5 Fakta Hiena Belang, si Kecil yang Bisa Menjadi Besar!

Meski punya penampilan yang mirip seperti anjing, nyatanya hiena (famili Hyaenidae) sama sekali tidak berkaitan dengan keluarga anjing. Mereka merupakan keluarga hewan yang berdiri sendiri. Artinya, tidak ada hewan lain yang berkerabat secara langsung dengan hiena biarpun dalam beberapa studi disebutkan kalau hiena lebih mirip seperti kucing ketimbang anjing. Menariknya, meski keluarga hiena terdiri atas empat spesies yang berbeda, semuanya dikategorikan dalam genus yang berbeda-beda.
Hiena belang (Hyaena hyaena) adalah salah satu spesies hiena yang menarik untuk dibahas. Jenis ini memiliki penampilan bulu panjang berwarna abu-abu atau cokelat dengan garis-garis hitam di kepala, badan, dan kaki mereka. Panjang tubuh rata-rata hiena belang sekitar 85—130 cm dan bobotnya 22—55 kg. Tak ada perbedaan ciri fisik yang berarti antara jantan dan betina, tetapi biasanya hiena belang jantan bobotnya lebih berat ketimbang betinanya. Dengan bobotnya itu, hiena belang jadi spesies hiena terkecil di dunia.
Selain fakta soal ukuran tubuhnya itu, hiena belang masih menyimpan beberapa hal menarik lainnya, salah satunya terkait dengan kesan misteriusnya. Kira-kira kenapa demikian, ya? Yuk, simak kumpulan fakta hiena belang berikut!
1. Peta persebaran dan habitatnya sangat luas

Kalau bicara soal peta persebaran, hiena belang jadi spesies hiena yang tersebar paling luas. Hewan satu ini dapat ditemui mulai dari Afrika Utara dan Afrika Timur, Timur Tengah, India, beberapa bagian di Asia, hingga berakhir di Kaukasus serta selatan Siberia. Luasnya peta persebaran hiena belang juga berhubungan secara langsung dengan pilihan habitat mereka.
Hiena belang dikenal cukup tahan banting di habitat mana pun. Menurut Animal Diversity, hiena belang hidup mulai dari habitat yang kering, pegunungan, semak-semak, hutan, sabana, hingga padang rumput. Keterpaksaan bisa dibilang jadi salah satu pendorong dari kemampuan adaptif dari hiena belang. Sebab, di Afrika saja, mereka kalah saing dengan saudaranya sendiri, yakni hiena tutul. Itu sebabnya, hiena belang terpaksa menyingkir dari habitat yang memiliki predator berukuran besar di sekitarnya ke tempat lain.
2. Bisa memakan apa saja yang dijumpainya

Walaupun keluarga hiena dikenal sebagai karnivor sejati, ternyata hiena belang lebih cenderung sebagai omnivor. Makanan utamanya adalah bangkai-bangkai hewan lain. Uniknya, hiena belang sangat jarang terlihat memburu hewan lain. Kalaupun kedapatan mengejar hewan lain, mereka hanya menargetkan reptil atau pengerat berukuran kecil. Selain itu, makanan lain dari hiena belang adalah buah-buahan dan serangga.
Dilansir National Geographic, kebiasaan memakan bangkai dari hiena belang didukung dengan beberapa organ tubuh yang adaptif dengan menu makanan favoritnya itu. Gigi mereka begitu kuat sampai bisa menghancurkan tulang, tanduk, sampai tapak kaki dari bangkai yang ditemuinya. Ketika sudah sampai perut, sistem pencernaan mereka telah berkembang dengan baik sehingga bisa membunuh berbagai bakteri yang ada pada bangkai. Berkat kebiasaan makannya inilah, hiena belang jadi punya peran penting di alamnya sebagai pengurai dari hewan-hewan yang telah mati.
3. Hidup dalam kelompok kecil

Awalnya, hiena belang diduga sebagai hewan penyendiri. Akan tetapi, setelah dilakukan observasi lebih lanjut, ternyata ditemukan fakta kalau hewan ini hidup secara berkelompok, tapi dalam jumlah kecil. Alasan mengapa hiena belang sempat dikira hidup menyendiri disebabkan oleh kebiasaannya untuk keliling sendirian ketika mencari makanan.
San Diego Zoo melansir bahwa struktur kelompok hiena belang cukup mirip dengan spesies hiena lainnya. Kelompok itu dipimpin oleh seekor hiena betina dominan, beberapa pejantan, hiena belang muda, dan anak-anaknya dengan total anggota kelompok bisa mencapai tujuh individu. Kelompok hiena belang biasanya berkumpul dalam satu sarang yang sama. Hiena belang muda akan ikut membantu pemimpin kelompok untuk membesarkan anak-anak dengan cara membawa makanan ke sarangnya.
4. Bulunya bisa mengembang pada kondisi tertentu

Hiena belang bisa dibilang hewan yang cukup pemalu. Mereka sebisa mungkin menghindari kontak dengan makhluk lain kalau itu bukan calon mangsanya. Dalam urusan mengeluarkan suara pun, hiena belang termasuk tenang. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan saudaranya, si hiena totol, yang sangat aktif untuk mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu.
Akan tetapi, pada kondisi tertentu, hiena belang akan mengeluarkan suara geraman yang cukup keras. Selain itu, menurut Animalia, saat merasa terancam atau kesal, hiena belang akan mengembangkan bulu-bulunya. Berkat bulunya yang mengembang inilah, hiena belang tampak dua kali lebih besar dari biasanya sehingga berharap dapat mengusir calon pengganggu atau musuhnya dari kelompok hiena belang lainnya.
5. Sistem reproduksi hiena belang

Hiena belang tidak mengenal musim kawin dalam sistem reproduksinya. Selain itu, belum ada catatan soal bagaimana perilaku kawin mereka di alam liar. Yang jelas, ketika sedang kawin, betina akan melakukan aktivitas seksualnya beberapa kali dalam rentang waktu 15—25 menit. Adapun, untuk usia kematangan seksual bagi hiena belang jantan maupun betina sama-sama ada pada angka 2—3 tahun.
Dilansir Animal Diversity, dalam sekali perkawinan, umumnya hiena belang betina bisa melahirkan 1—6 ekor anak setelah melewati masa kehamilan selama 88—92 hari. Anak-anak ini akan dijaga oleh induknya beserta anggota kelompok lain. Setelah berusia 1 bulan, biasanya anak hiena belang mulai belajar memakan daging dan tetap berada dalam asuhan induknya setidaknya hingga usia 1 tahun.
Walaupun peta persebaran hiena belang jadi yang paling luas, sayangnya populasi mereka saat ini cukup mengkhawatirkan. Menurut National Geographic, populasi mereka di alam liar saat ini hanya sekitar 5 ribu—9.999 individu di alam liar sehingga hewan ini dikategorikan dalam kelompok hewan terancam. Bahkan, di beberapa negara, semisal Bangladesh, keberadaan hiena belang sudah benar-benar menghilang.
Ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini, tetapi mayoritas disebabkan oleh manusia. Perburuan liar terjadi karena hewan ini dianggap sebagai hama dan bagian tubuhnya bisa dijual secara ilegal. Penyebab lainnya ialah kerusakan habitat alami sehingga mangsa dan tempat tinggalnya berkurang. Terakhir, populasinya yang terisolasi di beberapa daerah jadi beberapa penyebab makin berkurangnya jumlah hiena belang di alam. Semoga saja upaya konservasi yang sedang dilakukan dapat memulihkan populasi hiena belang di alamnya, ya!