Gak Selalu Mistis, Ini 5 Penjelasan Ilmiah Mengenai Penampakan Hantu

Mata normal manusia dapat mendeteksi panjang gelombang dari 400 hingga 700 nm. Sementara telinga manusia hanya bisa mendengar suara dalam rentang frekuensi 20 Hz sampai 20.000 Hz. Setiap manusia tidak bisa mendeteksi gelombang dibawah ataupun diatas kisaran frekuensi tersebut.

Hantu memiliki frekuensi dibawah normal manusia. Mereka memiliki gelombang infrasonik 18,98 Hz. Rentang frekuensi ini sama dengan yang digunakan oleh seismometer untuk mendeteksi gempa bumi. Itulah alasan kenapa keberadaan hantu tidak bisa dideteksi oleh indra manusia normal. 

Seperti banyak cerita yang kita dengar bahwa hantu suka menghuni tempat yang lembab. Tempat lembab tersebut memungkinkan tumbuhnya jamur. Rumah-rumah berhantu identik dengan kondisinya yang kotor dan penuh jamur.

Para ilmuwan telah berupaya menggambar hubungan yang kuat antara keberadaan jamur dengan penampakan hantu, tetapi sejauh ini buktinya sebagian besar anekdot.

Menghirup karbon monoksida yang terlalu banyak dapat menuntun kita untuk melihat, mendengar, dan merasakan hal yang tidak benar-benar ada di sana. Gas yang gak berwarna ini secara perlahan dapat meracuni kinerja otak hingga mampu membuat kita mengalami delusi. Karbon monoksida dapat menyebabkan halusinasi pendengaran, perasaan tertekan di dada, dan perasaan takut yang gak dapat dijelaskan.

Ada sebuah kisah hantu yang sering dari tahun 1920-an tentang keluarga H yang pindah ke sebuah rumah baru. Mereka sering mendengar langkah kaki, melihat penampakan, dan merasakan kehadiran paranormal berbahaya. Ternyata menurut penyeledikan, hal tersebut merupakan efek keracunan karbon monoksida dari tungku yang rusak.

Studi menunjukkan bahwa manusia cenderung percaya pada pengalaman paranormal jika orang lain juga mendukung keyakinannya. Saat kita mencoba meyakinkan diri kita sendiri bahwa apa yang dilihat atau dengar bukanlah hal nyata, maka harus ada orang lain yang juga mendukung pemikiran tersebut. Jadi, kepercayaan kita pada hantu bisa dipengaruhi oleh kekuatan sugesti.

Ahli saraf berpendapat bahwa otak kita melepaskan dopamin, zat kimia yang berhubungan dengan kesenangan ketika kita takut. Banyaknya dopamin dan reseptor yang dimiliki dapat memengaruhi apakah kita tipe orang gampang ditakuti atau seorang pemberani. 

Nah, ketika merasa takut, kepercayaan kita pada sosok hantu menjadi lebih besar. Saat mendengar suara langkah kaki atau ketawa, secara otomatis kita akan menghubungkannya pada penampakan hantu. Padal hal tersebut bisa saja berasal dari halusinasi kita. 

Itulah 5 penjelasan ilmiah mengenai keberadaan hantu. Percaya atau tidak percaya dengan eksistensi hantu, semuanya kembali pada diri kita masing-masing. Jadi, kalau ngomongin soal hantu kamu tipe yang pemberani atau penakut nih?