Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret hering sabana dewasa yang sedang bertengger (commons.wikimedia.org/vinicius_s_domingues)
potret hering sabana dewasa yang sedang bertengger (commons.wikimedia.org/vinicius_s_domingues)

Intinya sih...

  • Hering sabana hidup di berbagai habitat, seperti sabana, padang rumput, hutan, sampai rawa.

  • Makanan mereka adalah bangkai hewan lain dan kadang ikan.

  • Hering sabana memiliki kemampuan mendeteksi bangkai lewat indra penciuman tajam.

Hering sabana atau hering kepala-kuning kecil (Cathartes burrovianus) punya penampilan yang cukup berbeda kalau dibandingkan dengan spesies burung hering (ordo Accipitriformes) lain. Ketika sedang bertengger, burung ini mirip seperti kalkun dengan bagian kepala yang mengombinasikan warna kuning, merah, hitam, dan krem yang unik. Terdapat pula lubang di dekat pangkal paruh atas. Belum lagi, bulu yang didominasi warna hitam itu semakin memberi kesan mengerikan bagi spesies burung yang satu ini

Menariknya, secara ukuran, hering sabana termasuk spesies burung hering paling kecil di Dunia Baru, khususnya soal bobot. Panjang tubuh burung ini sekitar 53—65 cm, ekor 19—24 cm, rentang sayap 150—165 cm, dan bobot 950—1.550 gram. Selain soal penampilan dan ukuran, hering sabana punya beberapa fakta menarik lain yang akan segera kita bahas. Jadi, kalau sudah penasaran, yuk, kenalan dengan salah satu spesies burung hering ini!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Hering sabana punya peta persebaran yang luas dan terbilang adaptif pada berbagai jenis habitat. (commons.wikimedia.org/Vincent A. Vos)

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, hering sabana berasal dari Dunia Baru. Artinya, mereka adalah burung yang menghuni kawasan benua Amerika. Secara spesifik, burung ini ditemukan di Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang meliputi negara-negara seperti Meksiko, El Salvador, Honduras, Guatemala, Kosta Rika, Nikaragua, Belize, Panama, Ekuador, Bolivia, Brasil, Kolombia, Venezuela, Uruguay, Paraguay, dan Argentina. 

Untuk habitat, Data Zone by Birdlife melansir kalau hering sabana nyaman hidup di sekitar sabana, padang rumput, hutan, sampai rawa atau dataran banjir. Ketinggian tempat tinggal yang dipilih oleh burung ini berkisar dari 0—1.000 meter di atas permukaan laut. Dibanding dengan spesies burung hering lain, hering sabana lebih suka terbang pada ketinggian rendah supaya lebih mudah mengamati calon makanan.

Berbicara soal makanan, hering sabana utamanya memakan bangkai hewan lain, selayaknya burung hering pada umumnya. Uniknya, mereka tak dapat memakan bangkai hewan yang masih utuh karena tak punya paruh kuat untuk merobek kulit. Untuk mengatasi itu, hering sabana akan menunggu spesies burung hering lain, semisal hering raja (Sarcoramphus papai), untuk makan dan membuka bagian keras terlebih dahulu sebelum akhirnya ikut mengonsumsi bangkai yang terlihat. Selain memakan bangkai, terkadang burung hering ini memburu ikan atau hewan air lain yang ditemukan di rawa.

2. Beberapa kemampuan hebat hering sabana

Indra penciuman hering sabana sangat tajam, sebuah kemampuan yang langka pada spesies burung. (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Ingat dengan kebiasaan hering sabana menunggu hering raja untuk membuka bagian keras dari bangkai? Ternyata, ada semacam simbiosis mutualisme antara dua spesies burung hering ini. Hering sabana punya kelebihan dalam mendeteksi keberadaan bangkai lewat indra penciuman yang tajam, sesuatu yang jarang dimiliki burung. Hering raja pun memanfaatkan kemampuan kerabat ini dengan cara mengikuti hering sabana ketika hendak makan. Setelah menemukan bangkai, hering raja "membalas" jasa hering sabana dengan membukakan bagian keras dari bangkai yang ditemukan supaya bisa makan bersama.

Nah, terkait dengan indra penciuman yang tajam dari hering sabana, ada rahasia unik dibaliknya. Dilansir Animalia, hidung burung ini sangat sensitif dalam mendeteksi aroma etil merkaptan, suatu gas khas yang keluar dari bangkai hewan. Memang, aroma etil merkaptan itu sudah sangat kuat dan tak sedap. Namun, mendeteksi aroma ini dari udara adalah satu hal lain yang sangat mengesankan. Sensitivitas ini diperoleh hering sabana berkat organ bulbus olfaktorius yang besar pada otak burung ini. 

