Masih Misterius, 8 Teori Unik Pembangunan Candi Borobudur

Nama candi Borobudur tidak serta merta datang begitu saja. Penamaan itu dilabelkan karena ada makna di dalamnya. Secara bentukan kata, Borobudur dibentuk dari kata bara dan budur. Bara berarti biara atau kuil, budur berarti di atas. Itu menjadikan makna Borobudur sebagai kuil yang ada di atas.

Seperti yang tadi-tadi sudah dikatakan, tidak ada yang tahu siapakah yang membangun candi ini. Tapi para sejarawan mempercayai Borobudur dibangun pada dinasti Syailendra yang muncul pada tahun 750 hingga 850 Masehi. Hal itu tampak dari aksara yang terpahat pada dinding-dinding di candi yang cukup berbeda ketimbang prasasti di kerajaan lain yang juga berada di era yang sama.

Melihat dari strukturnya sampai ukurannya, para ahli berpikir bahwa candi Borobudur tak mungkin selesai hanya dalam waktu singkat. Bahkan 50 tahun pun dirasa tidak mampu untuk menyelesaikan ini. Oleh karena itu, para ahli berteori candi Borobudur selesai lebih dari waktu 100 tahun dan benar-benar rampung pada 825 Masehi, saat pemerintahan raja Samaratungga.

Tidak semuanya setuju dengan waktu pembangunan candi Borobudur itu. Beberapa malah berteori Borobudur bisa dibangun hanya selama 20 tahun saja. Mereka menjelaskan bahwa setidaknya ada dua juta balok batu yang menjadi fondasi candi Borobudur mengingat ukuran bangunan itu memakan 55.000m3.

Anggap saja para pekerjanya rajin, semua batu-batu itu dapat disusun menjadi candi Borobudur dalam waktu 7.665 hari atau 21 tahun dengan syarat tiap harinya harus ada 261 batu yang tersusun. Mungkin pertanyaan utamanya adalah berapa banyak pekerja yang dikerahkan untuk membangun candi tersebut?

Saat ini diketahui candi Borobudur digunakan sebagai tempat ritual para penganut agama Budha. Namun ternyata secara sejarah, Borobudur dipertanyakan apakah sedari dulu dipakai penganut agama tersebut.

Itu disebabkan ada temuan prasasti lain, yaitu Sojomerto, yang menunjukkan kala itu mayoritas penganutnya adalah Hindu Siwa. Kekosongan sejarah akan transisi pengguna kuil inilah yang masih menjadi pertanyaan para ahli.

Kalau kamu pernah ke candi Borobudur, kamu pasti merasakan tekstur batuan yang digunakan untuk material bangunan candi di Jawa Tengah tersebut. Batu-batuannya itu tidak sembarang batu.

Material yang digunakan berkualitas dan sangat kuat, malah diperkirakan berat pula. Dari kacamata zaman sekarang, sulit dipercaya orang-orang zaman dahulu mampu membangun bangunan megah macam itu lewat cara yang sederhana, seperti dengan dibawa oleh tangan.

Teori terdekat yaitu batu-batu itu diangkut dan ditarik oleh sapi memakai pedati dari sungai yang terdekat. Sedangkan untuk pahatan-pahatan aksara yang di dindingnya, semuanya buatan tangan yang dibantu alat pahatan. Satu-satunya yang tidak bisa dijelaskan adalah bagaimana mengangkat dan menumpuk batu-batu yang besar.

Jika yang kecil, itu bisa dilakukan secara perlahan-lahan. Tetapi itu tidak berlaku untuk patung pahatan besar mengingat beratnya bisa mencapai 200kg. Diduga patung itu dipindahkan dengan cara ditarik atau dipikul beramai-ramai.

Temuan menarik yang didapat oleh para arkeolog adalah tentang kehidupan di sekitar candi Borobudur. Para arkeolog mengetahui bahwa banyak pekerja pembuat candi hidup di sana.

Diduga hal itu terjadi karena masalah pembangunan candi yang memakan waktu lama, bahkan sampai melebihi umur satu orang. Secara teori, bisa jadi saat ini keluarga yang tinggal di dekat candi Borobudur merupakan keturunan langsung dari para pembangun candi.

Dalam menjalani kehidupan seribu tahunnya, tidak sekali candi Borobudur mendapati letusan Gunung Merapi. Bertumpuknya lava dan abu vulkanis hasil ledakan gunung itu berakhir menumpuki candi Borobudur dan menyembunyikannya di dalam tanah. Barulah pada 1811, saat Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa, ditemukan kembali.

Tidak jarang dalam perawatannya hingga sekarang, candi Borobudur mengalami kerusakan. Mulai dari aksi vandalisme sampai terkena bom yang terjadi pada 1985. Bisa terbilang candi Borobudur yang kamu lihat sekarang tidaklah murni candi Borobudur.

Masih ada banyak pertanyaan seputar sejarah dan teknik di balik pembuatan candi Borobudur. Mungkin kalau suatu hari kita bisa mendapatkan jawaban tersebut, kita bisa kembali membangun candi yang sama megahnya dengan candi Borobudur.