5 Fakta Singa Laut Steller, Spesies Singa Laut Terbesar di Dunia!

- Singa laut steller memiliki ciri khas daun telinga terlihat dan warna kulit cerah.
- Habitat mereka di pinggiran pantai berpasir atau berbatu dekat perairan dingin
- Populasi mereka saat ini hampir terancam, tetapi cenderung meningkat.
Singa laut (famili Otariidae) sering juga disebut sebagai anjing laut bertelinga. Sebab, karakteristik utama yang membedakan dua kelompok Pinnipedia ini ialah keberadaan daun telinga yang tampak dengan mata telanjang di kepala singa laut, sementara anjing laut sejati tidak memilikinya. Saat ini, ada enam spesies singa laut berbeda. Uniknya, genera keenam spesies itu mayoritas berbeda-beda. Beberapa ada yang hanya memiliki satu spesies saja dalam satu genera, misalnya si singa laut steller (Eumetopias jubatus).
Mereka punya penampilan yang cukup identik dengan singa laut lain. Namun, warna kulit dan rambut singa laut steller jauh lebih cerah, yakni terdiri atas warna cokelat, kuning pucat, atau kemerahan. Untuk membedakan mana jantan dan betina, kita dapat melihat pada area kepala dan leher. Jantan punya semacam tonjolan di area dahi, leher dan dada yang lebih lebar, moncong lebih pendek, serta surai berambut kasar di sekitaran leher. Ciri-ciri tersebut tidak ditemukan pada betina.
Selain ciri fisik, cara paling mudah membedakan singa laut steller jantan dan betina itu melalui ukuran. Jantan tumbuh sekitar tiga kali lebih besar daripada betina. Kalau dirata-ratakan, panjang singa laut steller dewasa itu 2,3—3,3 meter dengan bobot 240—1.120 kg. Berkat ukuran ini, singa laut steller jadi spesies singa laut terbesar di dunia, lho. Nah, selain berbicara soal fisik, ada beberapa hal unik lain yang mereka miliki. Karena itu, kalau ingin berkenalan dengan singa laut steller, yuk, simak pembahasan di bawah ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Nama singa laut steller diperoleh dari penggalan nama seorang ahli bedah dan alam asal Jerman bernama Georg Wilhelm Steller. Sebab, dialah yang pertama kali menemukan dan mendeskripsikan sosok singa laut ini pada 1742. Dilansir Animal Diversity, singa laut steller ditemukan di bagian utara Samudra Pasifik. Alaska, California, Rusia, dan Jepang diketahui jadi rumah bagi mamalia laut yang satu ini.
Untuk urusan habitat, singa laut steller dapat hidup nyaman di kawasan pesisir pantai, baik itu pinggiran pantai berpasir ataupun berbatu. Hanya saja, mereka agak pilih-pilih soal suhu laut. Singa laut steller suka di pesisir yang dekat dengan perairan dingin dan biasanya hanya bergerak dalam radius 37 km dari tepi pantai tempat menepi. Aktivitas sehari-hari singa laut steller di habitat alami ini diisi dengan beristirahat, bersosialisasi, dan mencari makan.
Kalau soal makanan, singa laut ini tentu tergolong sebagai karnivor sejati. Pilihan makanan mereka cukup beragam yang meliputi ratusan spesies ikan, cumi-cumi, gurita, kerang-kerangan, dan gastropoda. Kalau ada kesempatan, singa laut steller turut memburu spesies Pinnipedia lain yang ada di sekitar, misalnya anjing laut pelabuhan (Phoca vitulina), anjing laut cincin (Pusa hispida), dan anjing laut bulu utara (Callorhinus ursinus). Aktivitas berburu bagi singa laut steller hanya terjadi di sekitar garis pantai dan dekat perairan pelagis.
2. Kemampuan berenang yang impresif

Saat berada di darat, kemampuan berjalan singa laut steller jelas lebih baik kalau dibandingkan dengan kelompok Pinnipedia lain, seperti anjing laut, walrus, dan gajah laut. Hal tersebut berkat adanya sirip depan yang panjang sehingga singa laut steller dapat berdiri tegak dan berjalan layaknya mamalia darat berkaki empat. Selain bisa bergerak di darat dengan relatif mudah, singa laut steller juga terbilang cakap untuk urusan berenang.
Rata-rata kecepatan berenang singa laut ini sebenarnya sekitar 27 km per jam. Namun, pada akselerasi awal, mereka melesat dengan kecepatan 40 km per jam dalam waktu singkat. Meski tak jadi spesies singa laut dengan kemampuan menyelam paling dalam, kedalaman laut yang dapat dijelajah singa laut steller terbilang sangat impresif. Dilansir National Oceanic and Atmospheric Administration, titik terdalam yang dicapai spesies ini sekitar 436 meter di bawah permukaan laut.
3. Termasuk hewan sosial

