6 Fakta Owa Kalimantan, Primata Berjanggut yang Sangat Teritorial

Owa kalimantan atau Hylobates albibarbis merupakan spesies owa endemik Kalimantan bagian selatan. Hewan ini hidup di hutan hujan tropis Kalimantan yang tersebar di antara Sungai Kapuas dan Sungai Barito. Saat ini, populasi owa kalimantan terus menurun akibat banyaknya penebangan hutan di habitat mereka.
Umumnya, owa kalimantan dapat hidup selama 25 tahun lamanya di alam liar, bahkan ketika berada di penangkaran, hewan ini dapat mencapai usia 60 tahun. Individu jantan memiliki berat sekitar 6.1–6.9 kg, ukuran tubuhnya sedikit lebih besar dibandingkan betina yang kisaran berat badannya 5.5–6.4 kg. Ada fakta menarik apa lagi ya dari owa kalimantan? Yuk disimak!
1. Memiliki "janggut" berwarna putih
Owa kalimantan memiliki rambut yang lebat dan lembut. Sebagian besar bagian rambut pada tubuhnya berwarna cokelat, dengan janggut berwarna putih atau krem yang sangat kontras. Rambut di bagian wajah owa umumnya berwarna hitam atau cokelat tua. Owa ini memiliki lengan yang jauh lebih panjang dibandingkan panjang tubuh mereka. Lengan yang panjang ini dapat memudahkan pergerakan owa kalimantan untuk berayun dari satu pohon ke pohon lainnya.
2. Aktif di siang hari

Owa kalimantan merupakan mamalia diurnal atau aktif di siang hari dan menghabiskan sebagian besar waktunya hidup di pepohonan. Ketika siang hari, owa ini akan berkeliling hutan untuk mencari makan dan terlibat dalam aktivitas sosial. Hewan ini akan berayun dari pohon ke pohon untuk bergerak. Owa kalimantan dapat berpindah hingga 15 meter dalam satu ayunan dan bergerak secepat 55 kilometer per jam, dikutip dari Animalia.
3. Hewan frugivora

Berdasarkan informasi dari iNaturalist, owa kalimantan cenderung bersifat frugivora atau pemakan buah-buahan. Mereka bergantung pada berbagai pohon buah, salah satunya adalah buah ara. Owa kalimantan juga melengkapi nutrisi mereka dengan memakan makanan lain, seperti dedaunan dan serangga.
4. Sangat teritorial

Owa kalimantan merupakan hewan yang sangat teritorial. Mereka hidup dalam suatu kelompok beranggotakan 2–5 individu, yang terdiri dari jantan dan betina dewasa beserta anak-anaknya. Satu kelompok owa dapat memiliki wilayah jelajah sekitar 50 hektar. Ketika bertemu dengan kelompok lain dari spesies yang sama, mereka dapat saling berteriak untuk menunjukkan tanda bahaya. Bahkan, ketika suatu kelompok bertemu dengan seekor individu jantan yang tengah sendirian, pertemuan tersebut dapat menjadi pertemuan yang mematikan. Individu jantan dewasa yang berasal dari suatu kelompok dapat berinteraksi fisik bahkan membunuh jantan yang tengah berjalan sendirian tersebut, dilansir dari New England Primate Conservancy.
5. Sistem perkawinan monogami

Owa kalimantan memiliki sistem perkawinan monogami, yaitu individu owa hanya dapat hidup dengan satu pasangan saja, walau tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang individu owa dapat kawin dengan pasangan yang baru. Individu jantan dan betina dewasa akan menjalin ikatan yang kuat satu dengan lainnya. Mereka akan hidup berpasangan dengan anak-anak mereka tanpa terdapat individu dewasa lainnya. Anak owa akan hidup bersama kedua induknya hingga mencapai usia matang seksual, yaitu sekitar 4 tahun. Setelahnya, owa tersebut akan keluar dari kelompoknya untuk mencari pasangan mereka sendiri.
6. Suara yang berbeda antara jantan dan betina

Owa kalimantan dikenal dengan suara seperti nyanyian yang dapat didengar hingga jarak yang sangat jauh. Owa jantan dan betina akan menghasilkan vokalisasi yang berbeda. Owa jantan akan mengeluarkan suara bernada pendek yang dikeluarkan secara cepat, sedangkan betina akan menghasilkan suara bernada panjang dan keras. Jantan dan betina akan berduet mengeluarkan rangkaian suara ini setiap pagi hari dan dapat terdengar hingga sejauh 2 kilometer. Ketika musim hujan, owa kalimantan akan lebih jarang mengeluarkan suaranya.
Owa kalimantan berperan dalam menyebarkan benih buah-buahan di area baru ketika mereka menjelajahi hutan. Oleh karena itu, owa kalimantan dapat membantu habitatnya dalam beregenerasi. Namun, berdasarkan data IUCN Red List pada tahun 2015, spesies ini masuk ke dalam kategori endangered atau rentan terhadap kepunahan. Permasalahan yang mengancam owa ini adalah hilangnya habitat akibat perubahan hutan menjadi perkebunan dan pertambangan.