Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjajaran pada 2017, sesar mandiri didefinisikan sebagai sesar tua yang terbentuk pada era orogenesis tahap II. Masa ini tepatnya pada Akhir Eosen Tengah, atau 34–56 juta tahun lampau.
Menurut para peneliti UnPad, sesar ini terus aktif hingga membentuk tinggian purba (paleo height) antara Lembah Ciletuh dan Lembah Cimandiri. Lalu, pada Zaman Tersier Akhir, tektonik kompresi kembali terjadi sehingga sesar Cimandiri aktif kembali sebagai sesar naik (thrust fault).
"Peristiwa ini disimpulkan sebagai orogenesa ke III di Pulau Jawa," tulis para peneliti UnPad yang terdiri dari Iyan Haryanto, Johanes Hutabarat, Adjat Sudrajat, Nisa Nurul Ilmi, dan Edy Sunardi.
Titik lokasi gempa Cianjur terasa hingga Jakarta. (Dok. BMKG)
Lalu, setelah tektonik kompresi mulai berkurang, para peneliti UnPad mencatat adanya kesetimbangan yang membentuk sesar normal di jalur lipatan anjakan Cimandiri. Hasilnya, sesar Cimandiri terdiri atas dua sesar regional, yaitu:
- Sesar naik: ditandai dengan deformasi lipatan batuan yang umumnya tegak.
- Sesar normal: ditandai dengan terbentuknya gawir sesar (fault scarp) dengan kemiringan di atas 50°, dan bahkan mendekati vertikal di beberapa lokasi.