada Oktober 2025.