5 Cara Bikin Resolusi yang Tepat biar Tercapai Menurut Sains

Kamu boleh saja menentukan sebuah tujuan, tapi sebenarnya dalam membuat resolusi itu semestinya yang dituliskan ialah hal apa yang akan dilakukan dan akhirnya nanti menjadi kebiasaan. Garry P. Latham dari University of Toronto pernah mencetuskan sebuah teori bernama A Theory of Goal Setting and Task Performance.

Studi tersebut menemukan bahwa ketika kita berkomitmen terhadap sesuatu yang spesifik—alih-alih abstrak—kita akan fokus ke sana dan bisa mencapai tujuan. Hal ini akan mempengaruhi pikiranmu. Kamu jadi akan mengatur strategi mengenai kapan, di mana, dan bagaimana untuk bisa menuju pada resolusi itu.

Contohnya gini: kamu pengin banget menurunkan berat badan tahun depan. Nah, ini adalah tujuan yang masih sangat abstrak.

Coba tuliskan resolusi tahun depan bahwa kamu akan mulai rutin berolahraga ke gym, jogging setiap Sabtu pagi, dan berenang pada Minggu pagi. Maka, resolusimu bukan lagi fokus pada penurunan berat badan, melainkan membiasakan diri untuk rajin berolahraga.

Benar, jangan muluk-muluk bikin resolusi kalau sebenarnya kamu belum punya kemampuan dasarnya. Contohnya tahun depan kamu pengin keliling dunia, tapi sebenarnya situasi keuanganmu sedang tidak mendukung karena tahun depan masih harus bayar banyak cicilan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Albert Bandura dan Dale H. Schunk menemukan bahwa sebenarnya kemungkinan besar kita bisa mencapai tujuan apabila tujuan tersebut lebih sederhana dan bisa kita kelola sesuai kemampuan diri. Hal ini akan membuat resolusi tersebut tidak mengintimidasi kita dan memberikan ruang lebih luas untuk mencapainya.

Makanya, kenali juga kemampuan dirimu saat membuat resolusi. Apakah nanti dalam prosesnya kamu bisa melakukannya dengan konsisten atau enggak?

Ternyata, dukungan orang-orang di sekitar kita sangat berpengaruh dalam usaha mencapai sebuah impian, lho.

Studi yang dilakukan oleh Solomon E. Asch dari Swarthmore College berjudul Effects of Group Pressure Upon  The Modification and Distortion of Judgements mengungkapkan bahwa sebagai makhluk sosial, kita—manusia—selalu percaya bahwa orang lain memiliki harapan terhadap kita dan kita sendiri gak mau membuat mereka kecewa.

Oleh karenanya, sebenarnya hal tersebut bisa jadi motivasimu untuk mewujudkan resolusi tahun depan. Terlebih, menurut psikolog dari American Psychological Association, jangan menyimpan resolusimu itu sendirian. Artinya, kamu harus tergabung dalam sebuah kelompok yang memiliki visi yang sama denganmu. Hal ini karena lingkungan dalam kelompok tersebut akan saling mendukung mewujudkan tujuan.

Salah satu contohnya, jika kamu ingin tahun depan sering pergi jalan-jalan, ikutlah komunitas traveling di sekitarmu atau setidaknya buat kelompok kecil bersama teman-temanmu. Kemudian, kalian menabung bersama agar nanti pertengahan tahun bisa liburan bareng. Situasi yang positif sangat dibutuhkan dalam pencapaian sebuah resolusi!

Oke, kamu boleh saja merancang strategi demi mewujudkan impian tahun depan. Namun, jangan lupa juga dengan kemampuan finansialmu.

Menurut sebuah jurnal yang dipublikasikan di NCBI yang ditulis oleh Nola M. Ries dari University of Alberta mengungkapkan bahwa insentif finansial seseorang bisa menciptakan perubahan jangka pendek, namun hal tersebut juga bisa berpengaruh pada hasilnya di masa mendatang.

Ia melakukan penelitian kepada orang-orang yang punya tujuan menurunkan berat badan. Studinya menunjukkan bahwa orang dengan simpanan keuangan yang baik ternyata bisa menurunkan berat badannya 6 kg lebih banyak daripada mereka yang gak punya simpanan uang.

Hal ini bisa kamu terapkan dalam mencapai resolusi tahun depan. Jika kondisi finansialmu bisa stabil, kamu gak banyak jajan dan lebih banyak menabung. Tentu hal tersebut akan membantu mewujudkan resolusimu.

Menurut Tory Higgins, seorang profesor Psychology and Business di Columbia University, ada dua jenis tujuan atau goals, yakni promotion goals dan prevention goals. Bedanya apa, sih?

Kalau promotional goals itu sifatnya masih abstrak dan terlalu berangan-angan, misalnya tahun depan kamu pengin turun berat badan biar semakin berpenampilan menarik. Nah, berpenampilan menarik di sini sebenarnya gak bisa dibayangkan secara nyata dan cuma fokus pada dirimu sendiri. Hal ini justru bisa bikin dirimu semakin tertekan.

Sementara, prevention goals itu tujuan lebih bersifat "mencegah" sesuatu. Jadi, hal ini bisa lebih memotivasimu, contohnya tahun depan kamu ingin rajin olahraga biar berat badan turun dan tubuhmu semakin sehat karena kesehatan dirimu adalah tanggung jawabmu sendiri. Dengan motivasi seperti ini, akan membuat kamu lebih nyaman dalam membuat resolusi.

Nah, itulah lima tips dari para ilmuwan saat membuat ataupun memperjuangkan sebuah resolusi. Kamu udah merancangnya, belum? Apakah semua itu realistis? Coba dicek lagi dengan mencocokkan lima hal di atas!