ilustrasi perempuan sedang ibadah (pexels.com/RODNAE Production)
Saat peristiwa great culmination berlangsung, posisi matahari yang berada tepat di atas ka'bah membuat bayangan yang terbentuk seluruhnya mengarah ke ka'bah. Bayangan inilah yang dijadikan acuan guna meluruskan ulang derajat arah kiblat. Dengan demikian, umat Islam tanpa alat khusus, dapat menyesuaikan sudut arah kiblat yang berpedoman pada arah bayang-bayang benda saat rashdul qiblah.
Di Indonesia, peristiwa ini terjadi sekitar pukul 16.26.42 WIB, 17.26.42 WITA, atau 18.26.42 WIT. Sayangnya, gak semua umat Islam di wilayah Indonesia bisa memverifikasi arah kiblat pada 15 Juli nanti. Sebab, pada waktu tersebut, di beberapa lokasi yang termasuk bagian WIT, telah memasuki momen matahari tenggelam, sehingga bayang-bayang gak lagi muncul.
Masih dari penuturan Peneliti Pusat Sains Antariksa BRIN, beberapa lokasi di Indonesia yang gak bisa langsung mencoba penentuan arah kiblat ini, yaitu:
- Kab. Maluku Tengah;
- Kab. Seram Bagian Timur;
- Kab. Kepulauan Tanimbar;
- Kab. Kepulauan Kei;
- Kota Tual; dan
- Kab. Maluku Barat Daya (kecuali Pulau Wetar).
Selain itu Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Papua juga telah mengalami pergantian siang ke malam hari. Namun, seluruh kabupaten dan kota di atas bisa kembali menyesuaikan arah kiblat saat titik balik matahari atau nadhir ka'bah pada akhir November nanti.