Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hewan yang Dianggap Mengalami Overpopulasi

ilustrasi ubur-ubur (unsplash.com/Tony Reid)
Intinya sih...
  • Kucing dan anjing mengalami overpopulasi di berbagai negara, menyebabkan masalah kesejahteraan hewan dan kesehatan masyarakat.
  • Kelebihan populasi kanguru di Australia Barat disebabkan oleh perubahan lingkungan yang disebabkan oleh manusia.
  • Overpopulasi ubur-ubur dan berang-berang juga menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan dan ekosistem.

Di berbagai belahan dunia, ada spesies hewan yang berkembang biak begitu cepat hingga mengganggu keseimbangan alam dan aktivitas manusia. Fenomena ini dikenal sebagai overpopulasi, dan dampaknya bisa sangat mencengangkan. Mulai dari hancurnya tanaman pertanian, penyebaran penyakit, hingga punahnya spesies lain karena persaingan sumber daya.

Masalah ini tidak hanya terjadi di alam liar, tapi juga di kota-kota besar.Perkembangbiakan hewan yang tidak terkendali bisa menjadi ancaman bagi lingkungan maupun hewan itu sendiri. Di sini, kita akan membahas berbagai contoh hewan yang mengalami overpopulasi, penyebabnya, serta dampak dan upaya penanganannya.

1. Kucing

ilustrasi kucing peliharaan (pexels.com/Jakub Zerdzicki)

Kucing merupakan hewan favorit jutaan manusia dan menjadi hewan peliharaan paling populer di berbagai belahan dunia. Namun, cepatnya perkembangbiakan kucing dan kurangnya kesadaran untuk mengebiri hewan ini membuat kucing mengalami overpopulasi.

Overpopulasi kucing membuat hewan lucu ini tidak dapat ditampung di rumah maupun shelter, kesulitan mencari makan, rentan tertabrak kendaraan, bahkan dianggap hama. Di banyak tempat, kucing bahkan dieutanasia untuk mengurangi populasinya. Jadi, jika kamu adalah pemilik kucing, yuk steril anabulmu untuk membantu mengendalikan populasinya.

2. Kanguru

ilustrasi kanguru (unsplash.com/Ondrej Machart)

Siapa sangka, hewan asli Australia ini mengalami overpopulasi di negara asalnya, khususnya Australia Barat. Kelebihan populasi kanguru ini didorong oleh beberapa perubahan yang disebabkan oleh manusia. Konversi lahan menjadi lahan pertanian menyediakan makanan yang melimpah bagi kanguru, sementara penghilangan predator seperti dingo telah mengurangi pengendalian populasi alami. Selain itu, sumber air buatan untuk ternak memberi kanguru akses yang konsisten ke air, bahkan di daerah kering. 

Faktor-faktor ini menciptakan kondisi ideal untuk kelangsungan hidup dan reproduksi kanguru. Tanpa pemeriksaan dan keseimbangan alami, jumlah kanguru telah melonjak tajam, menimbulkan tantangan ekologis dan ekonomi di seluruh padang rumput.

3. Ubur-ubur

ilustrasi ubur-ubur (unsplash.com/Caleb Jack)

Ubur-ubur berkembangbiak dan tumbuh begitu cepat, bisa makan apa pun, hampir tidak memiliki predator, dan sulit mati. Ini membuat ubur-ubur mengalami overpopulasi, bahkan di lautan seluruh dunia. Sayangnya, overpopulasi ubur-ubur ini memiliki dampak buruk, seperti mengganggu pembangkit listrik. 

4. Berang-berang

ilustrasi berang-berang (pexels.com/Pixabay)

Untuk mengembangkan industru perdagangan bulu, Argentina mengimpor 50 berang-berang dari Kanada pada tahun 1946. Sayangnya, sejak saat itu, populasi berang-berang terus bertambah hingga menjadi koloni yang jumahnya lebih dari 200.000. Berang-berang telah menyebar ke Chili dan menebang pohon-pohon yang tak terhitung jumlahnya. 

Para pejabat telah mencoba menjebak hewan ini, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Solusinya, pemerintah mendorong restoran untuk menambahkan berang-berang ke menu mereka.

5. Monyet

ilustrasi monyet (pexels.com/Alex P)

Populasi monyet tumbuh tak terkendali di berbagai belahan dunia, salah satunya di India. Di India, monyet mewakili dewa Hindu Hanuman dan penduduk memberi mereka makan untuk alasan agama. Hasilnya, momyet-monyet di sini hanya bergantung pada manusia untuk mendapatkan makanan. Mereka juga menunjukkan perilaku yang mengganggu, seperti masuk ke dalam rumah, turun ke jalan-jalan, dan mengikuti orang, untuk bisa mendapatkan makanan.

6. Anjing

ilustrasi seekor anjing (pexels.com/garfield)

Sama seperti kucing, anjing juga merupakan hewan peliharaan favorit yang mengalami overpopulasi. Dampaknya, banyak anjing ditelantarkan, hidup sebagai anjing liar, atau berakhir di shelter yang penuh sesak. 

Penyebab overpopulasi anjing, meliputi:

  • Perkembangbiakan yang tidak terkendali karena kurangnya sterilisasi
  • Pemilik yang tidak bertanggung jawab, seperti menelantarkan hewan peliharaan yang tidak diinginkan
  • Kurangnya penegakan peraturan hewan peliharaan dan kontrol perkembangbiakan
  • Breeder yang dengan sengaja mengembangbiakkan anjing untuk tujuan komersial tanpa batas.

Konsekuensi dari kelebihan populasi anjing meliputi masalah kesehatan masyarakat (seperti gigitan atau risiko rabies), penderitaan hewan, dan peningkatan tindakan eutanasia di tempat penampungan.

7. Lionfish

Lionfish, salah satu ikan yang bisa menyengat (commons.wikimedia.org/Christian Mehlführer)

Ilmuwan percaya bahwa lionfish atau ikan singa pertama kali masuk ke Karibia setelah Badai Andrew menghantam akuarium pada tahun 1992. Beberapa ikan lepas dan menjadi spesies invasif sejak saat itu. Untuk menghentikan penyebaran lioinfish, para ilmuwan berupaya untuk memperkenalkan kembali musuh alami mereka, yaitu ikan kerapu.

Overpopulasi hewan bukanlah hal yang bagus, baik bagi hewan itu sediri maupun lingkungan. Karenanya, penting untuk melakukan upaya guna mengendalikan populasi hewan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi keberlangsungan spesies lain dan kehidupan manusia di sekitarnya.

Referensi 

Phys.org. Diakses pada Mei 2025. Kangaroo populations booming in parts of Western Australia, threatening biodiversity
Salon. Diakses pada Mei 2025. 11 species we should hunt more often
Save a Cat. Diakses pada Mei 2025. Cat Overpopulation: A National Crisis
Shelter Animal. Diakses pada Mei 2025. Understanding Dog Overpopulation

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Eka Amira Yasien
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us