5 Fakta Cephalopoda, Hewan yang Memiliki Tentakel

Cephalopoda adalah sebuah kelas hewan laut yang memiliki karakteristik unik dan menarik. Hewan ini sering kali menjadi objek penelitian para ilmuwan dan menjadi pusat perhatian para penggemar kelautan.
Cephalopoda memiliki beragam spesies, mulai dari cumi-cumi, sotong, hingga gurita. Berikut adalah 5 fakta menarik mengenai Cephalopoda.
1. Cephalopoda memiliki otak yang kompleks

Menurut Frontiers, di dalam kelompok moluska, cephalopoda mengembangkan sistem saraf otak yang luar biasa besar dan kompleks. Otak Cephalopoda memiliki sekitar 500 juta sel saraf, yang lebih banyak dibandingkan dengan ikan dan bahkan beberapa jenis mamalia. Selain itu, otaknya mengelilingi kerongkongan dan dibagi menjadi 25 lobus utama yang selanjutnya dibagi menjadi 37 atau 38 lobus, yang memungkinkan mereka untuk melihat dengan sangat jelas di bawah air.
Cephalopoda juga memiliki sistem saraf yang sangat canggih. Mereka memiliki ganglion (kumpulan sel saraf) yang tersebar di seluruh tubuh mereka, dan bahkan memiliki sistem saraf yang terdistribusi di sepanjang lengan-lengan mereka. Ini memungkinkan mereka untuk merespons stimulus dengan sangat cepat, bahkan tanpa perlu menerima sinyal dari otak.
2. Cephalopoda dapat mengubah warna dan tekstur kulitnya

Salah satu hal yang paling menarik dari Cephalopoda adalah kemampuan mereka untuk mengubah warna dan tekstur kulit mereka dengan sangat cepat. Melansir Britannica, kebanyakan Cephalopoda memiliki sel pigmen warna (kromatofora) dan sel pemantul (iridosit) di kulit. Kromatofora diperluas oleh saraf yang dikendalikan oleh otak, dan warnanya terbuka, seperti coklat, hitam, merah, kuning, atau merah jingga. Warna dan pola warna yang dipamerkan sesuai dengan kondisi perilaku, misalnya, serangan terhadap mangsa, kamuflase, istirahat, dan pertahanan.
Selain itu, Cephalopoda juga dapat mengubah tekstur kulit mereka dengan mengontrol otot-otot yang terhubung ke sel-sel kulit mereka. Mereka dapat menghasilkan tonjolan dan garis-garis pada kulit mereka, sehingga mereka terlihat seperti kerangka atau batu karang. Kemampuan ini sangat berguna untuk menghindari predator dan juga untuk berburu mangsa.
3. Beberapa spesies Cephalopoda dapat berkomunikasi dengan cahaya

Beberapa spesies Cephalopoda, seperti gurita dan cumi-cumi, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan cahaya. Menurut laman Society for Integrative and Comparative Biology, bioluminesensi adalah sifat kompleks yang ada di seluruh takson pada spesies laut dan darat, termasuk kelas Cephalopoda. Bioluminesensi adalah penghasil fotofor. Beberapa spesies cephalopoda melakukan ini dengan memancarkan cahaya dari organ yang disebut fotofor, yang terletak di seluruh tubuh mereka. Cahaya ini kemudian digunakan untuk mengirim sinyal ke spesies lain, baik untuk tujuan reproduksi atau untuk menghindari predator.
Salah satu contoh penggunaan cahaya oleh Cephalopoda adalah dalam proses kawin. Pada saat kawin, gurita jantan akan memancarkan cahaya dari tubuhnya, sementara gurita betina akan memancarkan cahaya dari ujung-ujung lengan mereka. Dengan cara ini, gurita jantan dan betina dapat saling mengenali dan berkomunikasi secara efektif.
4. Menyemprotkan tinta sebagai mekanisme pertahanan diri

Beberapa spesies Cephalopoda, seperti cumi-cumi dan gurita, memiliki kemampuan untuk menyemprotkan tinta sebagai mekanisme pertahanan diri. Ketika merasa terancam atau ingin melarikan diri dari predator, Cephalopoda akan mengeluarkan tinta hitam yang mampu menutupi area di sekitarnya dan membuat predator bingung.
Tinta tersebut terdiri dari pigmen melanin yang diproduksi oleh kantung tinta yang dimiliki oleh Cephalopoda. Beberapa spesies Cephalopoda juga dapat mengeluarkan tinta dengan berbagai warna dan efek, seperti menghasilkan cahaya atau bau yang tidak sedap.
5. Kemampuan regenerasi yang luar biasa

Cephalopoda memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa. Jika bagian tubuh mereka terpotong atau rusak, mereka mampu meregenerasinya kembali dengan cepat. Sebagai contoh, gurita dapat meregenerasi tentakelnya dalam waktu singkat setelah terpotong oleh predator.
Beberapa spesies Cephalopoda juga mampu meregenerasi sel-sel kulit mereka untuk menyesuaikan warna dan pola tubuh mereka dengan lingkungan sekitar. Kemampuan regenerasi yang luar biasa ini membuat Cephalopoda sangat tangguh dan adaptif dalam menghadapi lingkungan yang berubah-ubah.
Cephalopoda adalah makhluk yang luar biasa dan menarik untuk dipelajari. Dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi dan keunikannya yang menakjubkan, Cephalopoda telah menarik perhatian para ilmuwan selama bertahun-tahun. Namun, seperti halnya dengan banyak spesies lain, Cephalopoda juga menghadapi berbagai ancaman termasuk perubahan lingkungan dan pengambilan hasil laut yang berlebihan. Oleh karena itu, perlindungan dan pelestarian spesies Cephalopoda sangat penting bagi kelangsungan hidupnya dan keberlanjutan ekosistem laut.