5 Cara Polusi Udara Tingkatkan Risiko Depresi

Bisa sebabkan gangguan keseimbangan neurotransmiter di otak

Akhir-akhir ini kualitas udara di Jakarta dan beberapa kota lainnya tergolong tidak sehat, dan beberapa kali bertengger di peringkat teratas kota paling berpolusi di dunia.

Kondisi ini tentu sangat menghawatirkan dan berbahaya bagi kesehatan, khususnya bagi sistem pernapasan. Buktinya tercatat peningkatan ISPA di kota-kota yang tingkat polusi udaranya buruk.

Sayangnya, polusi udara tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga bagi kesehatan mental. Berikut ini beberapa cara polusi udara dapat meningkatkan risiko depresi.

1. Polusi udara menyebabkan disregulasi neurotransmiter

5 Cara  Polusi Udara Tingkatkan Risiko Depresiilustrasi depresi (unsplash.com/Nick Fewings)

Neurotransmiter adalah senyawa kimia dalam otak yang bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal antar sel saraf. Salah satu neurotransmiter yang paling dikenal adalah serotonin, yang sering dijuluki sebagai "hormon kebahagiaan." Ketika tingkat serotonin dalam otak terganggu atau jumlahnya menurun, ini dapat berkontribusi pada perkembangan depresi.

Polusi udara ternyata memiliki dampak yang lebih luas di dalam tubuh kita, termasuk pada kesehatan mental.

Studi dalam jurnal Environmental Pollution (2022) menemukan bahwa salah satu mekanisme paparan jangka panjang terhadap polusi udara terhadap kesehatan mental adalah gangguan keseimbangan neurotransmiter di otak. Partikel kecil seperti PM2.5 dan gas seperti NO2 dapat merusak sistem saraf dan memicu peradangan di otak. Inilah yang disebut sebagai disregulasi neurotransmiter.

Disregulasi neurotransmiter dapat mengubah suasana hati dan mengganggu fungsi kognitif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko depresi. Dengan kata lain, ketika kadar neurotransmiter tidak seimbang akibat paparan polusi udara, kita bisa menjadi lebih rentan terhadap depresi.

Namun, perlu diingat bahwa depresi adalah masalah kesehatan yang kompleks, dan polusi udara hanya salah satu faktor yang dapat memengaruhinya.

2. Menyebabkan inflamasi sistemik

5 Cara  Polusi Udara Tingkatkan Risiko Depresiilustrasi polusi udara (pexels.com/Jimmy Liao)

Paparan polusi udara dapat memicu respons inflamasi sistemik dalam tubuh. Respons inflamasi ini adalah bagaimana tubuh kita bereaksi terhadap benda asing atau bahaya, dan ini dapat memengaruhi kesehatan kita secara keseluruhan.

Studi dalam jurnal Frontiers in Public Health (2022) menyebutkan bahwa salah satu mekanisme polusi udara dapat meningkatkan risiko depresi adalah polutan gas NOx dan CO yang merangsang reaksi peradangan dalam tubuh. Ketika terpapar oleh polutan ini, tubuh kita menganggapnya sebagai ancaman. Ini mengarah pada pelepasan senyawa inflamasi, yang dapat menciptakan peradangan dalam tubuh.

Peradangan ini, meskipun mungkin tidak terlihat, dapat memiliki dampak yang signifikan pada otak. Ini dapat mengganggu komunikasi antar sel saraf dan memengaruhi zat kimia dalam otak yang mengatur suasana hati dan emosi. Akibatnya, kita bisa merasa lebih cemas, sedih, atau bahkan mengalami gejala depresi.

Baca Juga: 14 Penyebab Depresi Kambuh yang Perlu Diperhatikan

3. Menyebabkan sistem saraf menjadi hiperaktif terhadap penyebab peradangan

5 Cara  Polusi Udara Tingkatkan Risiko DepresiIlustrasi polusi udara (Pexels.com/Ömer Faruk Yıldız)

Berdasarkan laporan dalam JAMA Network Open (2023) tentang dampak polusi udara pada kesehatan mental, para ilmuwan menemukan kemungkinan mekanisme mengapa polusi udara dapat berkontribusi pada risiko depresi, terutama pada usia lanjut.

