ilustrasi deforestasi (unsplash.com/Renaldo Matamoro)
Ketika pepohonan hilang, permukaan tanah yang terbuka memantulkan cahaya matahari secara lebih intens sehingga peningkatan albedo terjadi. Energi panas yang seharusnya diserap oleh vegetasi kemudian terpental kembali ke atmosfer dan menciptakan lonjakan suhu yang tidak normal. Tanah juga menyerap panas lebih cepat, membuat wilayah tersebut mengalami pemanasan dua kali lipat dari biasanya. Kondisi ini menghasilkan energi panas yang “tersesat” dan sulit dikendalikan oleh proses alam.
Energi panas yang meningkat ini kemudian mengacaukan dinamika cuaca karena atmosfer menerima beban energi yang lebih besar dari yang mampu ditangani. Udara panas bergerak naik lebih cepat, menciptakan turbulensi dan memengaruhi pola angin lokal. Ketidakseimbangan ini membuat stabilitas atmosfer menurun, terutama pada wilayah yang sebelumnya tertutup hutan lebat. Perubahan tersebut membuktikan bahwa deforestasi bukan sekadar hilangnya pepohonan, tetapi keruntuhan sistem energi yang menopang kehidupan.
Ketidakseimbangan energi yang muncul akibat deforestasi menunjukkan bahwa perubahan pada permukaan Bumi dapat memengaruhi sistem iklim secara luas. Dampaknya tidak hanya terlihat pada suhu, tetapi juga pada cara atmosfer memindahkan panas dan air. Jika kondisi ini dibiarkan, bagaimana Bumi mempertahankan kestabilan iklimnya di masa depan?
Referensi
"Causes of Climate Change: Fossil Fuels & Deforestation". Yayasan Cerah Indonesia. Diakses pada Desember 2025.
"The Effects of Deforestation". Climate Impact Partner. Diakses pada Desember 2025.
"How Does The Deforestation Affect The Environment". Earth.org. Diakses pada Desember 2025.
"Deforestation and Climate Change". Climate Council. Diakses pada Desember 2025.