Bahasa memang selalu seru untuk diperbincangkan, terutama jika menyangkut bahasa slang atau gaul. Adapun, salah satu perihal kebahasaan seru untuk didiskusikan adalah kata OK.
Kepopuleran kata OK pun menjangkau hingga ke penjuru dunia, termasuk Indonesia. Yuk, simak dari mana asal, arti, dan cara penggunaan kata OK yang sebenarnya!
Mungkin selama ini kamu mengira kalau kata OK adalah akronim atau singkatan dari okay, namun kenyataannya justru sebaliknya. Dilansir dictionary.com, OK adalah kata slang atau gaul dari orl korrect yang merepresentasikan all correct.
Bukan bahasa gaul kalau gak ada yang memopulerkan. OK pertama kali diperkenalkan di Boston, Massachusetts pada 1839.
Pada masanya, gak hanya OK, namun ada juga kata-kata unik lain, seperti KY yang berarti know use atau OW berarti oll wright yang merupakan pelesetan dari all right. Namun, kata yang paling populer dan bertahan hingga sekarang adalah OK.
Meski begitu, apa yang membuat OK begitu spesial dan sangat populer? Itu karena pada 1940, Martin van Buren menggunakannya untuk kampanye pemilihan.
Dia menamai organisasi yang dia dirikan dengan nama OK Club. Sementara, OK sendiri merujuk pada inisial Old Kinderhook yang merupakan tempat kelahirannya, yaitu Kinderhook, New York.
Meski telah menggunakan taktik dengan bahasa gaul, Martin van Buren gak berhasil memenangkan pemilihan. Meski begitu, karena telah tersiar secara publik, kepopuleran OK kian menjadi hingga sekarang. Buktinya, di Indonesia OK pernah digunakan untuk program kampanye Anies-Sandi dengan nama OK OCE yang pertama kali dikenalkan pada akhir 2016.
Mungkin kamu sering melihat orang-orang yang membuat tanda lingkaran di tangannya sambil mengatakan OK. Ternyata, itu punya arti filosofis loh.
Kalau kamu perhatikan, jari jempol dan telunjuk melekat membentuk huruf O, sementara tiga jari yang tersisa membentuk kata K. Namun, kamu perlu menggunakan tangan kirimu agar orang yang kamu ajak berkomunikasi bisa dengan jelas melihat simbol OK yang kamu buat dengan tanganmu.
Bahasa gaul seringkali memang mengikuti zamannya kemudian pudar dimakan waktu. Namun, karena sering digunakan, OK tetap abadi bahkan mungkin untuk seterusnya. Karena itu, yuk sering-sering buka kamus dan pakai kata yang mungkin sudah jarang digunakan agar bisa populer lagi! Bahasa Indonesia itu kaya loh!