Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Penggunaan gas air mata
Penggunaan gas air mata (pexels.com/@joel-santos-356968818)

Intinya sih...

  • Gas air mata menurunkan kualitas udara di sekitar lokasi aksi, berdampak pada demonstran, warga sekitar, pedagang kaki lima, anak-anak, dan lansia.

  • Residu gas air mata bisa mencemari drainase, sungai, atau sumber air tanah, mengganggu organisme air dan kualitas air yang dikonsumsi manusia.

  • Penggunaan gas air mata dalam skala besar dan berulang bisa menimbulkan akumulasi zat kimia berbahaya yang mengancam hewan, tumbuhan, dan kualitas lingkungan hidup.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gas air mata kerap digunakan aparat untuk membubarkan massa saat terjadi aksi unjuk rasa. Meski disebut “senjata non-mematikan”, efeknya tak hanya dirasakan manusia yang terpapar secara langsung. Zat kimia dalam gas air mata juga bisa mencemari udara hingga air, sehingga berdampak lebih luas terhadap lingkungan.

1. Polusi Udara di sekitar lokasi aksi

Ilustrasi penggunaan gas air mata (unsplash.com/@nonamephotography)

Begitu ditembakkan, gas air mata langsung menyebar di udara. Partikel kimianya bisa bertahan beberapa menit hingga berjam-jam, tergantung kondisi cuaca. Ini membuat kualitas udara di sekitar lokasi menurun drastis. Bayangkan, bukan hanya demonstran yang terpapar, tapi juga warga sekitar, pedagang kaki lima, hingga anak-anak dan lansia di permukiman terdekat.

2. Potensi pencemaran air

Gas air mata (www.pexels.com/@vafphotos)

Jika hujan turun setelah penggunaan gas air mata, residunya bisa terbawa aliran air dan masuk ke drainase, sungai, atau sumber air tanah. Hal ini berpotensi mengganggu organisme air, mulai dari plankton, ikan, hingga kualitas air yang dikonsumsi manusia. Dalam jangka panjang, ekosistem perairan bisa terganggu.

3. Risiko bagi ekosistem

Peringatan penggunaan gas air mata saat aksi demonstrasi (pexels.com/@cltsan)

Lingkungan memiliki kapasitas untuk memulihkan diri, tapi penggunaan gas air mata dalam skala besar dan berulang bisa menimbulkan akumulasi zat kimia berbahaya. Bukan hanya manusia yang menderita, tetapi juga hewan, tumbuhan, dan kualitas lingkungan hidup secara keseluruhan.

Gas air mata sering dianggap solusi cepat untuk membubarkan kerumunan, tapi dampaknya jauh lebih kompleks. Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, senyawa kimia di dalamnya juga mengancam udara, air, dan ekosistem di sekitarnya. Jika terus digunakan tanpa kajian lingkungan yang serius, risiko pencemaran bisa semakin besar.

Alih-alih mengorbankan lingkungan, bukankah seharusnya aparat mencari cara yang lebih ramah, manusiawi, dan berkelanjutan untuk menjaga ketertiban?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team