Apa Itu Scrubber dan Bagaimana Cara Kerjanya? Ini Penjelasannya

Apa betul-betul efektif untuk membersihkan udara?

Berdasarkan laporan terbaru World Air Quality Index, Jakarta ada pada peringkat ketiga dengan tingkat polusi tinggi di dunia. Peringkat pertama dan kedua ditempati oleh Karachi (Pakistan) dan Delhi (India) sebagai kota dengan polusi tertinggi di dunia. Tentu hal ini bisa menjadi peringatan kepada kita semua, terutama warga yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya.

Pemerintah pun sudah mewajibkan pabrik dan industri menggunakan alat bernama scrubber. Bahkan, Pemerintah akan memberikan sanksi bagi pabrik atau pelaku industri yang tidak melakukan instalasi scrubber sesuai anjuran. Pemasangan alat tersebut dinilai mampu mengurangi tingkat polusi udara pada radius tertentu.

Jadi, apa sebetulnya scrubber itu? Bagaimana cara kerjanya? Nah, kalau penasaran dengan hal ini, kamu bisa menyimaknya sampai tuntas.

Scrubber dipakai sebagai pengendali polusi udara

Apa Itu Scrubber dan Bagaimana Cara Kerjanya? Ini PenjelasannyaSalah satu penyebab utama polusi udara adalah asap pabrik. (unsplash.com/Chris LeBoutillier)

Pabrik dan industri merupakan salah satu penyumbang terbesar polusi udara di sebuah wilayah. Selain itu, bahan polutan lainnya juga dinilai berbahaya, misalnya asap kendaraan bermotor, pembakaran sampah, bahkan pembakaran yang dilakukan dalam skala kegiatan rumah tangga.

Nah, untuk pabrik atau industri, penggunaan scrubber sudah cukup jamak dilakukan pada negara-negara maju. Dijelaskan dalam laman Britannica, alat scrubber merupakan perangkat atau teknologi yang mampu menjebak partikel polutan menggunakan cairan tertentu. Pada praktiknya, scrubber dinilai sanggup membersihkan partikel udara pada rentang toleransi angka tertentu.

Ada berbagai jenis scrubber yang biasa digunakan, salah satunya scrubber semprot yang diletakkan di menara atau lantai gedung paling atas. Cara ini melibatkan beberapa nozel dan sirkulasi yang dibuat khusus untuk menangkap arus udara guna dibersihkan memakai cairan khusus. Pada umumnya, model pembersih polusi macam ini mampu mengendalikan partikel polutan yang berukuran di atas 8 μm (mikrometer).

Sayangnya, justru partikel polutan kecil (di bawah 8 μm) yang cukup sulit untuk dibersihkan. Salah satu jenis scrubber yang mampu melakukan pembersihan partikel kecil adalah scrubber dengan desain venturi. Scrubber venturi dinilai sangat efisien untuk mengatasi partikel polutan berukuran di atas 0,5 μm.

Teknologi venturi sendiri banyak diaplikasikan dalam dunia industri sejak pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Italia bernama Giovanni Battista Venturi. Pada industri atau pabrik yang besar, penggunaan scrubber khusus juga diwajibkan. Perangkat dan sirkulasi khusus ini dipakai untuk mengendalikan polutan pada pabrik. Beberapa di antaranya:

  • Scrubber Partikulat Multi-Vane (MVS), sebuah sistem scrubber yang cukup besar dan kompleks yang biasanya terpasang pada industri kelas menengah dan besar;
  • Scrubber Gas Kimia, peralatan pengendali polutan yang biasanya terpasang pada pabrik atau industri kimia;
  • Scrubber Amonia, sistem sirkulasi yang ditujukan untuk menetralkan amonia.

Selain itu, ada beberapa jenis scrubber khusus yang teknologinya mampu menetralkan dampak polutan dari keberadaan zat kimia lainnya, seperti klorin (bahan utama disinfektan) dan asam sulfat. Namun, tentu tidak semua partikel polutan mampu dikendalikan oleh scrubber. Partikel yang lepas dari sirkulasi scrubber tetap akan terbawa ke udara dan meningkatkan suhu di Bumi.

Baca Juga: Polusi Udara, Panas, Karbon Dioksida, dan Kebisingan Ganggu Tidur

Namun, pemakaian scrubber di industri pelayaran bisa berdampak negatif bagi ekosistem laut

Apa Itu Scrubber dan Bagaimana Cara Kerjanya? Ini PenjelasannyaJika tak diatasi, industri pelayaran juga dapat menghasilkan polutan bagi udara dan ekosistem laut. (unsplash.com/Bernd 📷 Dittrich)

Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, scrubber pada dasarnya memuat sistem sirkulasi pembersihan partikel udara menggunakan cairan khusus. Sayangnya, sistem ini kadang bagai pedang bermata dua. Di satu sisi, udara di sekitarnya bisa dibersihkan dengan optimal, tapi di sisi lain rupanya dapat berdampak buruk pada ekosistem laut.

Pada riset rilisan 2020 yang diterbitkan oleh Environmental Sciences Europe ditemukan fakta bahwa hasil akhir dari scrubber adalah air pencuci atau bilasan yang bersifat asam. Cairan asam yang bersifat kontaminan terbuang ke lautan lepas. Jumlahnya memang tidak banyak jika dibandingkan dengan lautan itu sendiri, tapi penggunaan scrubber pada kapal-kapal besar sudah makin meningkat.

Laporan riset tersebut juga menunjukkan bahwa cairan hasil cucian udara kotor akan menghasilkan kontaminan tinggi, seperti seng, vanadium, tembaga, nikel, fenantrena, naftalena, dan sebagainya. Pada pelabuhan yang dihadiri kapal-kapal besar tiap harinya, ditemukan penurunan pH pada air laut sebesar 0,015 dan peningkatan zat kimia lainnya, yakni naftalena (189 persen) dan vanadium (46 persen).

So, hingga saat ini, scrubber memang masih menjadi cara efektif untuk mengendalikan polusi udara. Akan tetapi, keberadaan scrubber pada kapal-kapal industri juga bisa memberi dampak yang kurang bagus bagi ekosistem laut. Semoga saja ditemukan teknologi pembersih polusi yang betul-betul sempurna pada masa depan, baik untuk udara maupun laut.

Well, bagaimana, nih? Kamu sudah mengetahui apa itu scrubber dan bagaimana cara kerjanya. Semoga artikel ini dapat memberi tambahan pengetahuan baru, ya!

Baca Juga: 5 Cara Polusi Udara Tingkatkan Risiko Depresi

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya