ilustrasi teasel liar (wikimedia.org/Shazz)
Dilansir laman The Metropolitan Museum of Art, sejak lama, teasel liar juga dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Dalam pengobatan Tiongkok, akarnya yang dikenal dengan nama xu duan digunakan untuk mengobati masalah tulang, nyeri sendi, hingga mempercepat penyembuhan luka.
Di Eropa, tanaman ini pernah dianggap berkhasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan dan memperbaiki kondisi hati. Dalam praktik modern, ekstrak akar teasel liar kadang digunakan sebagai obat herbal alternatif untuk penyakit Lyme, meskipun belum ada bukti ilmiah kuat yang mendukung efektivitasnya. Menariknya, kepercayaan masyarakat pada manfaat tanaman ini tetap bertahan, bahkan dijual dalam bentuk tincture atau kapsul herbal.
Selain aspek medis, kepala bunga teasel kering secara historis digunakan dalam industri tekstil untuk menyisir wol agar halus. Fungsinya tidak tergantikan sampai akhirnya diganti dengan sisir logam buatan.
Di balik semua keunikan dan manfaatnya, teasel liar juga menyimpan sisi lain yang menimbulkan kekhawatiran. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Australia, tanaman ini dikategorikan sebagai spesies invasif. Penyebabnya adalah daya sebar bijinya yang luar biasa banyak dan kemampuan adaptasi yang tinggi di berbagai jenis tanah. Akibatnya, teasel liar dapat mendominasi lahan luas, menggeser tanaman asli, dan mengubah struktur ekosistem. Meski demikian, langkah pengendalian seperti pencabutan manual dan penggunaan herbisida sudah banyak dilakukan untuk menekan populasinya.