5 Fakta Cumi-cumi Kolosal, Makhluk Misterius Terbesar di Antartika

Cumi-cumi kolosal memiliki bentuk yang mirip dengan jenis cumi-cumi pada umumnya. Perbedaannya terletak pada mantel yang lebih besar dan tentakel yang lebih pendek. Tubuh cumi-cumi kolosal lebih luas dan memiliki bobot tubuh yang berat. Menurut laman Squid World, tungkai dan tentakel mereka panjang dan memiliki kait tajam di ujungnya.

Panjangnya bisa mencapai 14 m dan berat mencapai 500 kg. Jika diukur dari spesies yang telah mati, mata cumi-cumi raksasa memecahkan rekor dengan diameter 28 cm.

Bahkan, perkiraan diameter mata lebih besar hingga mencapai 30-41 cm. Keterangan lebih teliti mengenai cumi-cumi ini belum jelas. Hal ini karena tidak ada spesies hidup yang terlihat secara langsung. 

Cumi-cumi ini dikenal dengan cumi-cumi antartika yang hidup di perairan dingin Samudra Selatan. Cumi-cumi ini terlihat di perairan bagian selatan Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Amerika Selatan.

Juvenile colossal dapat berenang hingga kedalaman sekitar 1 km, sementara cumi-cumi dewasa bisa mencapai 2 km di bawah permukaan laut. Paus Sperma adalah predator alami yang mengancam spesies cumi-cumi ini.

Dalam sebuah catatan para ilmuwan, paruh dan tentakel cumi-cumi kolosal pernah ditemukan dalam perut paus sperma. Ditemukan pula luka pada paus sperma yang bentuknya cocok dengan kait pada tentakel cumi-cumi kolosal. Predator lain yang mengancam habitat mereka, antara lain anjing laut, paus paruh, elang laut, dan hiu. 

Sementara, terdapat sedikit pengamatan yang bisa dilakukan pada cumi-cumi kolosal. Mereka dianggap sebagai soliter yang bergerak secara perlahan di dalam air. Dilihat dari cara mereka bergerak, dipastikan bahwa cumi-cumi ini termasuk dalam predator penyergap yang mempertahankan posisi saat menyergap mangsanya.

Setelah mangsa siap untuk diserang, paruh besar digunakan untuk menyergap mangsa. Cumi-cumi kolosal yang bertubuh besar bertahan hidup dengan memangsa ikan-ikan besar, seperti ikan gigi patagonian. Selain itu, kemungkinan cumi-cumi ini memangsa cumi-cumi lain yang lebih kecil. 

Sejauh ini, proses reproduksi pada cumi-cumi kolosal tidak pernah diamati dan dicatat. Menurut para ilmuwan, cumi-cumi ini termasuk dalam hewan dimorfik secara seksual, dengan betina lebih besar dibandingkan dengan jantan.

Cumi-cumi jantan memiliki penis yang digunakan untuk reproduksi. Untuk proses pembuahan, tidak diteliti secara pasti. Jika dikaitkan dengan cumi-cumi raksasa lainnya, cumi-cumi ini bisa disamakan dengan proses reproduksi cumi-cumi lain, yaitu bertelur. 

Cumi-cumi raksasa adalah predator besar laut dengan panjang dan tentakel yang berbeda dengan cumi-cumi lain. Menurut laman Squid World, kulit cumi-cumi ini berwarna kemerahan. Lautan dalam di Antartika dan Pasifik Barat Daya di Selandia Baru menjadi tempat ditemukannya cumi-cumi kolosal.

Nah, fakta mengenai cumi-cumi kolosal yang hidup di Antartika ini menarik untuk diketahui. Kehidupan hewan laut yang menempati habitat dengan iklim terdingin di dunia membuatnya berbeda dengan jenis cumi-cumi lainnya. Semoga, suatu hari nanti, kita bisa mengungkap keberadaannya lebih jauh, ya!