ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/reign abarintos)
Diartikan secara terpisah, hujan meteor merupakan peristiwa yang terjadi saat Bumi berpapasan dengan benda luar angkasa, seperti komet. Sebagai bagian dari tata surya, seluruh benda angkasa ini bersamaan sedang mengorbit matahari. Saat jalan-jalan, komet tersebut membawa debu dan bebatuan yang tertarik masuk ke atmosfer Bumi.
Begitu memasuki Bumi, benda asing ini terbakar dengan panas yang menghasilkan cahaya terang. Nah, cahaya inilah yang sering kita lihat sebagai meteor jatuh. Ketika benda yang masuk ke atmosfer Bumi berukuran besar, suara ledakan mungkin terdengar hingga ke permukaan bumi. Nah, kalau benda asing yang masuk berjumlah banyak, terjadilah peristiwa hujan meteor.
Lantas, bagaimana Bumi bisa bertemu banyak benda langit yang disebut meteoroid ini? Ketika mendekati matahari, permukaan es komet akan mendidih dan melepaskan partikel batu serta debu. Kotoran ini berserakan di sepanjang jalur komet. Beberapa kali, setiap tahun saat sedang revolusi, bumi melintasi orbit komet yang berarti menabrak sekumpulan puing komet, melansir Space Place NASA.
Masuknya benda asing ke atmosfer bumi ini gak selalu berbahaya, kok. Biasanya, meteoroid yang menjadi meteor berbentuk batu besar dan partikel debu yang habis terbakar sebelum menyentuh permukaan bumi. Hasilnya, kamu bisa melihat semburat cahaya di langit saat fenomena hujan meteor terjadi.
Hujan meteor bukan peristiwa yang selalu bisa diprediksi, ya. Meski ada beberapa hujan meteor yang terjadwal akibat revolusi bumi. Perlu diketahui, seluruh hujan meteor yang terjadi akan diberi nama sesuai dengan perkiraan konstelasi meteor berasal. Misalnya, dinamakan Hujan Meteor Orionids yang terjadi setiap bulan Oktober karena diduga berasal dari konstelasi Orion The Hunter.
Fenomena hujan meteor Boötids 27 Juni 2024 memang berlangsung rutin setiap tahun. Akan tetapi, setiap waktunya akan memancarkan jumlah meteor yang berbeda dan mungkin tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya.