Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Time Travel di Marvel Cinematic Universe Menurut Sains

cuplikan film Avengers: Endgame (dok. Marvel Studios/Avengers: Endgame)

Time travel adalah salah satu konsep yang sering digunakan dalam film-film fiksi ilmiah, termasuk di Marvel Cinematic Universe (MCU). Dalam film Avengers: Endgame, para pahlawan super menggunakan mesin waktu untuk kembali ke masa lalu dan mengumpulkan Infinity Stones sebelum Thanos mendapatkannya. Namun, apakah time travel di MCU sesuai dengan sains?

Berbeda dengan time travel di film-film lain, kita dikenalkan dengan penggunaan Quantum Realm hingga dampak terhadap realitas alternatif. Sutradara Avengers: Endgame bekerja sama dengan seorang fisikawan untuk memastikan bahwa adegan perjalanan waktu dalam film ini berakar pada ilmu pengetahuan. Berikut adalah fakta menarik time travel di MCU dari sudut pandang sains.

1. Konsep quantum realm

quantum realm (dok. Marvel Studios/Ant-Man and the Wasp: Quantumania)

Time travel di MCU menggunakan konsep quantum realm, yaitu sebuah dimensi yang berada di luar ruang dan waktu normal. Quantum realm bisa diakses dengan menggunakan teknologi yang bisa mengecilkan atau memperbesar objek hingga skala subatomik, seperti di film Ant-Man dan Wasp. Menurut sains, quantum realm adalah dunia yang penuh dengan fenomena kuantum yang aneh dan tidak terduga, seperti superposisi, entanglement, dan tunneling.

Hukum fisika klasik tidak berlaku di quantum realm, sehingga waktu bisa berjalan lebih cepat atau lebih lambat. Hal ini dimanfaatkan untuk melakukan perjalanan waktu, dengan menentukan koordinat ruang dan waktu yang diinginkan. Dengan menggabungkan konsep sains nyata dengan elemen fiksi, MCU menciptakan partikel Pym sebagai kunci utama menuju quantum realm.

2. Menyanggah teori Grandfather Paradox

cuplikan film Avengers: Endgame (dok. Marvel Studios/Avengers: Endgame)

Teori grandfather paradox adalah paradoks yang menyatakan jika seseorang kembali ke masa lalu dan membunuh kakeknya sebelum ia menikah, maka ia tidak akan pernah lahir dan tidak akan bisa kembali ke masa lalu. Teori ini menyiratkan bahwa time travel bisa menciptakan paradoks dan inkonsistensi logis. Namun, MCU mengadopsi teori multiverse, yaitu teori yang menyatakan bahwa ada banyak alam semesta paralel yang saling berbeda.

Dalam MCU, perubahan dalam masa lalu tidak langsung memengaruhi masa depan dan menciptakan realitas alternatif yang bercabang. Hal ini mengacu kepada banyak fisikawan yang memiliki teori Many Worlds. Teori ini menyatakan bahwa setiap pilihan atau keputusan yang dibuat mengarah pada penciptaan realitas bercabang atau dunia paralel.

3. Analogi menggunakan Mobius Strip

model mobius strip di Avengers: Endgame (dok. Marvel Studios/Avengers: Endgame)

Mobius strip adalah sebuah bentuk geometri yang hanya memiliki satu sisi dan satu tepi, yang bisa dibuat dengan menyambungkan dua ujung sebuah pita setelah memutar salah satu ujungnya 180 derajat. Jika kita menempatkan sebuah objek di atas mobius strip, maka objek tersebut bisa bergerak tanpa henti dari satu sisi ke sisi lain, tanpa pernah kembali ke titik awalnya. Dalam MCU, Tony Stark menggunakan ide mobius strip untuk merancang mesin waktu.

Mobius strip menunjukkan bahwa perjalanan waktu tidak harus mengikuti garis linear yang biasa, melainkan dapat melibatkan dimensi tambahan yang berputar dan berinteraksi satu sama lain. Hal ini bisa disamakan dengan para Avengers yang kembali ke masa lalu, namun tidak pernah kembali ke alam semesta asal mereka, melainkan ke alam semesta alternatif yang baru tercipta. Dengan demikian, mereka bisa menghindari paradoks dan inkonsistensi logis yang mungkin terjadi akibat time travel.

4. Mengadopsi teori Many-Worlds

cuplikan film Avengers: Endgame (dok. Marvel Studios/Avengers: Endgame)

Dalam konteks Marvel Cinematic Universe (MCU), adopsi teori Many-Worlds diadopsi dengan sebutan multiverse. Teori ini berkaitan dengan konsep bahwa setiap pilihan atau tindakan yang diambil oleh seseorang menciptakan cabang realitas yang berbeda. Dengan kata lain, setiap kali ada peristiwa kuantum yang acak, alam semesta akan bercabang menjadi beberapa versi yang berbeda.

Teori Many-Worlds pertama kali diusulkan pada tahun 1957 oleh Hugh Everett, seorang fisikawan Amerika yang menjelaskan paradoks dari kucing Schrödinger. Teori ini menyiratkan bahwa ada kemungkinan tak terhingga banyaknya alam semesta, yang merupakan salah satu hipotesis multiverse dalam fisika dan filsafat. MCU membungkus konsep multiverse yang akan digunakan hingga proyek-proyek yang akan datang.

5. Belum bisa diwujudkan di dunia nyata

Pym Particles (dok. Marvel Studios/Avengers: Endgame)

Terdapat hambatan fisika, hambatan logis, dan etis yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan perjalanan waktu. Salah satunya adalah paradoks waktu, yaitu situasi yang bertentangan dengan logika atau konsistensi akibat perjalanan waktu. Meskipun MCU berhasil mematahkan teori paradoks waktu, hal itu karena adanya elemen fiksi yang dipakai untuk membuatnya bisa terjadi.

Salah satu elemen fiksi yang ditambahkan adalah partikel Pym dan teknologi kuantum yang canggih. Konsep ketidakpastian kuantum menyatakan bahwa kita tidak dapat secara presisi menentukan posisi dan momentum partikel subatomik pada waktu yang sama. Tanpanya elemen fiksi tersebut, teori-teori yang digunakan MCU hampir tidak bisa dibuktikan di dunia nyata.

Fakta-fakta ini menunjukan bahwa time travel di MCU bukanlah sembarang fiksi, tetapi memiliki dasar ilmiah yang kuat dan konsisten. MCU juga berhasil menggabungkan konsep-konsep fisika yang rumit dengan cara yang mudah dipahami dan menarik. Meskipun time travel di MCU masih belum bisa direalisasikan di dunia nyata, kita bisa menikmati dan mengapresiasi kreativitas dan imajinasi yang ditampilkan oleh MCU.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us