Candi Prambanan (pexels.com/Charl Durand)
Pembangunan candi melibatkan kolaborasi antara arsitek, tukang, dan ahli spiritual yang bekerja sesuai fungsi masing-masing. Tidak adanya semen justru memberi ruang bagi fleksibilitas saat pembangunan berlangsung. Jika desain perlu diubah di tengah proses, batu bisa dipindahkan atau diganti tanpa menghancurkan struktur.
Adaptasi ini penting karena banyak candi dibangun dalam waktu lama dan bisa melewati beberapa generasi pekerja. Sistem non-permanen memungkinkan transisi berjalan mulus. Pendekatan ini juga memperlihatkan bahwa metode tradisional tidak berarti kuno atau ketinggalan zaman, melainkan terbukti efisien dan visioner dalam menghadapi tantangan pembangunan.
Keunikan candi di Indonesia tidak terletak pada kemegahannya semata, tetapi juga pada teknik konstruksinya yang cerdas dan adaptif. Candi di Indonesia tak menggunakan semen bukan karena keterbatasan, melainkan hasil dari pemahaman mendalam terhadap alam, bahan, dan nilai-nilai budaya. Sejarah bangunan kuno ini menunjukkan bahwa teknologi tak selalu bergantung pada bahan modern, tapi pada kecermatan dan kebijaksanaan manusia dalam menciptakan karya yang selaras dengan zamannya.
Referensi:
"Borobudur." indonesia.travel. Diakses pada Juni 2025.
"Java Construction Technology – Borobudur Relief." borobudur.injourneydestination.id. Diakses pada Juni 2025.
"Borobudur Temple Compounds." whc.unesco.org. Diakses pada Juni 2025.
"Buddhist Temples in Nusantara." student-activity.binus.ac.id. Diakses pada Juni 2025.