Kemudian, soal terbang, memang tak ada rekor menarik dari hering sabana. Akan tetapi, mereka mengandalkan cara yang efisien untuk bergerak dalam jarak yang jauh. Ketika sudah berada di udara, hering sabana akan memanfaatkan arus udara panas sambil terus membuka sayap guna tetap meluncur secara konstan di udara. Maka dari itu, ketika sedang terbang, burung ini sangat sedikit sekali mengepakkan sayap. 

3. Cara unik untuk mendinginkan tubuh

hering sabana sedang memamerkan sayap lebarnya (commons.wikimedia.org/Alex Popovkin)

Biasanya, ketika burung merasa kepanasan, mereka akan mencari dahan untuk bertengger. Kalau bukan begitu, bisa saja si burung mencari kolam atau sumber air lain guna mendinginkan suhu tubuh. Nah, hal ini berbeda dengan hering sabana karena burung ini punya cara unik sekaligus menjijikkan ketika ingin mendinginkan suhu tubuh dari panasnya sengatan Matahari.

Animalia melansir kalau hering sabana akan melumuri kaki dengan urine ataupun kotoran ketika cuaca sedang panas. Proses ini dinamakan urohidrosis dan sebenarnya bisa ditemukan pada beberapa spesies burung di Dunia Baru. Pendinginan tubuh secara urihidrosis ini terjadi ketika urine atau kotoran yang ditempel di kaki itu mengalami penguapan yang secara langsung turut menurunkan suhu tubuh si hering sabana.

4. Sistem reproduksi

pasangan hering sabana di Kebun Binatang Tennoji, Jepang (commons.wikimedia.org/pelican)

Dalam keseharian, hering sabana lebih banyak menyendiri. Namun, pada beberapa kasus, semisal ada bangkai hewan berukuran besar ataupun jelang musim kawin, maka mereka akan berkumpul di satu tempat yang sama. Soal musim kawin, burung ini biasanya melaksanakan hal tersebut sekitar bulan Maret—Juni. Uniknya, burung ini sama sekali tidak membangun sarang, melainkan hanya memanfaatkan lubang di batang pohon, rerumputan tebal, sampai bagian dalam gua.

Dilansir Peregrine Fund. hering sabana betina hanya akan menghasilkan 1—2 butir telur dalam satu musim kawin. Meski diletakkan di tempat yang agak sembarangan, induk burung hering ini sama-sama bertanggung jawab dalam menjaga telur sampai menetas. Butuh masa inkubasi sekitar 40 hari sebelum telur hering sabana menetas. Kemudian, kedua induk akan bergantian menjaga dan memberi makan anak mereka selama 70—75 hari pertama si anak. 

5. Status konservasi

hering sabana yang sedang bersama hering hitam (commons.wikimedia.org/Katja Schulz)

Soal status konservasi, IUCN Red List mengategorikan hering sabana sebagai hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Selain itu, populasi burung ini cenderung stabil dan ada dalam jumlah besar, yakni sekitar 100 ribu—1 juta individu di alam liar. Beruntungnya, tak ada ancaman serius yang dapat mengganggu angka populasi ini dalam waktu dekat, kecuali kerusakan habitat secara besar-besaran.

Sebenarnya, total peta persebaran mereka pun terbilang sangat besar. Birda melansir kalau total area yang jadi rumah bagi hering sabana itu sekitar 7,8 juta km persegi. Belum lagi, kemampuan adaptasi burung ini cukup oke karena dapat bertahan di sekitar lahan pertanian atau peternakan manusia. Selain itu, hering sabana cukup sosial dengan spesies burung hering lain, malah cenderung memiliki simbiosis mutualisme dengan kerabat mereka yang membuat kesempatan bertahan hidup jadi makin tinggi.

Oh, iy, berbanding terbalik dengan sejumlah fakta hebat di atas, untuk urusan suara sebenarnya hering sabana terbilang biasa-biasa saja. Absennya syrinx, si organ vokal khas pada keluarga burung, menyebabkan hering sabana hanya dapat mengeluarkan dua jenis suara saja, yakni mendesis dan menggerang. Benar-benar penuh dengan fakta menarik, bukan, spesies burung hering yang satu ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha