Penderitaan hewan sulit diukur, tetapi para ilmuwan baru-baru ini mengembangkan kerangka kerja standar yang memperhitungkan intensitas keadaan negatif seperti stres atau rasa sakit dan lama waktu yang dialami, menurut laman Science Alert.
Kerangka kerja ini disebut Welfare Footprint Framework (WFF). Harapannya, memungkinkan orang yang bekerja dengan hewan— biologiwan, dokter hewan, penjaga kebun binatang, petani, dll—untuk membandingkan dan meningkatkan standar kesejahteraan hewan.
"Dampak praktik pemeliharaan ternak terhadap kesejahteraan hewan semakin meningkat, seperti yang terlihat dari gerakan konsumen, upaya sertifikasi, skema akreditasi, kebijakan, dan peraturan yang memprioritaskan kesejahteraan hewan," tulis para penulis studi tersebut.
Temuan ini memberikan perkiraan kuantitatif pertama tentang rasa sakit selama pengolahan ikan, menunjukkan skala potensi perbaikan kesejahteraan yang dapat dicapai melalui metode penghilangan kesadaran yang efektif.
ilustrasi ikan tenggiri (unsplash.com/Ben Wicks)
Dengan menyortir tumpukan artikel ilmiah yang telah diterbitkan, tim tersebut berhasil menggambarkan secara rinci pengalaman seekor ikan yang terperangkap di luar air.
Hanya lima detik paparan udara memicu respons neurokimia yang mungkin kita kaitkan dengan emosi negatif pada diri kita sendiri. Perilaku seperti berputar dan berbelok dengan kuat lebih lanjut menunjukkan reaksi penolakan yang intens.
Tanpa air, struktur insang yang halus yang bertukar oksigen dengan karbon dioksida menempel satu sama lain, menyebabkan karbon dioksida dari pernapasan menumpuk. Peningkatan level ini memicu nociception—sistem peringatan tubuh—yang menyebabkan ikan menghirup udara dengan terengah-engah. Akhirnya, level karbon dioksida yang tinggi mengasamkan darah dan cairan serebrospinal, yang pada akhirnya membuat pingsan.