Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
matamata turtle (factanimal.com)

Intinya sih...

  • Kura-kura matamata dianggap paling jelek di dunia karena penampilannya aneh dan menyerupai kayu lapuk.
  • Penampilan aneh kura-kura ini memiliki fungsi sebagai bentuk kamuflase untuk mengusir predator dan tempat tumbuhnya alga.
  • Matamata turtle menghabiskan hampir seluruh waktunya di air, tidak berjemur di bawah sinar matahari, dan berburu dengan metode unik.

Ada banyak kura-kura yang tersebar di dunia. Namun, ada satu yang paling menarik karena penampilannya yang terlihat aneh yaitu matamata turtle atau kura-kura matamata. Bukan hanya aneh, kura-kura ini mendapat julukan kura-kura paling jelek di dunia. Namun, sebenarnya kejelekannya ini memiliki tujuan, lho.

Dari segi warna, bentuk karapas, anggota badan, kepalanya menyerupai serpihan dan kulit kayu. Mereka berasal dari cekungan Sungai Amazon bagian bawah dan Sungai Orinoco. Spesies ini hidup di air dangkal dan keruh di sungai yang mengalir pelan, rawa, paya, dan bahkan parit dengan dasar yang berlumpur. Ada beberapa fakta menarik lainnya yang akan diungkap lebih dalam tentang matamata turtle di bawah ini.  

1.Penampilan yang aneh

matamata turtle (factanimal.com)

Kura-kura dengan nama latin Chelus Fimbriatus ini memiliki penampilan yang aneh. Di mana kepala dan leher yang membesar dan pipih serta tubuhnya dipenuhi kutil dan tonjolan yang dikenal sebagai tuberkel. Mereka memiliki mulut yang lebar dan moncong yang panjang. Di kedua sisinya terdapat cakram mata yang mengilap seperti uang logam dengan lubang di tengahnya.

Dilansir National Zoo, matamata turtle adalah kura-kura Amerika Selatan dengan penampilan yang mencolok. Lehernya lebar, pipih, dan ditutupi kutil, pinggiran kulit, dan tonjolan. Mata kecilnya terletak di sisi kepalanya yang besar dan pipih, berbentuk segitiga. Mulutnya lebar serta moncongnya panjang dan berbentuk tabung. Moncongnya digunakan sebagai snorkel, meminimalkan gerakannya karena hanya ujung moncongnya yang perlu muncul dari air agar kura-kura bisa bernapas.

2.Karapas unik untuk kamuflase

matamata turtle (cincinnatizoo.org)

Salah satu ciri khas matamata turtle terletak pada karapasnya. Karapas tidak hanya besar tapi juga kasar dan berbonggol dengan tonjolan yang tampak seperti kerucut bulat yang menonjol. Tonjolan ini merupakan hasil dari tiga lunas atau tonjolan yang membentang dari bagian depan ke bagian belakang cangkang. Sisik kosta yaitu sisik yang membentang di samping sisik di bagian tengah cangkang, berbentuk kerucut dengan lingkaran pertumbuhan konsentris yang jelas.

Dilansir Fact Animal, matamata turtle dipenuhi dengan tonjolan, benjolan, dan lipatan kulit, sehingga dari sudut pandang mamalia penampilannya kurang menarik. Namun, sebenarnya penampilan ini memiliki fungsi. Tonjolan-tonjolan aneh merupakan penampilan yang menyerupai kayu lapuk dan pembusukan khas rawa, sehingga tidak menarik untuk dimakan. Selain itu cangkangnya menjadi tempat menempelnya alga dan tumbuhan air untuk tumbuh. Hal ini membuat kura-kura terlihat samar sebagai batu atau kayu yang tidak menarik. Bentuk kamuflase ini sangat efektif untuk mengusir predator.

3.Suka berada di dalam air

matamata turtle (revistapesquisa.fapesp.br/Fábio Cunha)

Matamata turtle adalah kura-kura besar dengan karapas yang panjangnya hampir 18 inci, dengan tiga lunas di sepanjang tubuhnya. Plastron atau bagian bawah cangkangnya kecil dan berlekuk di ujungnya. Spesies ini menghabiskan waktu dalam air sehingga alga hampir menutupinya. Tanpa alga, warna mereka seperti puing daun yang jatuh atau kulit pohon. Ini merupakan kombinasi dari warna kuning kusam, jingga, abu-abu, dan cokelat.

Dilansir A-Z Animals, matamata turtle menghabiskan hampir seluruh waktunya di air. Di mana mereka sebagian besar tidak bergerak kecuali gerakan sayap kulit mereka. Satu-satunya mereka muncul dari air adalah ketika tiba saatnya bertelur. Saat bertelur mereka membutuhkan perjuangan karena kaki mereka lemah. Mereka tidak berjemur di bawah sinar matahari. Selain itu, mereka juga saling menghindar di luar musim kawin.

4.Perkawinan poligami

matamata turtle (en.wikipedia.org/J. Patrick Fischer)

Musim kawin matamata turtle berlangsung dari bulan Oktober hingga Desember. Di bulan-bulan tersebut adalah salah satu waktu dari sedikit waktu di mana kura-kura bergerak. Untuk memikat betina, seekor jantan merentangkan kakinya, membuka dan menutup mulutnya, dan mendorong kepalanya ke depan sambil menggetarkan lipatan-lipatan di kepalanya. Pejantan sering kali kawin dengan lebih dari satu betina.

Setelah kawin betina meninggalkan air dan membuat sarang di serasah daun dan tanaman yang membusuk di tepi hutan. Kura-kura betina akan bertelur antara 12 hingga 28 butir telur yang bulat dan rapuh. Induk mereka akan pergi setelah bertelur, dan butuh waktu 200 hari agar telur menetas. Umumnya tidak ada induk yang merawat anak-anaknya.

5.Cara berburu yang aneh

matamata turtle (nationalzoo.si.edu)

Matamata turtle memiliki cara berburu yang aneh. Di Trinidad, mereka terlihat berburu di malam hari dengan metode unik menggiring mangsanya. Mereka terlihat mengejar mangsanya hingga terpojok di sudut, sehingga mangsa tersebut terperangkap. Di posisi ini mereka menggunakan metode makan dengan isapan, mirip seperti beberapa spesies ikan, dengan cara menyeruduk menggunakan kepalanya sambil membuka mulut. Ini menciptakan vakum yang menyedot air di sekitarnya (bersama ikan di dalamnya) masuk ke dalam mulut matamata turtle.    

Matamata turtle statusnya belum terancam, tapi karena bentuknya yang unik membuatnya jadi target para pemburu hewan peliharaan. Umumnya mereka diburu untuk akuarium. Namun, sebagai hewan peliharaan mereka relatif sulit dipelihara. Mereka cenderung stres saat ada yang memegang, sehingga mereka sering kali tidak dirawat dengan baik dan akibatnya mengalami masalah kesehatan di penangkaran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team