Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
patung kayu pekerja Mesir Kuno di Galeri Mesir, Museum Neues, Berlin, Jerman (commons.wikimedia.org/Gary Todd)
patung kayu pekerja Mesir Kuno di Galeri Mesir, Museum Neues, Berlin, Jerman (commons.wikimedia.org/Gary Todd)

Mungkin kamu menganggap kalau demo buruh adalah fenomena sejarah yang relatif baru. Di sisi lain, pemogokan buruh pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika terjadi pada 1768, ketika para penjahit di New York mogok kerja karena gaji mereka dipotong. Selain itu, berkembangnya buruh dipicu oleh pembentukan organisasi buruh pertama pada akhir abad ke-19, seperti Federasi Buruh Amerika (AFL), dan pemogokan besar pada masa itu, termasuk Pemogokan Homestead. Nah, Hari Buruh pun diperingati pertama kali pada abad ke-19.

Namun, sejarah buruh dan pemogokan, rupanya jauh lebih tua dari pada yang kita ketahui selama ini. Pasalnya, The Shoe and Leather Journal menjelaskan bahwa pada 1538, para tukang sepatu yang menginginkan kenaikan gaji melakukan pemogokan kerja di kota Wisbech, Inggris. Nah, yang lebih bikin kamu kaget lagi adalah, pemogokan buruh pertama terjadi pada abad ke-12 SM di Mesir Kuno. Wah, baru tahu, kan? Mari kita selami lebih dalam kisah pemogokan buruh pertama dalam sejarah.

1. Pemogokan buruh terjadi pada masa Kerajaan Baru Mesir

Kerajaan Baru Mesir Kuno dalam Kitab Kematian, yang menggambarkan pendeta Amun Khonsu-renpe di Museum Lapangan Sejarah Alam (commons.wikimedia.org/Sailko)

Britannica menjelaskan bahwa Mesir Kuno yang dikendalikan firaun, ada sejak 2575 SM hingga 1075 SM. Dengan demikian, Kerajaan Mesir Kuno berdiri selama dua setengah milenium sebelum kaisar Romawi Kuno menguasai dunia. Nah, selama kerajaan Mesir Kuno diperintah oleh firaun, kerajaannya terdiri dari tiga periode: Kerajaan Lama, Kerajaan Tengah, dan Kerajaan Baru.

Mogok kerja pertama dalam sejarah terjadi selama periode Kerajaan Baru, yang dimulai dari 1539 SM hingga 1075 SM. Periode ini terjadi lama setelah dibangunnya piramida Giza yang terkenal. Periode ini juga merupakan zaman pembangunan kuil, dan maraknya peperangan yang ekstensif.

Adapun, kerajaan Mesir Kuno juga memperluas wilayahnya ke selatan dan utara. Namun, Mesir Kuno juga mempertahankan diri terhadap penjajah yang berusaha menjadi adikuasa. Dalam campuran invasi dan proyek pembangunan monumental inilah, para pekerja Mesir Kuno bersatu untuk pertama kalinya dalam catatan sejarah.

 

2. Kekuasaan Ramses III mencetuskan pemogokan buruh

lukisan Ramses III yang mempersembahkan persembahan kemenyan di area pintu masuk (commons.wikimedia.org/Sinuhe20)

Pada 1187 SM, Ramses III menjadi firaun Mesir. Garis besar kariernya dimulai dari ayahnya yang bernama Setnakht. Pasalnya, Setnakht mendirikan dinasti ke-20 Mesir Kuno.

Firaun Ramses III sangat mengidolakan Ramses II yang terkenal karena eksploitasi militernya, dan Ramses III ingin mengembalikan kejayaan Mesir. Nah, karena Ramses III adalah penggemar berat Ramses II, Ramses III pun mengadopsi beberapa prestasi Ramses II. Sangking terpukaunya, Ramses III mengukir prestasi Ramses II di batu kuil pemakamannya sendiri. Meski begitu, kedua Ramses ini tidak memiliki hubungan darah atau pun keluarga.

Adapun, Ramses III dianggap berhasil mewujudkan banyak hal, dan punya peran penting dalam menjaga keutuhan kerajaan selama beberapa perang kritis. Hal ini saja sudah membuatnya dinobatkan sebagai firaun besar terakhir dari Kerajaan Baru. Namun, perang-perang ini, dan keinginan Ramses III sendiri untuk mengembalikan kejayaan Mesir, justru membangkitkan pemogokan buruh.

 

3. Kerajaan Mesir Kuno sempat berperang dengan beberapa penjajah

Etsa yang diambil dari Relief Dinding di Medinet Habu, Mesir yang menggambarkan Pertempuran Delta sekitar tahun 1173 SM, antara Ramses III dan penjajah Bangsa Laut. (commons.wikimedia.org/TYalaA)

Pada awal pemerintahan Ramses III, kerajaan Mesir Kuno berhadapan dengan berbagai musuh. Sebab, lima tahun setelah ia mengambil alih kekuasaan, Mesir diserang di wilayah delta Nil barat oleh suku-suku Libya. Suku-suku ini dikalahkan oleh firaun, tetapi dua tahun kemudian kerajaan Mesir Kuno kembali diserang oleh Bangsa Laut.

Bangsa Laut sendiri adalah koalisi berbagai suku perampok laut yang saat itu sering membuat kerusuhan pada akhir Zaman Perunggu. Adapun, Bangsa Laut sering menginvasi, merampas atau menjarah. Bangsa Laut juga bertanggung jawab atas runtuhnya beberapa peradaban saat itu.

Bangsa Laut menjarah kota Kadesh di Mesir, lalu mencoba menyerang seluruh wilayah Mesir. Namun, firaun mengalahkan Bangsa Laut dalam pertempuran Xios pada 1178 SM. Kerajaan Mesir Kuno sempat menjalani masa damai selama dua tahun, sebelum perang dengan Libya, yang diselesaikan Firaun Ramses III dengan penangkapan kepala suku Libya. Mesir menang, tetapi kekuatannya tidak setangguh dulu. Nah, saat perdamaian sudah di tangan, Firaun Ramses III mulai melakukan proyek-proyek pembangunan yang monumental dan mahal.

 

4. Firaun Ramses III adalah firaun yang suka menghambur-hamburkan uang demi pencitraan

Kuil Karnak di Luxor, Mesir (commons.wikimedia.org/Tizianok)

Firaun Ramses III berkontribusi dalam pembangunan beberapa situs Mesir Kuno yang sangat terkenal. Ia membangun kuil pemakaman untuk dirinya sendiri, dan memperluas Kuil Karnak. Sayangnya, pembangunan besar-besaran ini membebani ekonomi Mesir.

The World History Encyclopedia menyimpulkan bahwa perang yang melanda bagian awal pemerintahan Firaun Ramses III mungkin membuat kerajaan ini menanggung beban keuangan, dan juga hilangnya banyak pekerja potensial. Tak hanya itu, krisis pangan melanda akibat cuaca yang tak menentu, dan perdagangan luar negeri melambat setelah Mesir Kuno konflik dengan Bangsa Laut. Semua permasalahan ini pun berkontribusi dengan menurunnya para pekerja ahli di bidangnya.

Bisa dibilang, kegemaran Firaun Ramses III untuk memulihkan kejayaan firaun lewat pembangunan megahnya, justru membebani sumber daya dan menguras keuangan Mesir. Meskipun misi militer dan perdagangan Mesir cukup berhasil, tetapi semua itu tidak cukup untuk mengembalikan kekayaan Mesir Kuno seperti dulu. Di samping itu, banyak pejabat Mesir Kuno yang korup. Jadi, saat Firaun Ramses III memasuki akhir masa pemerintahannya, ia berpura-pura tutup mata dan telinga dengan permasalahan yang terjadi.

Namun, mendekati ulang tahun ke-30 masa pemerintahan Firaun Ramses III, ia justru ingin membuat pesta peringatan yang monumental, dan tentunya menggelontorkan uang kerajaan yang semakin menipis. Tidak ada penghematan apalagi efisiensi. Jika ada yang memberi tahu Firaun Ramses III bahwa kerajaan itu sedang krisis parah, ia malah mengabaikannya.

 

5. Upah pekerja Mesir Kuno adalah bahan pangan

patung kayu pekerja Mesir Kuno di Galeri Mesir, Museum Neues, Berlin, Jerman (commons.wikimedia.org/Gary Todd)

Penting untuk kamu ketahui kalau Mesir Kuno tidak memiliki mata uang, tetapi mereka menggunakan sistem barter yang besar. Adapun, Mesir Kuno menggunakan satuan nilai yang disebut deben. Jadi, ketika terjadi kesepakatan, misalnya kendi bir bernilai dua deben dan sepasang sandal bernilai satu deben, maka dua pasang sandal bernilai satu kendi bir. Nah, dengan cara inilah hampir semua hal dapat digunakan untuk diperdagangkan asalkan memiliki nilai yang disepakati. Pajak pun dikumpulkan dengan cara yang sama lewat barang-barang yang dikumpulkan.

Biasanya, barang dibayar dengan menggunakan gandum, jelai, dan minyak. Pekerja juga dibayar dengan barang, terutama roti dan bir. Di samping itu, ekonomi Mesir Kuno terpusat pada pasokan gandumnya. Maka, mereka yang mengerjakan proyek-proyek untuk firaun, seperti mempersiapkan perayaan besar, akan dibayar dengan gandum yang telah disimpan oleh Mesir. Nah, hal inilah yang menjadi masalah bagi kerajaan Mesir Kuno, yang saat itu sedang berjuang dengan hasil panen gandum yang rendah.

 

6. Upah pekerja yang tertunda menjadi penyebab utama pemogokan buruh

pekerja pematung Mesir Kuno dari Sejarah Seni Mesir (1878) oleh Émile Prisse d'Avennes (commons.wikimedia.org/Rawpixel)

Pada 1159 SM, para pekerja kerajinan bekerja keras di Set-Ma'at, yang jika diterjemahkan berarti "tempat kebenaran" di dekat kota Thebes. Set-Ma'at, yang sekarang lebih dikenal sebagai Deir el-Medina, adalah kota yang dibangun khusus untuk mempekerjakan para pengrajin yang membangun makam-makam monumental di Lembah Para Raja dan Lembah Para Ratu. Kota ini merupakan situs penting bagi para ahli Mesir Kuno. Pasalnya, temuan arkeologi di Deir el-Medina telah memberikan wawasan yang mendalam tentang kehidupan sehari-hari orang Mesir Kuno.

Kota yang padat penduduknya ini dianggap unik di antara pemukiman-pemukiman Mesir lainnya, karena penduduknya tidak dapat mandiri secara pangan. Semuanya didatangkan dari luar. Di sisi lain, para pekerja ini tidak diperbudak, lho. Menurut buku Intermediate Elites in Pre-Columbian States and Empires, para pekerja juga bukan bagian dari kelompok pekerja paksa atau yang disebut sebagai sistem kerja rodi, yang mengharuskan orang Mesir bekerja sebagai bentuk perpajakan. Rupanya, para pekerja di Deirel-Medina direkrut langsung oleh negara karena keahlian mereka. Para pekerja ini pun dihormati di antara kelas pekerja lain.

Nah, karena tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, Set-Ma'at bergantung pada barang-barang impor. Hal ini termasuk upah gandum bagi para pekerja. Sayangnya, pada 1159 SM, ketika lumbung pangan Mesir Kuno kekurangan gandum, pembagian gandum bagi para pekerja ini tertunda. Papyrus Stories menjelaskan bahwa di Set-Ma'at sendiri, pengiriman gandum tertunda selama 20 hari. Nah, karena makanan disamakan dengan uang, hal ini pun menjadi masalah serius.

 

7. Tidak adanya kebijakan korektif dari pemerintah Mesir Kuno

relief pekerja Mesir Kuno di Galeri Mesir Kuno, British Museum, London, Inggris (commons.wikimedia.org/Gary Todd)

Juru tulis bernama Amennakht menangani sendiri masalah keterlambatan gandum di Mesir Kuno. Amennakht sendiri memang tidak terlalu populer dalam sejarah. Namanya hanya muncul beberapa kali dalam catatan arkeologi Mesir Kuno yang dikaitkan dengan orang yang berbeda.

Terlepas dari itu, Amennakht yang sedang kita bahas ini, punya peran sebagai perwakilan serikat pekerja. Ia pergi ke kuil pemakaman Harmhab. Di sana, ia berhasil mendapatkan 46 gantang (satuan ukur) gandum emmer. Hal ini mencegah krisis yang terjadi, tetapi akar masalahnya tidak teratasi.

