Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret wajah dari kelelawar buah jamaika (commons.wikimedia.org/Karin Schneeberger alias Felineora)
potret wajah dari kelelawar buah jamaika (commons.wikimedia.org/Karin Schneeberger alias Felineora)

Intinya sih...

  • Kelelawar merupakan mamalia dengan jumlah spesies terbesar di dunia karena mencapai 1.400 spesies.
  • Kelelawar buah jamaika memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem tempat tinggal mereka.
  • Persebaran kelelawar buah jamaika sangat luas, termasuk wilayah Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, dan bagian utara Amerika Selatan.

Setelah hewan pengerat (ordo Rodentia), kelelawar (ordo Chiroptera) jadi kelompok mamalia dengan jumlah spesies terbesar di dunia. Dengan total 1.400 spesies kelelawar berbeda, ordo hewan ini mengambil porsi sampai 20 persen dari seluruh spesies mamalia yang kita kenal sejauh ini. Tak hanya jumlah spesies, persebaran kelelawar pun terbilang sangat luas karena meliputi seluruh benua di dunia, kecuali Antarktika. Salah satu spesies kelelawar yang akan kita bahas kali ini adalah kelelawar buah jamaika (Artibeus jamaicensis).

Ciri khas penampilan kelelawar ini terletak pada telinga yang lebar dan runcing, hidung yang panjang serta menonjol layaknya tanduk, hingga area bibir bawah yang terdapat semacam kutil. Rambut di tubuh kelelawar buah jamaika umumnya berwarna abu-abu dan cokelat, sementara sayap lebar mereka cenderung berwarna abu-abu gelap. Kalau dilihat kasatmata, kelelawar ini terlihat seperti tidak memiliki ekor karena sangat pendek dan tertutup dengan membran khusus.

Soal ukuran, panjang rata-rata kelelawar ini sekitar 7—9 cm, rentang sayap 9—15 cm, dan bobot 40—60 gram. Di balik ukuran yang relatif kecil itu, kelelawar jamaika ternyata punya peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem tempat tinggal mereka. Kira-kira apa yang dilakukan oleh mamalia terbang yang satu ini terkait hal tersebut, ya? Yuk, cari tahu jawabannya beserta fakta-fakta menarik lain dari kelelawar buah jamaika!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

seekor kelelawar buah jamaika yang sedang memakan buah jambu (commons.wikimedia.org/keesgroenendijk)

Sebenarnya, kelelawar ini bukan hewan endemik Jamaika meski ada kata tersebut pada nama mereka. Malahan, peta persebaran kelelawar buah jamaika terbilang sangat luas karena meliputi wilayah Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, dan bagian utara dari Amerika Selatan. Meksiko, seluruh negara di Amerika Tengah, Jamaika, Kuba, Bahama, Barbados, Dominika, Republik Dominika, Saint Kitts and Nevis, Panama, Kolombia, Paraguay, dan Brasil jadi rumah bagi spesies kelelawar yang satu ini.

Untuk pilihan habitat, berbagai jenis hutan dapat dipilih kelelawar buah jamaika. Dilansir Bat Conservation International, hutan pilihan mamalia ini mulai dari hutan kering, hutan hujan tropis, sampai hutan di kawasan pegunungan. Jika cukup dekat, kelelawar ini pun sering menghampiri kebun atau ladang milik manusia. Kelelawar jamaika tidak tinggal di dalam gua, melainkan mereka bertengger di pohon. Ketinggian yang ideal bagi spesies ini dimulai dari 0—2.300 meter di atas permukaan laut.

Untuk urusan makanan, kelelawar buah jamaika tergolong herbivor, tepatnya frugivor. Ada banyak jenis buah yang dapat dikonsumsi mereka, mulai dari pepaya, pisang, mangga, alpukat, hingga buah-buah tropis lain. Akan tetapi, ada satu jenis buah favorit mereka: buah tin. Sebagai pelengkap, kelelawar buah jamaika turut mengonsumsi nektar, serbuk sari bunga, kacang badam (almon), dan serangga.

Selayaknya mayoritas spesies kelelawar, mereka beraktivitas pada malam hari alias tergolong hewan nokturnal. Hebatnya, dalam 1 malam saja, kelelawar buah jamaika dapat bergerak sekitar 10—15 km dari rumah. Ada keistimewaan lain dari mereka, yakni kecepatan sistem pencernaan dalam mengolah makanan. Diketahui kalau makanan yang dikonsumsi kelelawar buah jamaika hanya butuh waktu sekitar 15—20 menit untuk diproses dari perut sampai menjadi kotoran, lho.

2. Hidup secara berkoloni

koloni kelelawar buah jamaika yang sedang beristirahat (commons.wikimedia.org/Sebastián de Jesús Herrera Buenfil)

Kelelawar buah jamaika pastinya hidup secara berkoloni. Namun, jumlah anggota koloni mereka relatif kecil dengan struktur sosial yang terbilang unik. Koloni kelelawar ini dipimpin oleh 1 jantan dominan yang ditemani sekitar 4—18 betina beserta anak-anak yang dijaga. Semakin besar dan kuat si jantan, ia akan memiliki anggota kelompok lebih banyak.

Nah, jantan pemimpin koloni ini akan menjaga anggota dan wilayahnya dari penyusup, yakni pejantan lain. Jantan biasanya akan selalu menetap pada koloninya selama bertahun-tahun, setidaknya sampai ia digantikan oleh jantan lain. Sementara itu, betina cenderung dapat berpindah-pindah dari satu koloni ke koloni lain.

