6 Fakta Darwin’s Slipper, Bentuknya Mirip Kursi!

Satu lagi bunga yang namanya berasal dari barang-barang di sekitar kita, yakni Darwin’s slipper atau sandal Darwin. Sesuai dengan namanya, sekilas bunga ini terlihat seperti sandal atau sebuah kursi dengan dudukan berwarna putih. Mereka tumbuh subur di lokasi yang mendapat cahaya matahari penuh atau sebagian.
Sandal Darwin atau Darwin’s slipper dapat ditemukan di pegunungan di Amerika Selatan. Meski berada di lokasi yang cukup sulit untuk dijangkau, kecantikan dari bunga ini mampu mengundang banyak orang untuk melihatnya.
Tidak hanya itu, spesies tumbuhan ini juga menyimpan fakta unik yang menarik untuk dikulik, lho! Simak penjelasannya di bawah ini.
1. Termasuk dalam satu keluarga yang sangat besar

Darwin’s slipper memiliki nama ilmiah Calceolaria uniflora. Tergabung dalam genus bunga slipper atau Calceolaria dan famili Calceolariaceae. Sesuai informasi dari iNaturalist, genus Calceolaria adalah sebuah genus yang sangat besar yang terdiri dari setidaknya 388 spesies.
Tidak hanya itu, persebaran lokasi dari tumbuhan yang tergabung dalam genus ini juga sangat luas, lho. Peta persebaran mereka terbentang dari Patagonia hingga Meksiko. Pusat distribusi dari bunga genus slipper ini berada di wilayah pegunungan Andes.
2. Ditemukan oleh ilmuwan terkenal

Bunga satu in rupanya tidak ditemukan oleh orang biasa. Dilansir Strange Wonderful Things, Darwin’s slipper atau sandal Darwin pertama kali ditemukan oleh Charles Darwin di Amerika Selatan. Charles Darwin sendiri adalah seorang ilmuwan terkenal di mana salah satu hasil penelitiannya yang paling mendunia adalah teori evolusi manusia menurut Charles Darwin.
Sekarang kamu tahu, kan, kenapa nama bunga ini Darwin’s slipper atau sandal Darwin?
3. Sekilas mirip sandal, penguin, atau kursi

Penampilannya yang sangat unik membuat bunga ini sangat mencolok apabila disandingkan dengan bunga lainnya. Kelopak bunga berwarna kuning cerah hampir oranye dengan garis tebal berwarna putih dan merah marun di bawahnya membuat bunga ini terlihat seperti memiliki bentuk lain.
Apabila dilihat dari kejauhan, posisi mereka yang saling bergerombol terlihat seperti rombongan penguin yang berjalan bersamaan. Apabila kita berfokus ke garis tebal putih dengan kelopak kuning yang melengkung ke belakang, maka, bunga ini bisa terlihat seperti kursi dengan dudukan putih yang nyaman. Namun, Darwin’s slipper juga terlihat seperti sandal dengan bagian depan tertutup.
Bentuknya yang unik tersebut membuat bunga satu ini sangat iconic. Apalagi dengan habitatnya yang berada di pegunungan.
4. Mereka mungil

Darwin’s slipper atau sandal Darwin merupakan bunga yang berukuran cukup kecil. Bunga ini rata-rata hanya berukuran 5 cm saja. Sedangkan, batang yang menopang bunga kuning dengan bentuk ini biasanya bisa tumbuh hingga panjang 10-13 cm. Bunga ini biasanya mekar di akhir musim semi atau awal musim panas, musim panas, dan akhir musim panas atau awal musim dingin.
5. Memanfaatkan burung untuk penyerbukan

Selayaknya bunga lainnya, Darwin’s slipper atau sandal Darwin juga memanfaatkan penyerbukan untuk bertahan hidup. Dalam proses reproduksi antar tumbuhan ini, Darwin’s slipper memanfaatkan keberadaan burung yang tertarik pada mereka. Burung-burung yang tinggal di habitat bunga ini suka memakan bagian putih yang ada pada bunga sandal Darwin. Perilaku burung tersebut membantu spesies bunga ini melakukan penyerbukan dan melakukan reproduksi untuk menghasilkan tanaman baru.
Selain bentuknya yang unik, proses penyerbukan dari Darwin’s slipper ini pun juga unik. Alih-alih menggunakan serangga, mereka memanfaatkan keberaaan burung yang suka memakan salah satu bagian bunganya. Meski tersebar di wilayah yang sangat dekat dengan Antartika, batas suhu tanaman ini hanya berkisar -1 hingga 23 derajat celcius saja, lho. Tertarik untuk menanamnya?