4 Fakta Ikan Bisa Merasakan Rasa Sakit, Gak Cuma Manusia Saja!

- Ikan memiliki sistem saraf dan reseptor nociceptor yang mendeteksi rasa sakit, menunjukkan perilaku tidak nyaman setelah cedera, dan menunjukkan respons fisiologis terhadap stres.
- Penelitian membuktikan bahwa ikan merespons pengobatan penghilang rasa sakit dengan mengurangi perilaku yang berkaitan dengan nyeri, serta peningkatan aktivitas normal.
- Ikan mampu belajar dari pengalaman menyakitkan, mengenali stimulus berbahaya, dan menghindarinya di masa depan sebagai bentuk perlindungan diri.
Selama ini, banyak orang menganggap ikan sebagai makhluk hidup yang “tidak merasa.” Mereka dipancing, ditangkap, atau dipelihara tanpa terlalu memikirkan perasaan mereka. Tapi tahukah kamu, ternyata ikan juga bisa merasakan sakit, lho! Fakta ini mungkin mengejutkan, apalagi kalau selama ini kamu mengira hanya manusia atau hewan darat tertentu saja yang punya kemampuan tersebut.
Penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa ikan memiliki sistem saraf dan respons terhadap luka yang mirip dengan makhluk hidup lainnya. Nah, buat kamu yang penasaran seberapa jauh ikan bisa merasakan sakit, yuk simak fakta-faktanya berikut ini!
1. Ikan memiliki reseptor nyeri

Peneliti dari University of Liverpool, Dr. Lynne Sneddon, menemukan bahwa area kepala dan mulut ikan mengandung nociceptor, yaitu reseptor yang berfungsi untuk mendeteksi rasa sakit. Dilansir dari laman BBC Science Focus, pada tahun 2002 Dr. Sneddon menjadi ilmuwan pertama yang membuktikan keberadaan sel-sel pendeteksi rasa sakit ini pada ikan trout, yang dapat merespons rangsangan berbahaya seperti tekanan, suhu ekstrem, atau bahan kimia.
Reseptor ini bekerja dengan mengirimkan sinyal ke otak ketika ikan mengalami cedera, sehingga ikan tidak hanya bereaksi secara refleks, tetapi juga menunjukkan perilaku tidak nyaman, seperti menggosokkan mulut ke dinding akuarium dan berhenti makan lebih lama setelah mengalami rangsangan menyakitkan. Temuan ini memperkuat bukti bahwa ikan memang bisa merasakan sakit, bukan sekadar bereaksi otomatis terhadap rangsangan fisik.
2. Respons fisiologis terhadap cedera

Saat mengalami cedera, ikan akan menunjukkan respons fisiologis yang nyata sebagai bentuk adaptasi terhadap stres. Dilansir dari laman PetMD, cedera atau stres pada ikan dapat memicu lonjakan hormon seperti adrenalin dan kortisol, yang kemudian menyebabkan peningkatan detak jantung, pernapasan lebih cepat, serta naiknya kadar gula darah untuk menyediakan energi ekstra.
Selain itu, respons ini juga bisa mengganggu keseimbangan cairan dan mineral di tubuh ikan, serta menurunkan efektivitas sistem kekebalan sehingga ikan lebih rentan terhadap penyakit. Perubahan-perubahan tersebut menunjukkan bahwa ikan merespons cedera atau stres dengan cara fisiologis yang cukup kompleks, mirip dengan reaksi yang terjadi pada hewan vertebrata lainnya.
3. Ikan bereaksi terhadap obat penghilang rasa sakit

Ikan menunjukkan reaksi yang nyata terhadap pemberian obat penghilang rasa sakit, yang mengindikasikan bahwa mereka benar-benar merasakan nyeri. Dilansir dari laman ScienceDaily, pemberian analgesik seperti morfin pada ikan rainbow trout terbukti dapat mengurangi perilaku yang berkaitan dengan rasa sakit, seperti menggosok bagian tubuh yang terluka dan gerakan-gerakan abnormal lainnya.
Ikan yang diberi obat penghilang rasa sakit juga memperlihatkan peningkatan aktivitas normal, seperti makan dan berenang, jika dibandingkan dengan ikan yang tidak menerima analgesik. Studi lain yang dimuat di Frontiers in Veterinary Science menambahkan bahwa efek analgesik tak hanya meredakan perilaku nyeri, tetapi juga menurunkan tingkat stres fisiologis.
4. Belajar dari pengalaman menyakitkan

Ikan mampu belajar dari pengalaman menyakitkan dengan mengaitkan rangsangan tertentu sebagai tanda bahaya dan kemudian menghindarinya di masa depan. Dilansir dari laman Sentient Media, ikan dapat mengenali dan mengingat stimulus yang sebelumnya menyebabkan rasa sakit, sehingga mereka berusaha menghindari situasi serupa di kemudian hari.
Misalnya, ikan yang pernah mengalami rangsangan menyakitkan di suatu area akan mengubah perilakunya dengan menghindari area tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ikan memiliki kemampuan belajar dan memori yang cukup baik, termasuk memori terhadap pengalaman menyakitkan sebagai bentuk perlindungan diri di masa depan.
Berbagai temuan ilmiah tersebut menunjukkan bahwa ikan bukanlah makhluk yang tak merasakan apa-apa. Mereka bisa merespons rasa sakit, fakta ini menjadi pengingat penting bahwa ikan juga layak diperlakukan dengan penuh empati, baik di lingkungan alami maupun saat berada dalam perawatan manusia.