Nah, alih-alih mencari cara untuk mengatasi pembayaran gandum kepada para pekerja, pemerintah malah mempersiapkan peringatan hari jadi masa pemerintahan Firaun Ramses III. Jadinya, pembayaran gandum kembali tertunda. Kali ini, setelah tertunda selama 18 hari, para pekerja menyerukan kelaparan. Mereka kemudian menolak untuk bekerja. Pemogokan pertama yang tercatat dalam sejarah pun terjadi.

 

8. Para pekerja melakukan demo dengan aksi damai

Kuil Thutmose III, di Kuil Karnak, utara Luxor, Mesir (commons.wikimedia.org/Olaf Tausch)

Para pekerja yang mogok kerja ternyata sangat inovasi dalam aksi protes. Papyrus Stories menggambarkan bagaimana para pekerja pergi ke Kuil Thutmosis III. Di tempat tersebut, mereka duduk dalam aksi damai.

Sementara itu, dua polisi, dua mandor, dan dua deputi mendatangi para pendemo dan meminta mereka untuk pulang. Namun, para pendemo yang mogok kerja ini ingin bertemu dengan firaun agar bisa mendiskusikan masalah yang mereka alami. Nah, ketika malam tiba, para pendemo justru pergi ke nekropolis atau tempat pemakaman.

Namun, aksi mereka tidak diketahui lagi karena papirus aslinya rusak. Meski begitu, keluhan para pekerja ini didengar oleh seorang pejabat. Hal ini diterjemahkan dalam Journal of Near Eastern Studies, yang menceritakan bahwa para pekerja berkata, "Kami datang ke sini karena lapar dan haus. Tidak ada pakaian, tidak ada minyak, tidak ada ikan, tidak ada sayuran. Kirimkan kepada Firaun tuan kami yang baik tentang hal itu, dan kirim kepada wazir atasan kami, agar makanan dapat disediakan untuk kami." Rupanya, jatah makanan untuk bulan itu pun dicairkan. Namun, akar permasalahannya masih belum teratasi.

 

9. Para pekerja yang berdemo, memblokade Lembah Para Raja

Lembah Para Raja, sebuah lembah di Mesir, atau tempat makam-makam para Firaun dan bangsawan-bangsawan berkuasa dari Kerajaan Baru Mesir Kuno, yang digali selama lebih dari 500 tahun, dari abad ke-16 hingga abad ke-11 SM, di Dataran Tinggi Theban, Perbukitan Theban, Thebes, Luxor, Waset, Mesir. (commons.wikimedia.org/Vyacheslav Argenberg)

Kekurangan gandum berkepanjangan berujung pada lebih banyak keluhan dan aksi demonstrasi. Dua pekerja, bernama Kenena dan Hay, dilaporkan oleh Papyrus Stories, berkata kepada seorang pejabat yang menyuruh mereka kembali bekerja, "Kami tidak akan kembali, beri tahu atasanmu! Sungguh, bukan karena kami lapar kami melewati tembok. Kami punya pesan penting untuk disampaikan. Sungguh, banyak kejahatan yang dilakukan di tempat Firaun ini!"

Wazir pun menjelaskan bahwa lumbung pangan lagi kosong dan para pekerja akan diberi jatah setengah. Hal ini jelas tidak cukup, jadi tak lama kemudian mereka mogok lagi. Kali ini para pekerja pergi ke Kuil Merenptah, dengan mengeluh kepada wali kota. Wali kota pun meminta Mennefer, tukang kebun dari Kepala Pengawas Ternak untuk memberi para pekerja 50 gantang gandum emmer.

Namun, hal ini tidak menyelesaikan masalah. Para pekerja akhirnya memblokade akses ke Lembah Para Raja. Aksi ini bisa dibilang serius, karena para pendeta tidak bisa lagi memberikan persembahan kepada leluhur mereka yang telah meninggal. Para pejabat pun mengancam akan memindahkan para pendemo ini dengan paksa, tetapi seorang pekerja mengancam balik akan merusak makam kerajaan jika hal tersebut dilakukan.

