5 Fakta di Balik Menghijaunya Arab Saudi

Pemerintah Arab Saudi telah mengumumkan rencana untuk menghasilkan 30% energi dari sumber energi terbarukan pada tahun 2030. Dilansir dari CNBC Indonesia, tujuan jangka menengah Arab Saudi adalah untuk mengurangi emisi karbon dioksida lebih dari 278 juta ton per tahun pada tahun 2030, yakni lebih dari dua kali lipat target yang ditetapkan awal tahun 2023.

Pemerintah Arab Saudi juga telah mengeluarkan peraturan yang mengatur penggunaan energi dan emisi gas rumah kaca di sektor industri dan transportasi. Hal ini termasuk target-target reduksi emisi gas rumah kaca dan pengembangan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin. Peraturan ini juga mencakup program efisiensi energi dan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Arab Saudi menjadi tuan rumah Pameran Dunia tentang Energi Hijau dan Pembangunan Berkelanjutan (SWEDD) pada tahun 2019. Pameran ini diadakan di Riyadh dan diharapkan akan menjadi platform untuk mempromosikan teknologi hijau dan solusi pembangunan berkelanjutan di kawasan Timur Tengah.

Pemerintah Arab Saudi telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan konservasi air dan perlindungan lingkungan. Salah satu contohnya adalah dengan mendorong program-program pengelolaan air yang efisien, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan mengurangi kerugian air. Pemerintah juga telah meluncurkan program reboisasi hutan, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Hujan di Arab Saudi sangat penting bagi pertumbuhan tanaman di wilayah gurun karena tanaman di wilayah ini sangat tergantung pada hujan yang jarang terjadi. Tanaman di gurun dapat tumbuh dengan baik setelah hujan dan dapat memberikan hasil panen yang baik. Namun, jika hujan tidak cukup atau tidak terjadi sama sekali, tanaman dapat mati atau tidak dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, curah hujan yang tinggi membuat tanaman di daerah gurun menjadi tumbuh dengan baik.