Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gunung St. Helens (commons.wikimedia.org/Washington DNR)
Gunung St. Helens (commons.wikimedia.org/Washington DNR)

Gunung sering dianggap sebagai bentang alam yang berdiri tegak dan tidak bergeser sedikit pun dari tempatnya. Pandangan itu muncul karena gunung terlihat kokoh, menjulang, serta seolah menjadi penanda wilayah yang permanen. Namun, dalam kajian sains, terutama geologi dan tektonik, gunung justru menjadi bagian dari bumi yang dinamis.

Pergerakan kerak bumi, tekanan dari dalam, hingga perubahan lingkungan memberi pengaruh besar terhadap keberadaannya. Hal ini memunculkan pertanyaan menarik, yaitu mungkinkah gunung benar-benar berpindah dari posisinya? Berikut penjelasan dari sisi ilmiah yang bisa memberi gambaran lebih jelas tentang fenomena ini.

1. Pergerakan lempeng tektonik membentuk posisi gunung

ilustrasi pergerakan lempeng tektonik (commons.wikimedia.org/Kenneth Allen)

Gunung terbentuk terutama akibat tabrakan, geseran, atau dorongan antar lempeng tektonik di kerak bumi. Ketika dua lempeng bertemu, energi dari pergerakan itu menciptakan lipatan dan patahan yang kemudian melahirkan pegunungan. Contoh nyata bisa dilihat pada Himalaya yang masih terus meninggi karena India terus menekan lempeng Eurasia. Gerakan ini sangat lambat, rata-rata hanya beberapa sentimeter per tahun, tetapi efeknya luar biasa besar dalam jangka waktu panjang.

Perubahan posisi gunung tidak terlihat dalam kehidupan sehari-hari, tetapi alat ukur geodesi modern membuktikan bahwa gunung bisa bergeser seiring waktu. GPS presisi tinggi merekam bagaimana puncak-puncak gunung tertentu mengalami pergeseran arah secara konsisten. Ini menjadi bukti bahwa gunung bukan benda mati yang membeku di satu titik, melainkan bagian dari kerak bumi yang ikut bergerak.

2. Aktivitas magma menggeser struktur gunung

ilustrasi magma (commons.wikimedia.org/National Park Service Digital Image Archives)

Gunung berapi memiliki dinamika tambahan dibandingkan pegunungan lipatan karena adanya aktivitas magma. Tekanan dari dapur magma di bawah tanah bisa mengubah posisi puncak atau bahkan membuat dinding gunung retak dan melesak. Beberapa kasus menunjukkan bahwa kubah lava yang terbentuk bisa mendorong bagian tubuh gunung ke arah samping sehingga struktur geologinya bergeser.

Fenomena ini juga bisa dilihat saat terjadi letusan besar. Misalnya, letusan Gunung St. Helens pada tahun 1980 memindahkan sebagian besar tubuh gunung ke arah utara akibat longsoran besar. Walau bukan berarti seluruh gunung berjalan seperti makhluk hidup, peristiwa ini menunjukkan bahwa massa batuan dalam jumlah besar bisa bergeser lokasi karena dorongan magma dan gaya gravitasi.

3. Gempa bumi mengubah letak gunung secara tiba-tiba

ilustrasi gempa bumi (commons.wikimedia.org/Naoki Sato)

Selain proses lambat, ada pula kejadian mendadak yang membuat posisi gunung berubah. Gempa bumi besar dapat memicu pergeseran blok kerak yang menyebabkan puncak gunung bergeser beberapa meter hanya dalam hitungan detik. Hal ini terjadi karena energi dari gempa cukup kuat untuk mematahkan atau menggeser patahan aktif di sekitar gunung.

Contohnya, gempa besar di Jepang dan Alaska pernah tercatat menggeser lokasi pegunungan hingga beberapa meter. Walaupun jarak itu terdengar kecil, dalam konteks geologi pergeseran tersebut sangat signifikan. Perubahan seperti ini menegaskan bahwa gunung tidak sepenuhnya stabil, melainkan bisa terdampak langsung oleh guncangan tektonik besar.

4. Longsor raksasa memindahkan massa gunung

ilustrasi tanah longsor (commons.wikimedia.org/ClwydianRanger)

Gunung juga bisa mengalami perubahan lokasi akibat longsor besar yang memindahkan sebagian tubuhnya ke area lain. Longsor skala besar sering terjadi di pegunungan curam dengan lapisan batuan rapuh, terlebih setelah diguncang gempa atau dipicu curah hujan ekstrem. Ketika jutaan meter kubik material bergerak sekaligus, bentuk dan posisi lereng bisa berubah drastis.

Contoh yang cukup terkenal terjadi di Papua Nugini, di mana longsor besar memindahkan bagian pegunungan dan menutup lembah. Peristiwa ini menunjukkan bahwa faktor gravitasi dan kelemahan struktur geologi sama pentingnya dengan proses tektonik dalam menentukan posisi gunung. Walaupun tidak membuat gunung “berjalan”, massa besar yang bergeser jelas mengubah lokasi sebagian tubuhnya.

5. Perubahan jangka panjang menyebabkan gunung tampak bergeser

Gunung Arjuno (commons.wikimedia.org/Masrangsang18)

Jika dilihat dari kacamata geologi, gunung memang tidak pernah berada di tempat yang sama selamanya. Dalam skala jutaan tahun, kombinasi pergerakan lempeng, aktivitas magma, gempa, dan longsor bisa membuat posisi gunung terlihat berpindah jauh dari titik awal. Inilah alasan mengapa pegunungan kuno di benua yang berbeda bisa memiliki batuan dengan usia dan jenis yang serupa.

Ilmuwan menyimpulkan bahwa posisi gunung selalu mengikuti dinamika bumi yang terus bergerak. Walau manusia tidak bisa menyaksikan perubahannya secara langsung dalam satu generasi, data geologi membuktikan bahwa perpindahan itu nyata. Jadi, pertanyaan apakah gunung bisa pindah lokasi bukanlah sesuatu yang mustahil, melainkan fenomena alamiah yang berjalan sesuai hukum tektonik.

Gunung tampak kokoh, tetapi ilmu kebumian menunjukkan bahwa ia terus berubah seiring waktu. Pergeseran lempeng, dorongan magma, gempa, hingga longsor besar menjadi faktor yang membuat posisinya tidak sepenuhnya tetap. Dari perspektif sains, gunung merupakan salah satu saksi hidup dinamika bumi yang tidak pernah berhenti bergerak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team