Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret paok delima yang sedang bertengger
potret paok delima yang sedang bertengger (commons.wikimedia.org/Annonimal)

Intinya sih...

  • Rumah paok delima berada di Asia Tenggara, termasuk Semenanjung Malaysia, Pulau Sumatra, dan Pulau Kalimantan. Mereka tinggal di hutan dataran rendah dengan vegetasi padat.

  • Paok delima merupakan omnivor yang memakan biji-bijian, buah, serangga, semut, kumbang, kecoak, dan keong. Mereka mencari makan saat Matahari terbit dan lebih sering bergerak di atas tanah.

  • Paok delima termasuk burung pengicau dengan suara merdu. Suara mereka seperti peluit panjang yang terputus-putus. Suara tersebut mereka gunakan untuk memanggil sesama dan menarik perhatian calon pasangan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah dengar nama burung paok delima (Erythropitta granatina)? Nama burung ini memang terdengar agak aneh, tetapi kamu tentu setuju kalau penampilan mereka sangat menarik. Paok delima mengombinasikan ragam warna bulu. Adapun, bagian perut dan kepala atas berwarna merah. Dada dan sebagian kepala berwarna hitam. Lalu, punggung dan sayap berwarna biru dengan sedikit corak putih.

Ukuran burung ini relatif kecil. Panjang tubuh mereka sekitar 15—16 cm dan bobot 53—70 gram. Tentunya, ada beberapa fakta yang akan segera diungkap dari paok delima yang sayang untuk dilewatkan. Jadi, kalau ingin kenalan dengan si cantik ini, langsung simak pembahasan di bawah ini, ya!

1. Peta persebaran dan habitat alami

ilustrasi peta persebaran paok delima (commons.wikimedia.org/Andrew69.)

Rumah bagi paok delima ternyata cukup dekat dengan kita, lho. Burung yang satu ini hidup di kawasan Asia Tenggara, tepatnya wilayah Semenanjung Malaysia, Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, dan beberapa pulau kecil yang ada di antara tempat-tempat tersebut. Total area yang jadi rumah bagi spesies burung paok ini sekitar 2,3 juta km persegi dan mereka bukan tergolong burung yang melakukan migrasi.

Dilansir Observation, pilihan habitat utama bagi paok delima ialah hutan dataran rendah dengan vegetasi yang padat. Namun, mereka kadang bisa hidup nyaman di sekitar hutan sekunder maupun rawa, selama kedua tempat tersebut menyediakan pohon untuk bertengger ataupun bersembunyi. Ketinggian yang paling sesuai untuk paok delima itu mulai dari 0—600 meter di atas permukaan laut.

2. Makanan favorit

sosok paok delima yang sedang beristirahat saat malam (inaturalist.org/henryahh)

Kalau melihat jenis makanan, paok delima masuk dalam kategori hewan omnivor. BirdLife DataZone melansir kalau sumber makanan nonhewani bagi burung ini diperoleh dari biji-bijian dan buah yang ada di hutan. Sementara itu, makanan hewani didapat dari berbagai jenis serangga, semut, kumbang, kecoak, dan keong atau siput. 

Aktivitas mencari makan bagi paok delima berlangsung selama Matahari masih terbit yang menandakan kalau burung ini termasuk hewan diurnal. Menariknya, mereka juga lebih condong sebagai burung terestrial yang menandakan kalau pola pergerakan paok delima lebih sering terjadi di atas tanah. Akan tetapi, burung ini tetap perlu terbang ke atas pohon guna beristirahat ataupun mencari perlindungan dari predator.

3. Termasuk burung pengicau dengan suara yang menarik

potret paok delima yang sedang bertengger (commons.wikimedia.org/Annonimal)

Tak hanya soal penampilan, paok delima juga termasuk sebagai burung pengicau dengan suara merdu. Hal tersebut sebenarnya wajar mengingat kelompok takson mereka, yakni famili Pittidae atau burung paok, terkenal akan kicauan mereka. Paok delima biasa menggunakan suara kicauan ini untuk memanggil sesama, khususnya demi menarik perhatian calon pasangan menjelang musim kawin.

Dilansir eBird, suara yang dihasilkan paok delima terdengar seperti peluit panjang yang terputus-putus. Suara ini dapat mereka ulang berkali-kali sampai benar-benar menemukan pasangan ataupun merasa lelah. Bentuk vokal lain yang sering terdengar berupa keow, keew, skyeew, atau eeyow. Semakin dekat dengan musim kawin, semakin "berisik" pula paok delima bersuara. Menariknya, baik jantan maupun betina akan mengeluarkan jenis kicauan yang sama sepanjang periode tersebut, lho.

4. Sistem reproduksi

ilustrasi perbandingan paok delima dewasa (kiri) dan muda (kanan) (commons.wikimedia.org/Kókay Szabolcs)

Dilansir Animalia, musim kawin bagi paok delima terjadi antara Maret—Agustus. Selain dari lantunan kicauan khas sebagai pengiring pencarian pasangan, sebenarnya kita belum banyak tahu lagi soal ritual perkawinan dari spesies ini. Yang jelas, pasangan paok delima yang terbentuk nantinya akan membangun sarang secara bersama-sama dengan sarang cenderung berada cukup dekat dengan tanah.

Kemudian, betina mulai bertelur di sarang tersebut, biasanya menghasilkan dua butir telur saja. Betina mengambil peran untuk mengerami telur yang akan menjalani masa inkubasi selama 14—18 hari. Kemudian, kedua induk akan menyediakan makanan yang cukup selama periode awal anak mereka menetas. Tidak diketahui kapan anak paok delima dapat hidup secara mandiri ataupun rata-rata usia yang mampu dicapai spesies paok ini.

5. Status konservasi

wajah paok delima yang sedang beristirahat (inaturalist.org/henryahh)

Keberadaan paok delima di alam sebenarnya sedang mengkhawatirkan. IUCN Red List mengategorikan burung ini sebagai spesies hampir terancam (Near Threatened) dengan tren populasi yang terus menurun. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penurunan populasi paok delima.

IUCN Red List melansir kalau habitat alami paok delima terus mengalami kerusakan secara besar-besaran, entah itu dari penebangan liar ataupun kebakaran hutan. Malahan, populasi burung ini sudah habis di beberapa negara yang sempat jadi rumah mereka, semisal Thailand, Myanmar, dan Singapura. Dari situ saja sudah jelas kalau cara utama untuk mengembalikan populasi burung ini dengan menjaga hutan supaya tidak rusak akibat keserakahan manusia untuk terus membuka lahan secara ilegal.

Jadi, itu beberapa fakta dari paok delima. Punya penampilan rupawan dan suara yang menarik jelas menjadi daya tarik tersendiri dari spesies burung paok ini. Rasanya sayang sekali, kan, kalau kita sampai kehilangan mereka hanya karena keserakahan dalam mengekstraksi hutan? Semoga saja ada tindakan tegas dari pihak berwajib kepada siapa pun yang merusak alam, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