Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi burung khas Kalimantan (commons.wikimedia.org/Jbangelo)

Kalimantan atau Borneo memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Pulau ini adalah rumah bagi beberapa burung dari famili Phasianidae. Ciri-ciri famili ini adalah bertubuh berat, hidup di darat, dan berkaki kuat, namun tidak semuanya bisa terbang.

Phasianidae sendiri terdiri atas 185 spesies. Lantas, apa saja burung dari famili Phasianidae yang bisa ditemukan di Kalimantan dan bagaimana wujudnya? Let’s take a look!

1. Puyuh kepala merah

ilustrasi puyuh kepala merah (commons.wikimedia.org/Christoph Moning)

Yang pertama adalah puyuh kepala merah (Haematortyx sanguiniceps). Orang yang pertama kali mendeskripsikannya adalah Richard Bowdler Sharpe (ornithologist atau ahli burung Inggris) pada tahun 1879. Sebagai hewan endemik, mereka hanya ditemukan di hutan di utara dan tengah Pulau Kalimantan, terutama pada ketinggian 1.000–1.700 meter di atas permukaan laut.

Panjangnya sekitar 25 cm dengan berat 330 gram. Makanannya ialah serangga, buah beri, dan krustasea kecil (seperti isopoda). Populasinya diperkirakan tidak lebih dari 10.000 ekor.

2. Sempidan biru

ilustrasi sempidan biru (commons.wikimedia.org/Christoph Moning)

Burung dengan nama ilmiah Lophura ignita ini mempunyai julukan lain, yaitu Bornean crested fireback. Selain Kalimantan, mereka juga ditemukan di Sumatra, salah satunya di Taman Nasional (TN) Batang Gadis, Mandailing Natal, Sumatra Utara. Mereka dapat tumbuh sepanjang 70 cm.

Sebagai spesies yang dimorfik seksual, sempidan biru jantan warnanya mayoritas hitam, berwajah biru, dengan ekor putih atau kuning. Sedangkan burung betina warnanya cokelat dengan wajah berwarna biru. Sayangnya, pemakan buah-buahan dan hewan kecil ini dikategorikan rentan oleh The International Union for Conservation of Nature (IUCN) karena habitatnya kian tergerus dan diburu secara berlebihan.

3. Ayam hutan merah

ilustrasi ayam hutan merah (commons.wikimedia.org/Subramanya C K)

Namanya ayam hutan merah (Gallus gallus), namun masyarakat mengenalnya sebagai ayam kampung. Leluhurnya berasal dari Asia Selatan, tetapi kini telah tersebar ke seluruh dunia, termasuk Kalimantan. Pejantan lebih panjang (65–78 cm) dibanding betina (41–46 cm) dengan berat rata-rata dua kilogram.

Sebagai omnivora, makanannya adalah jagung, kedelai, beras, cacing, rayap, hingga jangkrik. Mereka dimanfaatkan manusia untuk diambil telur, daging, dan bulunya. Rata-rata ayam hutan merah bisa hidup hingga 10 tahun.

4. Kuau raja

ilustrasi kuau raja (commons.wikimedia.org/David J. Stang)

Selanjutnya adalah kuau raja (Argusianus argus) yang memiliki kemiripan dengan burung merak, yaitu mengembangkan bulunya untuk menarik perhatian betina. Walau tidak se-colorful merak, tetapi terdapat bulatan seperti mata pada bulunya. Kamu bisa menemukannya di hutan Kalimantan, Sumatra, Malaysia (Sabah, Sarawak, dan daerah Semenanjung), Brunei, Thailand, dan Myanmar.

Kuau raja jantan dapat tumbuh sepanjang dua meter, sudah termasuk ekor yang panjangnya 105–143 cm. Makanannya bervariasi, mulai dari buah-buahan, biji-bijian, invertebrata, bunga, hingga pucuk daun. Sadly, karena penebangan pohon yang semakin masif, ekspansi perkebunan kelapa sawit, perburuan liar, dan kebakaran hutan, IUCN mengklasifikasikannya sebagai spesies rentan.

5. Puyuh sengayan

ilustrasi puyuh sengayan (commons.wikimedia.org/Shane K)

Nama lokalnya adalah puyuh sengayan (Rollulus rouloul), tetapi nama internasionalnya adalah crested wood partridge. Penampilan puyuh jantan dan betina sangat berbeda, di mana tubuh pejantan berwarna hitam atau biru dengan jambul merah atau oranye di atas kepalanya. Sementara, betina berwarna hijau cerah dengan sayap cokelat tanpa jambul.

Puyuh sengayan menghabiskan sebagian besar waktunya mengorek-ngorek tanah dengan kakinya untuk mencari makanan, seperti cacing, kumbang, siput, semut kayu, atau buah-buahan yang jatuh. Kamu bisa menjumpainya di hutan Kalimantan, Sumatra, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Menurut IUCN, spesies ini statusnya hampir terancam karena terus-menerus diburu dan habitatnya dirusak.

Bagaimana, cantik-cantik bukan burung dari famili Phasianidae yang hidup di Kalimantan? Kendati cantik, jangan asal pelihara mereka, ya. Apalagi kalau statusnya rentan atau terancam punah!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team