5 Fakta Garangan Ekor Putih, Spesies Garangan Terbesar di Dunia

Dari sekitar 34 spesies garangan (famili Herpestidae), ada satu spesies yang memiliki ukuran paling besar, yakni garangan ekor putih (Ichneumia albicauda). Jika diukur dari ujung kepala hingga ujung ekor, panjang garangan ini mencapai 103 cm dengan bobot 3,4—3,6 kg. Malahan, individu terbesar diperkirakan dapat tumbuh sampai seberat 5 kg.
Warna rambut garangan ekor putih didominasi cokelat kekuningan di area sekitar kepala ditambah dengan warna hitam di area punggung, kaki, dan pangkal ekor. Sesuai dengan nama mereka, bagian ekor garangan ini memiliki warna putih dan rambut di ekor ini jauh lebih panjang dari rambut lain di seluruh tubuh mereka. Garangan ekor putih dilengkapi dengan dua pasang kaki berjari lima ditambah cakar-cakar keriting yang kuat.
Fakta menarik dari garangan ini tentunya bukan hanya soal ukuran mereka yang besar itu. Pada kesempatan ini, kita akan ulik bersama-sama soal hal-hal unik lain dari garangan ekor putih. Jadi, kalau sudah penasaran, simak pembahasan berikut ini, ya!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Garangan ekor putih punya peta persebaran yang sangat luas. Mereka dapat ditemukan dari Semenanjung Arab, Afrika Barat, Afrika Timur, Afrika Tengah, hingga Afrika Selatan. Dari wilayah-wilayah tersebut, garangan ekor putih hanya absen di area yang lembab, semisal aliran Sungai Kongo, dan gurun pasir.
Dilansir Animalia, pilihan habitat favorit bagi garangan ini berupa sabana tropis dan hutan kering. Namun, terkadang mereka juga dapat berada di habitat semi gurun hingga padang rumput yang kering. Yang jelas, garangan ekor putih akan selalu dekat pada tempat dengan rerumputan atau pohon tebal yang dapat berfungsi sebagai tempat persembunyian bagi garangan yang satu ini. Hewan ini tergolong nokturnal sehingga lebih banyak beraktivitas ketika Matahari sudah terbenam.
Untuk urusan sarang, mereka tidak membangun tempat berlindung itu sendiri. Garangan ekor putih akan mengambil lubang bekas hewan lain hingga dijadikan sarang sendiri. Terkadang, setelah menemukan sarang rayap, mereka akan menggunakan sisa-sisa sarang rayap itu sebagai rumah untuk bersembunyi.
Hewan ini tergolong karnivor. Akan tetapi, kebanyakan pilihan makanan garangan ekor putih selalu diisi oleh serangga yang tergantung pada musim. Saat musim hujan, target utama mereka adalah kumbang kotoran dan larvanya, sementara saat musim kemarau, target mereka berubah menjadi rayap. Selain itu, garangan ini bisa juga menargetkan pengerat kecil, ular, kadal, burung, dan telur. Terkadang, mereka memburu ayam peternak maupun memakan buah-buahan jika menjumpainya.
2. Hewan soliter, tapi punya banyak cara berkomunikasi

Diluar musim kawin, garangan ekor putih termasuk hewan soliter yang artinya mereka lebih banyak hidup menyendiri. Uniknya, kendati hidup menyendiri, garangan ini tetap memiliki beberapa bentuk komunikasi. Biasanya, komunikasi antara garangan ekor putih dilakukan lewat berbagai suara yang mereka keluarkan, postur tubuh, hingga aroma khusus.
Dilansir Animal Diversity, garangan ekor putih dapat mengeluarkan suara seperti geraman, gonggongan, jeritan, hingga rengekan. Suara-suara itu dapat digunakan untuk memanggil pasangan atau anak, memperingatkan keberadaan predator, sampai memperingatkan garangan lain jika masuk ke wilayah mereka. Selain suara, garangan ekor putih turut memanfaatkan bau dari urine, kotoran dan semacam kelenjar khusus guna menandai batas wilayah mereka masing-masing. Untuk postur tubuh, terkadang pasangan garangan ini akan mengangkat ekor mereka sambil mengembangkan rambut di ekor untuk fungsi yang belum diketahui sampai saat ini.
Ya, garangan ekor putih memang memiliki wilayah sendiri. Namun, hanya para jantan yang mempertahankan wilayah mereka secara ketat sehingga tidak dapat menolerir kehadiran jantan lain. Sementara itu, wilayah betina terkadang saling tumpang tindih dengan betina lain ataupun jantan yang berfungsi memudahkan mereka untuk mencari pasangan ketika musim kawin tiba.
3. Kebal serangan ular berbisa

