Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
dukun di Indonesia (commons.wikimedia.org/wiki/Collectie Wereldmuseum (v/h Tropenmuseum), part of the National Museum of World Cultures)
dukun di Indonesia (commons.wikimedia.org/wiki/Collectie Wereldmuseum (v/h Tropenmuseum), part of the National Museum of World Cultures)

Intinya sih...

  • Makanan dalam ritual Aztec dimakan untuk menyerap kekuatan spiritual korban, bukan hanya tindakan kanibalisme.
  • Sekte Aghori di India percaya konsumsi daging manusia mendekatkan mereka pada pencerahan spiritual yang sejati.
  • Ritual Famadihana di Madagaskar melibatkan penggalian kembali jenazah leluhur dan makanan yang dicampur dengan abu sebagai simbol persatuan spiritual.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di berbagai belahan dunia, makanan tidak hanya sekadar sumber energi, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Beberapa budaya bahkan mengaitkan makanan dengan kepercayaan mistis, menggunakannya dalam ritual tertentu, atau mempercayai bahwa makanan dapat membawa berkah maupun kutukan.

Tradisi ini sering kali terdokumentasi dalam manuskrip kuno, cerita rakyat, atau bahkan penelitian akademis yang mencoba memahami hubungan antara makanan dan dunia mistis. Berikut adalah beberapa contoh menarik dari makanan ekstrem dalam budaya dan kepercayaan mistis di dunia. Kita pelajari bersama, yuk!

1. Praktik kurban manusia dalam budaya Bangsa Aztec

Tlacaxipehualiztli (https://commons.wikimedia.org/wiki/Museo Soumaya)

Bangsa Aztec dikenal dengan ritual pengorbanan manusianya yang ekstrem, dan makanan memainkan peran penting dalam praktik ini. Salah satu ritual yang paling terkenal adalah festival Tlacaxipehualiztli, yang dipersembahkan kepada dewa Xipe Totec. Setelah prosesi pengorbanan, daging korban diyakini dikonsumsi dalam sebuah upacara sakral oleh para imam dan bangsawan tertentu. Ritual ini bukan sekadar tindakan kanibalisme, tetapi dipercaya sebagai cara untuk menyerap kekuatan spiritual korban yang telah dipersembahkan kepada para dewa.

Sejarawan seperti Bernardino de Sahagún dalam Florentine Codex mencatat dengan rinci praktik ini berdasarkan kesaksian penduduk asli. Meskipun praktik tersebut sudah lama punah, pengaruhnya masih terasa dalam budaya Meksiko modern, terutama dalam perayaan Día de los Muertos, di mana makanan masih menjadi simbol penghormatan kepada leluhur.

2. Ritual kanibalistik dalam kepercayaan Aghori

orang Aghori di India (commons.wikimedia.org/wiki/Shamil sayyid)

Di India, sekte Aghori yang berasal dari tradisi Tantra memiliki kepercayaan bahwa konsumsi daging manusia dapat membawa mereka lebih dekat dengan pencerahan spiritual. Para Aghori sering tinggal di sekitar tempat kremasi dan mengambil sisa jenazah untuk dikonsumsi dalam ritual mereka. Mereka percaya bahwa dengan menolak norma sosial dan mengatasi rasa jijik terhadap kematian, mereka dapat mencapai kebebasan sejati.

Manuskrip kuno seperti Tantra Sara mencatat praktik-praktik ekstrem ini sebagai bagian dari perjalanan spiritual mereka. Beberapa antropolog dan jurnalis, seperti Robert Hardman dalam investigasinya, telah mendokumentasikan fenomena ini secara langsung. Walaupun banyak yang menganggap mereka sebagai kelompok ekstrem, kepercayaan Aghori tetap bertahan hingga saat ini dan sering menjadi objek studi bagi para peneliti spiritual dan budaya.

3. Tradisi makan mayat dalam ritual Famadihana di Madagaskar

Ritual Famadihana di Madagaskar (commons.wikimedia.org/wiki/MPMF24)

Di Madagaskar, suku Merina memiliki ritual yang dikenal sebagai Famadihana atau "pembalikan tulang." Ritual ini melibatkan penggalian kembali jenazah leluhur, membungkusnya dengan kain baru, dan mengadakan pesta besar untuk menghormati arwah mereka. Dalam beberapa kasus, makanan yang disajikan selama ritual ini terkadang dicampurkan dengan abu atau bagian kecil dari tubuh leluhur sebagai simbol persatuan spiritual.

Ritual ini telah diteliti dalam berbagai studi etnografi, termasuk karya Maurice Bloch, seorang antropolog yang mendokumentasikan bagaimana Famadihana membentuk hubungan erat antara generasi yang masih hidup dan yang telah tiada. Tradisi ini masih berlangsung hingga hari ini, meskipun ada kontroversi terkait kesehatan dan kepercayaan agama lain yang mulai masuk ke Madagaskar.

4. Santet dan makanan Beracun dalam Budaya Jawa

dukun di Indonesia (commons.wikimedia.org/wiki/Collectie Wereldmuseum (v/h Tropenmuseum), part of the National Museum of World Cultures)

Di Indonesia, makanan sering kali dikaitkan dengan ilmu hitam, terutama dalam praktik santet. Salah satu metode yang dipercaya efektif untuk mencelakai seseorang adalah dengan memberikan makanan yang telah "dimasuki" energi negatif atau racun mistis. Tradisi ini dikenal dalam cerita rakyat dan sering terdokumentasi dalam babad dan hikayat kuno, seperti Babad Tanah Jawi.

Kasus-kasus makanan beracun dalam konteks mistis masih sering terdengar di berbagai daerah, dan beberapa peneliti antropologi seperti Clifford Geertz dalam The Religion of Java mencatat bagaimana kepercayaan terhadap makanan mistis tetap bertahan di tengah modernisasi. Di beberapa komunitas, praktik seperti ini masih mendapat tempat dalam sistem kepercayaan lokal dan sering menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat Jawa.

Makanan tidak hanya memiliki nilai gizi tetapi juga nilai mistis dalam banyak budaya di dunia, makanan selalu memiliki peran lebih dari sekadar kebutuhan biologis. Meski zaman telah berubah, kisah mengenai makanan ekstrem dalam budaya dan kepercayaan mistis tetap bertahan, terkadang dalam bentuk yang lebih simbolis atau terselubung dalam tradisi modern. Apakah kamu pernah mendengar cerita serupa di budaya lain? Bagikan pengalaman atau pemikiranmu di kolom komentar!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team