Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Wattled Curassow, Burung dengan Kepala Kribo

wattled curassow dengan kepala kribo (commons.wikimedia.org/Charles Patrick Ewing)

Pernah dengar burung bernama wattled curassow (Crax globulosa)? Nama mereka mungkin masih asing di telinga kita, tetapi saat sudah melihat sekali, pasti mudah untuk mengidentifikasi burung ini kalau nanti bertemu lagi. Soalnya, burung yang satu ini punya warna bulu hitam pekat, paruh berwarna jingga dengan sedikit tonjolan, bagian perut berwarna putih, ekor panjang, dan yang paling penting adalah bulu di area kepala yang  terlihat keriting layaknya manusia dengan rambut kribo ataupun mahkota.

Soal ukuran, wattled curassow ternyata terbilang cukup besar. Panjang burung ini sekitar 82—89 cm dengan bobot sekitar 2,5 kg. Selain fakta-fakta itu, ada beberapa hal menarik lain dari wattled curassow yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Jadi, kalau ingin kenalan dengan mereka, simak ulasan berikut sampai tuntas, ya!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Seekor wattled curassow yang dirawat di Kebun Binatang Houston, Texas, Amerika Serikat. (commons.wikimedia.org/Wyatt Berka)

Wattled curassow ternyata merupakan burung yang berasal di kawasan neotropis atau sekitar Amerika Selatan. Dilansir Data Zone by Birdlife, dulunya burung yang satu ini ditemukan mulai dari Brasil, Kolombia, Ekuador, Peru, dan Bolivia secara luas. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, persebaran mereka jadi lebih sedikit dan terfragmentasi sangat jauh antar kantong populasi. Bayangkan saja, dulunya total wilayah tempat persebaran wattled curassow itu mencapai 1,4 juta km persegi, tetapi kini tinggal tersisa 10.600 km persegi saja.

Tak hanya peta persebaran yang terbilang sempit, pilihan habitat burung yang satu ini pun terbilang sangat spesifik. Wattled curassow selalu berada di hutan hujan di Amazon, Sungai Madeira, sampai garis ketinggian 300 meter sekitar Pegunungan Andes. Cara paling mudah untuk menjumpai mereka di alam liar adalah dengan menyusuri sungai terdekat karena mereka cukup aktif di sana. Tentunya, wattled curassow tergolong burung pemalu sehingga lebih banyak menghindari kontak dengan makhluk lain jika memungkinkan.

Sementara untuk urusan makanan, tentunya burung cantik ini termasuk omnivor. Kebanyakan makanan wattled curassow diisi dengan berbagai bagian tanaman yang bisa ditemukan, termasuk biji-bijian dan buah-buahan. Namun, terkadang mereka kedapatan mengonsumsi hewan lain, semisal serangga, invertebrata kecil, krustasea, dan ikan.

2. Burung yang tak mengandalkan kemampuan terbang

Wattled curassow punya kebiasaan mencari dahan yang tinggi ketika hendak beristirahat. (commons.wikimedia.org/Wyatt Berka)

Wattled curassow punya sayap dan terbukti bisa digunakan untuk terbang. Akan tetapi, sebenarnya kemampuan khas dari keluarga burung ini justru sangat jarang mereka gunakan, lho. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka lebih banyak berjalan di atas tanah sambil menyusuri hutan dengan kaki. Kalaupun bertemu dengan predator, respons pertama burung ini bukan terbang ke atas, tetapi coba berlari secepat mungkin. Kalau sudah tak memungkinkan, barulah wattled curassow akan coba terbang.

Ketika terbang, burung ini tak bisa melesat cepat sehingga lebih mirip seperti ayam yang coba terbang. Selain itu, kalau memang perlu untuk pindah dari satu pohon ke pohon lain, mereka akan memanfaatkan kemampuan terbang itu dalam jarak yang pendek. Uniknya lagi, khusus pada waktu istirahat wattled curassow baru akan bertengger di atas pohon supaya bisa memperoleh ketenangan sekaligus perlindungan, dilansir Sea World.

3. Berbagai suara unik yang dapat dihasilkan

Wattled curassow punya kebiasaan mencari dahan yang tinggi ketika hendak beristirahat. (commons.wikimedia.org/Wyatt Berka)

Wattled curassow jadi salah satu burung yang rutin “meramaikan” hutan hujan di Amazon setiap paginya. Birds of Colombia melansir, tiap Matahari hendak terbit atau saat tengah hari, burung yang satu ini selalu mengeluarkan suara dentuman dengan nada rendah guna berkomunikasi dengan sesama anggota kelompok. Ya, wattled curassow tinggal dalam kelompok dengan jumlah antara 3—20 individu yang selalu bergerak bersama dalam beraktivitas.