Salah satu mangsa favorit garangan ekor putih adalah ular berbisa. Tentunya, untuk berburu jenis mangsa yang satu ini, ada risiko besar yang dapat membahayakan nyawa mereka. Beruntungnya, garangan ekor putih sudah berkembang dan beradaptasi dengan baik sehingga dapat mengatasi segara bentuk serangan dari ular berbisa.
Untuk mengatasi serangan cepat dari ular berbisa, garangan ekor putih terbilang sangat lincah untuk bergerak ke kanan dan ke kiri. Apalagi, ketika sudah fokus pada target, respon mereka terbilang instan saat merasakan ular akan segera menyerang. Kalaupun pada akhirnya ular tersebut dapat melancarkan serangan dan menyuntikkan bisa ke dalam tubuh garangan ekor putih, mereka tidak perlu risau akan terdampak efek mematikan dari racun dalam bisa ular.
Critter Science melansir kalau tubuh garangan ekor putih memiliki resistensi yang tinggi terhadap racun pada bisa ular dan kalajengking. Hal ini disebabkan karena ada mutasi pada reseptor asetilkolin nikotinik pada tubuh mereka. Sebagai informasi, reseptor tersebut berfungsi untuk mengikat racun bisa ular yang masuk ke tubuh mereka sehingga efek dari racun tersebut tidak terjadi kepada garangan ekor putih.
4. Sistem reproduksi

Belum banyak hal yang kita ketahui tentang sistem reproduksi dari garangan ekor putih, termasuk apakah terdapat ritual kawin khusus antara jantan dengan betina. Bahkan, soal kapan musim kawin bagi hewan ini masih diperdebatkan, tetapi diperkirakan terjadi antara bulan Desember—Maret. Setelah kawin, garangan ekor putih betina akan mengandung anak mereka selama kurang lebih 90 hari.
Animalia melansir kalau garangan ekor putih betina dapat melahirkan 1—3 ekor anak dalam satu masa reproduksi. Anak-anak garangan ini akan ada dalam perlindungan dan asuhan induk mereka hingga berusia 9 bulan, dimana pada usia itu pula anak garangan ekor putih sudah dapat hidup mandiri. Meski sudah mandiri dan hidup terpisah dari si induk, anak garangan yang sudah berusia 9 bulan ini akan tetap berada di sekitar wilayah si induk selama 4 bulan. Sementara itu, untuk mencapai usia kematangan seksual, garangan ekor putih butuh waktu selama 2 tahun.
5. Status konservasi

Saat ini, garangan ekor putih masih masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern) dalam catatan IUCN Red List. Selain itu, kondisi populasi mereka juga cenderung stabil, mengingat peta persebaran hewan ini yang sangat luas. Ditambah lagi, untuk sekarang, tidak ada ancaman berarti yang dapat mengganggu kestabilan populasi spesies garangan ini.
Kalaupun ada masalah, biasanya bahaya bagi garangan ekor putih datang dari manusia. Dilansir Animal Diversity, kelenjar khusus yang diproduksi di anus mereka (disebut civet), memiliki nilai ekonomi karena menjadi bahan baku untuk parfum. Maka dari itu, perburuan garangan ekor putih demi civet mereka jadi sering dilakukan. Sebenarnya, perburuan itu dimaksudkan untuk menangkap si garangan hidup-hidup. Akan tetapi, terkadang garangan ekor putih juga diburu dalam keadaan mati karena daging dan rambut mereka juga memiliki nilai ekonomi.
Jadi, itu dia beberapa fakta menarik dari spesies garangan terbesar di dunia ini. Mulai dari tubuh besar dengan rambut panjang, "ilmu kebal" dari bisa ular, hingga civet mereka yang memiliki nilai ekonomi jelas jadi daya tarik tersendiri dari garangan ekor putih. Kalau kamu paling tertegun kagum dengan fakta yang mana, nih?