Serupa dengan saudara yang lain, singa laut steller termasuk hewan yang sangat sosial. Mereka membentuk koloni dengan jumlah anggota yang beragam, mulai dari belasan sampai ratusan individu. Berbeda dengan beberapa spesies singa laut—semisal singa laut galapagos—yang hanya terdiri atas satu jantan, koloni singa laut steller menerima jantan, betina, dan anak-anak pada usia tertentu. Akan tetapi, tetap saja koloni singa laut ini dipimpin oleh seekor jantan dominan.
National Oceanic and Atmospheric Administration melansir kalau koloni singa laut steller akan berkumpul bersama di daratan untuk beristirahat, berjemur, merawat anak, berkomunikasi, sampai berinteraksi dengan sesama. Menariknya, saat memasuki waktu berburu, singa laut ini cenderung untuk menyendiri. Kalaupun hendak mencari makan bersama, satu koloni—khususnya koloni besar—akan memecah anggota dalam beberapa kelompok kecil yang berbeda.
Ketika berkomunikasi dengan sesama, singa laut steller lebih banyak menggunakan suara geraman atau raungan dalam frekuensi rendah. Hebatnya, anak singa laut steller mampu membedakan suara induk mereka dengan betina lain setelah pascamencari makan ataupun berkumpul dalam jumlah besar. Hal ini penting bagi anak singa laut steller karena tanpa petunjuk suara dari sang induk, mustahil bagi mereka untuk menemukan sang induk di tengah-tengah koloni singa laut steller yang besar.
4. Sistem reproduksi

Musim kawin bagi singa laut steller berlangsung antara Mei—Juli. Mereka termasuk hewan poligini yang artinya seekor jantan akan kawin dengan beberapa betina berbeda. Sebenarnya, dalam satu koloni, hanya si jantan dominan yang berhak kawin dengan banyak betina. Jantan dominan itu tak menoleransi jika ada jantan lain yang mencoba kawin dengan betina di kelompoknya. Akan tetapi, ia tak bisa selalu mengawasi seluruh anggota koloni, terutama pada koloni beranggota besar. Karena itu, jantan nondominan—biasanya jantan muda—kadang memanfaatkan hal ini untuk mencari betina dan kawin.
Dilansir National Geographic, singa laut steller betina umumnya hanya melahirkan seekor anak dalam satu musim kawin. Masa kehamilan yang dijalani betina sekitar 12 bulan dan merawat si anak seorang diri. Ketika baru lahir, anak singa laut steller sudah memiliki bobot 16—23 kg. Adapun, dalam waktu 5 tahun pertama, pertumbuhan mereka akan terjadi dengan pesat. Pada 1 tahun pertama, anak singa laut steller akan selalu berada dalam perawatan induk. Namun, seiring dengan bertambahnya usia, si induk mulai lebih banyak mencari makan sembari bersiap untuk musim kawin selanjutnya.
Untuk mencapai usia kematangan seksual, singa laut steller jantan perlu waktu selama 8—10 tahun, sementara betina 3—6 tahun. Uniknya, usia maksimal dari singa laut ini berbeda tergantung jenis kelamin. Bagi jantan, usia maksimal yang dapat dicapai sekitar 20 tahunan. Hebatnya, betina justru dapat hidup lebih panjang lagi, yakni sampai berusia 30 tahunan.
5. Status konservasi

Sepanjang sejarah, singa laut steller pernah menghadapi kondisi kritis karena sempat diburu besar-besaran. Daging, rambut, dan minyak yang dihasilkan mamalia laut ini menarik minat banyak orang yang membuat perburuan tak dapat dihindari. Beruntungnya, upaya konservasi yang dilakukan sejak abad ke-21 sehingga populasi singa laut ini perlahan pulih.
Berdasarkan catatan IUCN Red List, singa laut steller saat ini masuk dalam kategori hewan hampir terancam (Near Threatened), tetapi dengan total populasi yang cenderung meningkat. Disebutkan kalau saat ini ada sekitar 81.327 individu dewasa yang tersebar di sepanjang peta persebaran. Memang, kenaikan populasi ini jadi berita yang menggembirakan. Meski begitu, sejumlah ancaman tetap menghantui singa laut steller dan berpotensi merusak kembali populasi mereka pada masa mendatang.
Masalah terbesar jelas masih datang dari perburuan sehingga regulasi ketat untuk melindungi spesies ini sangat diperlukan. Selain itu, singa laut steller kadang tertabrak oleh kapal yang melintas, bersaing dengan nelayan untuk memperoleh ikan, terdampak polusi lautan dan bahan kimia berbahaya, sampai terjangkit penyakit berbahaya. Ditambah lagi, perubahan iklim diduga akan jadi penyebab utama rusaknya populasi singa laut steller pada masa depan. Karena suhu laut yang naik, mangsa sulit dicari. Pengasaman laut pun pastinya membuat habitat mereka jadi tak nyaman untuk ditinggali.