 

10. Para pejabat memberikan kue kering agar para pekerja berhenti demo

fragmen relief dewi Maat, dari makam Sethy I, di Seni Mesir Kuno di Museum Arkeologi Nasional, Florence (commons.wikimedia.org/Sailko)

Mogok kerja yang dilakukan para pekerja di Set-Ma'at rupanya belum pernah terjadi sebelumnya. Mengingat Mesir Kuno adalah kerajaan diktator, di mana firaun, pada hakikatnya adalah dewa yang hidup. Di samping itu, ma'at adalah konsep tatanan, harmoni, dan keseimbangan universal, yang terkadang dipersonifikasikan sebagai dewi.

Ma'at adalah prinsip etika dan moral yang mengakar dalam peradaban Mesir Kuno. Wajib hukumnya bagi penduduk Mesir Kuno untuk mematuhinya. Nah, karena alasan inilah para pekerja yang mogok membingungkan pihak berwenang, karena aksi ini bisa dibilang baru.

Jadi begini, konsep ma'at mengharuskan para pekerja untuk bekerja dengan baik dan tidak menantang otoritas. Sementara itu, para pekerja justru membalikkan konsep ini. Bagi para pekerja, firaun juga seharusnya mengikuti konsep ma'at, yang berarti bahwa firaun harus memberikan hak para pekerja atau setidaknya memastikan bahwa antek-anteknya melakukan hal demikian.

Sangking kebingungannya, para pejabat bahkan memberikan kue kering untuk para pekerja, agar mereka berhenti mogok kerja. Namun, hal tersebut tidak berhasil. Faktanya, para pekerja malah membobol lumbung Ramesseum, bank gandum utama di Thebes, keesokan harinya.

 

11. Firaun Ramses III mungkin tidak tahu tentang aksi mogok kerja

gambar pengrajin Mesir Kuno (commons.wikimedia.org/Norman de Garis Davies)

Mogok kerja itu berlangsung dengan sendirinya. Seiring berjalannya waktu, masalah para pemogok kerja lebih mengacu ke masalah pelanggaran ma'at dari pada keterlambatan pembayaran upah. Selama tiga tahun berikutnya, para pekerja secara rutin mogok kerja setiap kali pembayaran mereka terlambat.

Di lain sisi, pemerintah setempat merahasiakan masalah ini. Lagi pula, jika pejabat setempat mengirim pesan kepada Ramses III bahwa para pekerja mogok kerja, para pejabat akan disalahkan dan dibilang tidak becus melakukan tugas. Pejabat setempat pun bakal kena imbas bersama para pekerja.

Jadi dengan segala cara, para pejabat mencoba agar para pekerja mau bekerja. Hal ini dilakukan agar firaun dapat merayakan hari jadi pemerintahannya dan mempertahankan status keilahiannya. Nah, bukti kalau firaun dan istananya tidak mengetahui mogok kerja dan demonstrasi ini adalah, karena wazir datang ke Thebes untuk mengumpulkan patung-patung perayaan hari jadi pemerintahan Firaun Ramses III, tetapi ia tidak tahu para pekerja sedang mogok. Jadi bisa dibilang pemogokan tersebut ditangani oleh otoritas setempat saja.

12. Pemogokan kerja di Mesir Kuno berdampak besar

gambar pengrajin Mesir Kuno (commons.wikimedia.org/Norman de Garis Davies)

Peringatan hari jadi pemerintahan Firaun Ramses III diadakan pada 1156 SM dan berjalan tanpa hambatan. Namun, Firaun Ramses III menemui nasib sialnya pada tahun berikutnya. Sebab, Firaun Ramses III dibunuh dalam upaya kudeta. Tenggorokannya terluka parah akibat senjata tajam.

Pada saat itu, pemogokan di Set-Ma'at memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat Mesir Kuno. Mereka jadi lebih berani untuk menentang pemerintah. Para pekerja pun menjadi kelompok yang terhormat, karena mengajukan tuduhan korupsi terhadap pemerintah Mesir Kuno kala itu.

Sementara itu, World History Encyclopedia melaporkan bahwa beberapa ahli Mesir Kuno mengaitkan pemogokan ini untuk menentukan awal kemerosotan Kerajaan Baru, yang jatuh seabad kemudian. Rupanya, dengan adanya pemogokan tersebut, keyakinan lama Mesir Kuno tentang konsep alam semesta dipertanyakan. Meskipun demo di Set Ma'at bukanlah sebuah revolusi, demo itu mungkin merupakan awal dari diskredit (hilangnya kepercayaan) jangka panjang terhadap Kerajaan Baru dan firaun Mesir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team