ilustrasi air laut (pexels.com/Darina Çiço)
Air laut dan air tawar sering terlihat seperti tidak bisa menyatu karena perbedaan densitas dan kadar garam. Air tawar, seperti dari sungai, memiliki kandungan garam sangat rendah dan lebih ringan dibandingkan air laut yang padat dan asin. Akibatnya, saat bertemu di muara atau pantai, air tawar cenderung mengalir di atas air laut sehingga terlihat seperti ada garis pemisah di permukaan.
Selain perbedaan densitas, air sungai juga membawa sedimen, lumpur, dan partikel lain. Ketika bertemu air laut, ion garam di laut menempel pada partikel sedimen ini lalu membuatnya menggumpal dan tenggelam. Proses ini secara perlahan membersihkan air tawar dari sedimen dan memulai pencampuran dengan air laut.
Fenomena ini disebut haloklin, yaitu lapisan peralihan di mana kadar garam berubah drastis dalam kedalaman yang pendek. Di zona ini, air tawar secara bertahap bercampur dengan air laut hingga keduanya mencapai keseimbangan.
Fenomena air laut dua warna di Pantai Baron menghadirkan pemandangan langka. Apakah kamu pernah menyaksikan fenomena seperti ini secara langsung?
Kenapa air laut di Pantai Baron bisa terlihat dua warna? | Karena air keruh dari sungai bawah tanah bertemu dengan air laut yang jernih, membentuk garis kontras di permukaan. |
Kapan biasanya fenomena ini terjadi? | Fenomena ini biasanya muncul saat musim hujan, terutama setelah hujan deras mengguyur Gunungkidul. |
Apakah fenomena ini berbahaya bagi pengunjung? | Tidak, fenomena ini aman untuk dilihat dari pantai dan hanya bersifat visual. |
Mengapa air sungai tampak lebih keruh daripada air laut? | Air sungai membawa sedimen, lumpur, dan partikel dari daratan, sehingga warnanya lebih cokelat. |
Referensi
"Fresh Water Meets Sea Water: Nature's Intriguing Phenomenon". Surfer Today. Diakses November 2025.