ilustrasi kucing (pexels.com/Taha Yasir Yöney)
Sebuah gen yang bernama Transmembran aminopeptidase Q (Taqpep) telah diidentifikasi sebelumnya. Kucing yang membawa satu gen ini memiliki garis-garis gelap dan sempit. Sementara, kucing yang mutan dari genetik tersebut cenderung berpola lingkaran besar dan bulu gelap. Ini sering dijumpai pada kucing liar.
Tidak berhenti di sana, peneliti juga menyelidiki gen tambahan yang mungkin memengaruhi bentuk pola. Tim melakukan analisis sel-sel kulit individual embrio, lalu menemukan gen Dickkopf WNT Signaling Pathway Inhibitor 4 atau DKK4.
Dilansir National Geographic, peneliti menemukan bahwa genetik tersebut muncul pada kucing saat berusia 28-30 hari dalam kandungan. Selanjutnya, hal tersebut memengaruhi embrio, lalu membuat kulit kucing menjadi tebal atau tipis.
Perbedaan ketebalan kulit tersebut lantas menghasilkan dua melanin. Ada eumelanin yang membuat bulunya berwarna gelap. Selain itu, ada juga pheomelanin yang menyebabkan kucing berbulu terang.
Nah, kalau berjalan sesuai rencana, sel-sel dengan DKK4 akhirnya membuat pola gelap sehingga kucing menjadi tabi. Lebih dari itu, mutasi genetik pun menghasilkan warna dan pola bulu lainnya, seperti bintik-bintik putih atau garis-garis yang lebih tipis.