5 Fakta Menarik Walang Sangit, Hama Padi yang Meresahkan

Buat yang tinggal di wilayah Asia tropis, seperti Indonesia, pasti tidak asing dengan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius). Hama ini kerap ditemukan di area persawahan dan menyerang tanaman padi. Karakteristiknya yaitu tubuhnya berbentuk panjang ramping berwarna cokelat atau hijau. Biasanya, mereka mengeluarkan bau tak sedap atau “sangit” saat diganggu.
Hama walang sangit adalah salah satu hama yang paling meresahkan bagi petani. Pasalnya, hama ini dapat menggerogoti bulir padi yang sedang berkembang. Alhasil, bulir padi menjadi kopong atau berukuran kecil yang menurunkan produktivitas hasil panen. Seperti apa fakta-fakta menarik walang sangit lainnya? Yuk, simak berikut ini!
1. Karakteristik walang sangit

Walang sangit adalah serangga dari famili Alydidae dan ordo Hemiptera. Mereka memiliki ciri khas tubuh lonjong dan ramping dengan tungkai-tungkai panjang di sekitarnya. Di kepalanya, terdapat antena (proboscis) panjang dengan bentuk kepala segitiga yang lebar.
Walang sangit memiliki warna tubuh yang bervariasi. Pada tahap nimfa, serangga ini berwarna hijau. Sedangkan pada tahap imago (dewasa), berwarna cokelat kehitaman sedikit kusam. Mereka juga memiliki sayap tipis, yang biasa disebut dengan sayap membraneous.
Saat dewasa, walang sangit memiliki ukuran tubuh sekitar 17—20 mm dengan lebar 3—4 mm. Di mana ukuran jantan lebih besar dibandingkan betina. Walang sangit jantan biasanya berukuran 18—19,5 mm dan lebar 1,95—2 mm, sedangkan betina berukuran 17,5—18 mm dan lebar 2,4—3 mm.
2. Perkembangbiakan

Walang sangit berkembang biak dengan cara bertelur. Dalam sekali bertelur, serangga ini dapat menghasilkan sekitar 75—132 telur. Telur-telur ini biasanya akan menetas setelah 5–7 hari, tergantung kondisi lingkungannya.
Setelah bertelur, induk betina akan meletakkan telur-telur tersebut di ujung atau permukaan tanaman, terutama pada daun tanaman padi. Telur walang sangit memiliki ciri berbentuk oval, pipih, dan berwarna cokelat. Ini biasanya berbaris memanjang di balik dedaunan tanaman padi.
3. Siklus hidup

Walang sangit mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tahapan hidupnya dimulai dari fase telur, nimfa, dan imago. Telur yang menetas akan menjadi nimfa, dan kemudian berkembang ke fase imago, yaitu serangga dewasa.
Pada tahap nimfa, hama ini akan bergerak menuju bulir padi untuk mencari sumber makanan. Mereka akan mengisap sari pati tanaman untuk bertahan hidup. Setelah sekitar 17 hari, nimfa akan berubah menjadi serangga dewasa. Siklus hidupnya berkisar antara 32–43 hari, di mana fase dewasa dapat hidup rata-rata selama 80 hari.
4. Habitat

Walang sangit kerap ditemukan di lingkungan persawahan. Ia lebih menyukai persawahan tadah hujan atau dataran tinggi. Selain itu, ia juga menyukai lingkungan yang hangat dengan suhu sekitar 25–26 derajat Celsius.
Biasanya, populasinya akan meningkat menjelang peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Ini biasanya akan banyak muncul pada bulan April hingga Mei. Sementara itu, pada musim kemarau, serangga ini sering kali menjadi kurang aktif.
5. Perilaku menarik walang sangit

Walang sangit kerap dilaporkan sebagai hama tanaman padi yang penting. Mereka hidup di batang atau daun padi dan menggerogoti isi bulir padi yang masih lunak (masak susu) untuk mencari makan. Namun, perilaku ini menyebabkan kerusakan tanaman, seperti menyebabkan bulir padi berwarna cokelat kehitaman dan bulir kosong.
Tidak hanya itu, walang sangit juga memiliki cara lain yang unik untuk bertahan hidup. Saat diganggu atau diserang musuh, walang sangit akan terbang dan mengeluarkan bau tak sedap dari perutnya. Ini akan membuat musuh atau pengganggu menjauh.
Walang sangit adalah salah satu serangga yang menjadi hama pertanian. Serangga ini kerap ditemukan di persawahan pada musim hangat. Jika kamu menjumpainya, hati-hati ya, karena walang ini bisa mengeluarkan bau tak sedap yang mengganggu.