Oleh sebab itu, panggilan dentuman ringan itu hanya salah satu dari berbagai suara lain yang dapat dihasilkan burung ini. Misalnya saja, ada suara raungan keras sebagai tanda peringatan dari jantan dominan terhadap kehadiran jantan lain, suara siulan yang cukup nyaring dan punya berbagai nada khas yang berguna untuk berkomunikasi sampai mencari keberadaan anggota kelompok, sampai suara bernada tinggi untuk memperingatkan individu lain terhadap potensi adanya predator. Tentunya, saat musim kawin, ada berbagai suara khas lain yang dihasilkan oleh jantan maupun betina.

4. Sistem reproduksi

potret jarak dekat dari seekor wattled curassow (commons.wikimedia.org/Derek Ramsey)

Sebenarnya belum diketahui secara pasti kapan musim kawin bagi wattled curassow. Namun, berdasarkan observasi terbatas, aktivitas reproduksi paling sering terjadi antara bulan Juni dan Agustus. Belum diketahui pula apakah mereka termasuk hewan monogami (setia pada satu pasangan) atau poligini (satu jantan kawin dengan beberapa betina) karena pada beberapa kantung populasi, dua perilaku reproduksi itu sama-sama terjadi. Yang jelas, sebelum mulai kawin, jantan harus “merayu” betina dengan cara jalan mondar-mandir di depan calon pasangan sambil mengeluarkan suara keras. Kalau betina tertarik, proses perkawinan pun dapat dilanjutkan.

Dilansir Animalia, wattled curassow betina dapat menghasilkan 2 butir telur saja. Telur ini diletakkan di dalam sarang kecil berbentuk mangkuk yang terbuat dari ranting dan daun yang diletakkan di atas pohon. Butuh waktu sekitar 30 hari sebelum telur burung ini menetas. Baik induk jantan maupun betina sama-sama menjaga anak mereka sampai mampu mencapai usia dewasa. Rata-rata anak wattled curassow baru bisa menjaga diri sendiri saat berusia 1 tahun atau kurang. Sementara usia yang bisa dicapai burung ini antara 8—20 tahun, dimana burung yang tinggal di penangkaran berusia lebih panjang ketimbang burung di alam liar.  

5. Status konservasi

Akibat ulah manusia, saat ini wattled curassow jadi salah satu hewan terancam punah dengan populasi yang terus menyusut. (commons.wikimedia.org/Cbaile19)

Dari berkurangnya peta persebaran saja mudah ditebak soal status konservasi wattled curassow. Burung serba hitam ini tergolong hewan terancam punah (Endangered) berdasarkan catatan IUCN Red List. Diperkirakan, populasi mereka di alam liar sekitar 2.500—10.000 individu dewasa saja. Adapun, menurunnya populasi wattled curassow paling banyak disebabkan oleh manusia.

IUCN Red List melaporkan bahwa perburuan besar-besaran terjadi pada spesies burung cantik ini, baik secara komersial ataupun tak sengaja. Daging dan bulu wattled curassow sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, sementara perburuan yang tak sengaja lebih banyak terjadi karena aktivitas pembukaan lahan. Sebab, aliran sungai sekitar Amazon yang juga jadi rumah wattled curassow sangat padat dengan aktivitas transportasi manusia sampai-sampai mengorbankan populasi mereka dalam proses peluasannya. Apalagi, kebiasaan burung ini untuk tinggal dekat dengan aliran sungai dan warna bulu yang cenderung kontras membuat mereka cukup mudah dideteksi manusia.

Masalah penurunan populasi wattled curassow ini jelas sudah jadi sesuatu serius dan sudah diambil tindakan konservasi atas spesies burung ini. Aturan yang melarang perburuan, edukasi dan kolaborasi dengan masyarakat setempat supaya tidak memburu burung ini, sampai upaya pengembangbiakan di penangkaran jadi beberapa solusi yang sudah dilakukan negara-negara yang jadi rumah bagi wattled curassow. Duh, semoga saja upaya-upaya konservasi itu membuahkan hasil sehingga burung unik yang satu ini tidak sampai punah, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us