Salah satu temuan penting adalah bahwa polusi udara dapat menyebabkan sistem saraf menjadi lebih sensitif terhadap pemicu peradangan atau inflamasi. Ini adalah salah satu faktor yang dapat memicu gejala depresi pada individu yang terpapar polusi udara secara berkepanjangan.

Ketika terpapar polusi udara, seperti PM2.5 atau nitrogen dioksida (NO2), sistem saraf dapat meresponsnya sebagai ancaman. Ini adalah reaksi yang wajar ketika tubuh berusaha melindungi diri dari zat-zat berbahaya. Namun, ketika paparan terhadap polusi udara berlanjut dalam jangka panjang, sistem saraf dapat menjadi "hiperaktif," artinya menjadi terlalu responsif terhadap peradangan.

Sistem saraf yang hiperaktif dapat mengirimkan sinyal-sinyal ke otak yang sebenarnya tidak perlu. Ini mirip alarm yang terus berbunyi bahkan ketika tidak ada bahaya nyata. Ketika otak menerima sinyal-sinyal ini secara berulang, ini dapat menyebabkan perubahan dalam suasana hati dan perasaan negatif yang berkelanjutan.

4. Menyebabkan stres oksidatif di otak

5 Cara  Polusi Udara Tingkatkan Risiko Depresiilustrasi polusi udara (pexels.com/Marcin Jozwiak)

Dampak polusi udara bagi tubuh kita bisa begitu kompleks. Temuan dalam jurnal Frontiers in Public Health (2022), paparan polusi udara dapat menyebabkan stres oksidatif di otak.

Stres oksidatif adalah kondisi saat tubuh mengalami ketidakseimbangan antara senyawa yang disebut radikal bebas dengan antioksidan. Nah, ketika kita terpapar oleh polusi udara, ini dapat menghasilkan lebih banyak radikal bebas.

Otak sangat rentan terhadap kerusakan oleh radikal bebas. Otak memiliki banyak jaringan yang sangat penting dan rentan terhadap peradangan. Ketika stres oksidatif terjadi di otak, ini dapat merusak sel-sel otak dan jalur-jalur komunikasi antar sel-sel otak.

Akibatnya, stres oksidatif ini bisa merusak fungsi otak yang mengatur suasana hati dan emosi. Ini bisa membuat kita merasa lebih stres, cemas, atau bahkan mengalami gejala depresi.

5. Mengganggu sumbu HPA

5 Cara  Polusi Udara Tingkatkan Risiko Depresiilustrasi depresi (unsplash.com/micheile henderson)

Sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) adalah sistem penting yang mengatur bagaimana kita menanggapi stres. Ketika kita menghadapi situasi yang menegangkan atau stres, sistem HPA akan memberi tahu otak dan kelenjar pituitari untuk memproduksi hormon stres, seperti kortisol. Hormon ini membantu kita mengatasi stres dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan pernapasan, dan meningkatkan energi tubuh kita. Menurut penelitian polusi udara dapat mengganggu sumbu HPA.

Ketika terpapar polusi udara yang tinggi, ini dapat memengaruhi cara sistem HPA berfungsi. Ini bisa membuat sistem ini menjadi overaktif. Ketika sistem HPA tidak berfungsi dengan baik, ini dapat memicu perubahan dalam suasana hati dan merusak keseimbangan hormon. Hasilnya, kita mungkin lebih rentan terhadap gejala depresi dan lebih mudah merasa cemas atau stres.

Melindungi diri dari paparan polusi udara adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik kita. Ini tidak hanya tentang melindungi paru-paru, tetapi juga keseimbangan tubuh yang memengaruhi suasana hati dan emosi kita.

Baca Juga: Bahaya Olahraga Pagi saat Tingkat Polusi Tinggi

Masrurotul Hikmah Photo Verified Writer Masrurotul Hikmah

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya