5 Fakta King Cobra, Ular Berbisa Paling Besar di Dunia

King Cobra atau ular kobra raja atau ular lanang (Ophiophagus hannah) bisa dibilang jadi salah satu ular paling terkenal di seluruh dunia. Penampilannya yang garang dengan sisik bisa memiliki warna hijau, cokelat, kuning, sampai hitam ditambah kebiasaannya untuk "berdiri" sambil membuka tudung di kepalanya jelas bisa menakuti siapa saja yang ada di depannya. Kobra raja juga punya nama lain, yaitu hamadryad. Nama tersebut berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'peri pohon'.
Oh iya, ular kobra raja sebenarnya bukan jenis kobra sejati karena mereka merupakan satu-satunya spesies dalam genus Ophiophagus. Sementara itu, kobra sejati seharusnya berasal dari genus Naja. Sang raja tentunya juga memiliki sejumlah fakta menarik yang sayang untuk dilewati. Kali ini, yuk, kenalan lebih dekat dengan ular kobra raja yang menyeramkan sekaligus gagah ini. Berikut fakta King Cobra yang dijamin kamu bakal tercengang!
1. Jenis ular berbisa terbesar di dunia

Kata "raja" pada nama ular kobra raja bukan sekedar kiasan semata. Pasalnya, mereka adalah ular berbisa dengan ukuran terbesar di dunia. Secara rata-rata, ular ini tumbuh dengan panjang 3—3,6 meter dan bobot antara 5—10 kg. Perbedaan ukuran antara pejantan dengan betina juga terlihat pada spesies ini. Para pejantan cenderung tumbuh lebih besar dari betinanya.
Menariknya, ukuran lebih dari 3 meter itu bukan panjang maksimal yang bisa diraih sang raja. Mengutip Smithsonian National Zoo, panjang maksimal dari seekor ular kobra raja yang pernah tercatat adalah 5,4 meter. Ukuran ini jelas sangat besar dan bisa disandingkan dengan ular terpanjang di dunia saat ini, yaitu ular sanca kembang yang punya panjang maksimal sekitar 6,2 meter.
Uniknya, di balik tubuhnya yang besar itu, ternyata sepasang taring pada ular kobra raja punya ukuran yang relatif kecil, lho. Dengan panjang taring 8—10 mm jelas membuat proporsi antara senjata andalan dengan tubuh dari sang raja jadi tidak proporsional. Akan tetapi, tentunya ada alasan di balik itu. Bagian rahang atas mereka tidak fleksibel seperti kebanyakan ular berbisa sehingga keberadaan taring yang panjang justru hanya akan membuatnya menembus mulut ular king cobra.
2. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Ular kobra raja hanya bisa ditemui di sekitar benua Asia. China, India, negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Filipina jadi rumah bagi sang raja. Di habitat alaminya, ular kobra raja banyak ditemui di hutan hujan tropis, hutan bambu, rawa, hutan bakau, sampai area pertanian manusia.
Selain soal ukuran, ada satu hal lagi yang membuat ular ini pantas dijuluki sebagai "raja". DIlansir Animal Diversity, ular kobra raja menargetkan berbagai jenis ular lain sebagai mangsa potensial. Umumnya, ular yang jadi target mereka adalah ular besar, tetapi tak berbisa, semisal ular tikus dan ular piton. Selain memakan sesama ular, sang raja juga mengonsumsi berbagai jenis hewan berdarah dingin yang berada di sekitar rumahnya.
3. Punya bisa yang sangat mematikan

Ular kobra raja tak hanya besar dan agresif, tetapi juga dipersenjatai dengan bisa. Diketahui bahwa racun pada bisa ular ini sebenarnya bukan yang paling mematikan dari dunia ular, tetapi dikeluarkan dalam jumlah banyak. Dalam satu gigitan saja, ular kobra raja dapat menyuntikkan bisa sebanyak 400—600 mg. Hebatnya, dalam satu kali serangan, mereka bisa menggigit targetnya sebanyak 3—4 kali dengan jumlah bisa yang sama banyaknya.
Racun pada bisa ular kobra raja berjenis neurotoksin. National Geographic melansir bahwa jumlah bisa yang terkandung dalam satu gigitan ular ini sudah cukup untuk membunuh 20 manusia dewasa atau bahkan seekor gajah. Jenis racun neurotoksin pada bisa ular kobra raja akan menyerang jaringan pernafasan di otak sehingga bisa menyebabkan sesak nafas hingga gagal jantung jika tidak ditangani dengan baik.
Meskipun anti-bisa untuk racun ular kobra raja sudah ada, butuh kuantitas besar agar bisa melawan racun tersebut. Bahkan, korban rata-rata tak akan selamat setelah 30 menit dari gigitan sang ular. Kondisi ini diperparah dengan sulitnya akses medis karena sejumlah masalah pada beberapa negara yang jadi habitat ular ini sehingga penanganan terhadap gigitan ular kobra raja sering kali tak berakhir dengan baik.
4. Punya segudang cara adaptasi untuk bertahan di habitatnya

Di alam liar, satu-satunya hewan yang berani untuk mendekat dan memburu ular kobra raja bisa dibilang hanya cerpelai atau garangan yang punya kekebalan terhadap neurotoksin. Untuk mengatasi ini, ular kobra raja dapat mendeteksi predator alaminya dengan bantuan mata yang terbilang cukup baik karena bisa mendeteksi keberadaan makhluk hidup hingga jarak 100 meter. Ditambah lagi, mereka bisa merasakan getaran tanah sehingga semakin memudahkannya mendeteksi predator maupun mangsa.
Secara perilaku, sebenarnya ular kobra raja tidak agresif kecuali pada dua momen, yakni ketika menjaga sarangnya dan merasa terancam. Di luar hal tersebut, sang raja akan lebih memilih menghindar daripada berkonfrontasi dengan makhluk lain. Kalaupun terpaksa melakukan konfrontasi, ular ini akan mencoba mengintimidasi terlebih dahulu dengan cara membuka tudungnya, berdiri tegak, sambil mendesis dengan keras.
5. Sistem reproduksi

Satu-satunya momen di mana ular kobra raja akan berdampingan dengan sesamanya terjadi saat musim kawin. Januari hingga April jadi bulan yang tepat bagi mereka untuk kawin. Uniknya, ternyata ular ini merupakan hewan monogami, lho. Artinya, selama musim kawin, mereka hanya akan bersama satu pasangan saja. Kerennya lagi, pasangan ular kobra raja termasuk kompak dalam menjaga telur-telurnya.
Dilansir Britannica, sang betina mulanya akan membangun sarang dari tanah dan tumpukan daun mati hingga membentuk gundukan untuk menyimpan telur-telurnya. Dalam satu masa kawin, si betina bisa mengeluarkan 20—50 butir telur yang akan dijaga dengan agresif selama 51—79 hari. Nah, selama waktu itu pula si jantan turut berjaga di sekitar sarang dan tak segan untuk mengusir siapa saja yang hendak mendekat.
Ketika baru lahir, anak-anak ular king cobra memiliki panjang sekitar 31—73 cm dengan bobot 18—40 gram. Sesaat setelah lahir, mereka sudah harus hidup mandiri karena induknya akan langsung meninggalkan mereka. Hebatnya, anak-anak ular kobra raja sudah memiliki racun yang sama mematikannya seperti sang induk.
Di balik kegagahan dari sang raja, nyatanya saat ini mereka sedang menghadapi ancaman serius. Banyak negara yang jadi habitat ular ini mengklasifikasikannya sebagai hewan yang dilindungi. Kerusakan alam dan perburuan yang dilakukan manusia jadi penyebab utama mulai berkurangnya populasi ular kobra raja.
Sering kali alasan kita membunuh ular king cobra dikarenakan anggapan sifat ular ini yang agresif. Padahal, seperti yang sudah dijelaskan di atas, ular ini hanya akan agresif pada momen tertentu saja. Bahkan, sebenarnya kontak yang berujung fatal dari ular ini kepada manusia terbilang tak banyak. Mengutip Smithsonian National Zoo, dalam setahun tercatat kurang dari lima serangan berakibat fatal yang diakibatkan ular ini di berbagai negara.