Dilansir Animalia, kelelawar buah jamaika punya kebiasaan untuk mengitari area pohon yang jadi rumah koloni menjelang malam hari sebagai bentuk patroli. Ketika mencari makan, jantan pergi terlebih dahulu, tetapi kembali paling terakhir. Untuk berkomunikasi, mamalia ini memanfaatkan kemampuan ekolokasi dengan suara rendah. Besaran suara yang dihasilkan oleh kelelawar buah jamaika itu sekitar 15 kHz saja. Jenis panggilan tersebut berbeda-beda, tergantung kondisi yang sedang dialami. Yang jelas, suara dalam frekuensi rendah ini sering membuat mereka dijuluki sebagai "kelelawar pembisik".

3. Kelelawar ini menjaga keseimbangan ekosistem lewat makanan

Kehadiran kelelawar buah jamaika sangat penting bagi ekosistem karena mereka memastikan pohon-pohon bisa bereproduksi dengan baik. (commons.wikimedia.org/Juan Cruzado Cortés)

Keistimewaan kelelawar buah jamaika terletak pada peran penting mereka di ekosistem tempat tinggal. Ingat makanan kelelawar ini yang berupa buah-buahan? Nah, mamalia ini tak langsung mengonsumsi buah yang diperoleh, melainkan mencari tempat yang nyaman untuk bertengger dan mengonsumsi makanan.

Dilansir Animal Diversity, setelah selesai mengonsumsi buah-buahan, kelelawar buah jamaika biasanya langsung membuang biji yang dikonsumsi, terutama yang berukuran besar. Biji tersebut akan jatuh ke tanah yang menandakan proses reproduksi pohon buah itu sudah sukses. Mengingat jarak tempat makan dan lokasi pohon buah itu berada relatif berjauhan, yakni sekitar 25—200 meter dari titik awal, pohon buah tak perlu khawatir soal berebut nutrisi dengan keturunan mereka. Alhasil, ekosistem hutan di tempat tinggal kelelawar buah jamaika dapat terjaga dengan baik.

Tak berhenti sampai di situ, ingat makanan lain dari kelelawar ini yang berupa kacang-kacangan, nektar bunga, dan buah dengan biji kecil? Kelelawar buah jamaika selalu membuang bagian-bagian yang tidak dapat dikonsumsi dari jenis makanan itu. Kebetulan, bagian tersebut punya peran penting dalam reproduksi tanaman. Belum lagi, pencernaan mereka yang cepat mampu memberi tanaman pupuk organik dalam jumlah besar. Menariknya, ada anggapan bahwa kelelawar buah jamaika merupakan spesies yang selalu menjatuhkan sisa buah dan kotoran saking cepatnya proses pencernaan mereka.

4. Sistem reproduksi

pasangan kelelawar buah jamaika (commons.wikimedia.org/Kai Squires)

Dari struktur sosial yang sudah dijelaskan sebelumnya, sangat terlihat kalau kelelawar buah jamaika termasuk hewan poligini atau seekor jantan akan kawin dengan beberapa ekor betina. Sementara itu, musim kawin bagi spesies kelelawar ini terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada Maret—April dan Juli—Agustus. Untuk melahirkan dan membesarkan anak, mula-mula kelelawar buah jamaika harus mencari pohon yang sesuai sebagai tempat bertengger.

Tak berhenti sampai di situ, kelelawar buah jamaika juga membuat sarang dari tanaman berdaun lebar yang dibentuk seperti sebuah tenda. Sarang ini dibuat supaya induk dan anak kelelawar buah jamaika dapat melawan cuaca buruk dengan baik. Kemudian, dalam satu musim kawin, kelelawar betina umumnya hanya melahirkan seekor anak. Ini terjadi setelah induk mengandung selama 4—7 bulan, dilansir Animal Diversity

Induk bertugas untuk menyusui dan menjaga anak setidaknya sampai si anak dapat terbang dan mencari makan secara mandiri. Butuh waktu 31—51 hari pascakelahiran agar anak kelelawar buah jamaika mampu terbang dan 80 hari sebelum bisa hidup mandiri. Di alam liar, mamalia yang satu ini punya rata-rata usia 7—10 tahun.

5. Status konservasi

kelelawar buah jamaika yang sedang beristirahat (commons.wikimedia.org/Sebastián de Jesús Herrera Buenfil)

Menyadur catatan IUCN Red List, kelelawar buah jamaika masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Selain itu, populasi mereka juga terbilang stabil mengingat peta persebaran yang sangat luas. Tak ada laporan soal masalah yang dihadapi sampai bisa mengurangi populasi kelelawar ini dalam waktu dekat. Memang, kelelawar buah jamaika kadang berkonflik dengan petani karena sering mencuri tanaman buah di kebun. Namun, perburuan terkait hal ini terbilang sangat terbatas.

Kalau di alam liar, kelelawar buah jamaika turut memainkan peran penting lain di luar kemampuan untuk melestarikan tanaman buah. Bagi banyak predator di sepanjang peta persebaran yang sama, kelelawar ini jadi jenis mangsa potensial karena ada dalam jumlah besar. Berbagai jenis burung hantu, oposum, ular boa, koati, sampai pesies kelelawar predator diketahui jadi predator alami bagi mereka.

Untuk mengatasi ini, kelelawar buah jamaika punya adaptasi unik. Mengingat beberapa predator tersebut memanfaatkan cahaya Bulan untuk berburu, biasanya kelelawar ini menunggu sampai cahaya Bulan tertutup atau sedang memasuki fase selain Bulan purnama untuk mulai beraktivitas. Pada kegelapan total seperti itu, warna rambut mereka berperan penting untuk kamuflase.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