6 Fakta Tentang Batavia dan VOC yang Belum Banyak Diketahui Orang

#ANGPOIN Ada rahasia besar yang disembunyikan VOC 

VOC sendiri sebenarnya terbentuk dari enam perusahaan dagang yang berada di Belanda untuk memperkuat armada dagang Belanda, agar mampu bersaing dengan armada dagang dari beberapa negara lain, seperti Spanyol dan Portugis.

VOC pun mendapatkan hak istimewa dan mulai mendirikan kantor pusatnya di wilayah Maluku. Tak hanya itu, VOC juga terlibat dalam politik internal Jawa pada masanya.

Fakta dan kisah mengenai VOC dengan Batavia pun menjadi hal yang paling menarik dalam perjalan bisnis VOC. Ada beberapa fakta menarik antara VOC dan Batavia yang sebenarnya saling berhubungan, tapi tidak banyak diketahui orang. Apa saja fakta-fakta tersebut?

1. Hak Octrooi

6 Fakta Tentang Batavia dan VOC yang Belum Banyak Diketahui Orangwww.sureplus.id

VOC dibentuk sebagai upaya untuk menghindari persaingan antara perusahaan dagang Belanda dan sekaligus memperkuat diri supaya bisa bersaing dengan perusahaan dagang negara lain, seperti Inggris dan Portugis.

Dengan ini, VOC diberi hak istimewa yang disebut sebagai Hak Octrooi, yang berisi hak monopoli dagang, membuat uang, mendirikan benteng, melakukan perjanjian kerjasama dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia, dan hak membentuk negara.

Itulah mengapa dengan adanya hak istimewa ini, VOC disebut sebagai negara di dalam negara. Dengan hak-hak tadi, VOC sering kali menindas warga pribumi dengan melakukan tindakan sewenang-wenangnya dan tidak memperhartikan kepentingan masyarakat Indonesia. 

Kebijakan ekspansif juga gencar diwujudkan oleh J. Pieterzoon Coen saat dirinya naik ke kursi Gubernur Jenderal pada tahun 1618, dan jabatannya baru disahkan satu tahun kemudian. Ia juga memindahkan pos dagang VOC yang semula berada di Banten dan kantor VOC yang ada di Maluku menjadi ke Batavia. Ia juga mengganti nama Jayakarta menjadi Batavieren atau Batavia yang berarti "benteng".

2. Rahasia besar di balik lemari Heeren XVII

6 Fakta Tentang Batavia dan VOC yang Belum Banyak Diketahui Orangeuropeana.eu

Nama Heeren XVII atau Gentlemen Seventeen mungkin sangat asing di telinga karena hampir dalam sejarah VOC yang diajarkan di bangku sekolah tak pernah menyebut nama direksi VOC ini. Heeren XVII sendiri adalah nama untuk direksi VOC yang memiliki enam kamers (bagian) di Amsterdam, Middelburg, Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam. Keenam kamers tadi berkumpul sebagai Heeren XVII atau 17 Tuan.

Awalnya, pengurus VOC berjumlah 60 orang, namun karena dianggap terlalu banyak, jadi diadakan pemilihan pengurus dan akhirnya tersisa 17 orang, yang diambil dari beberapa kota di Belanda. Ketika VOC sedang 'banyak urusan', Heeren XVII ini akan mengangkat Raad van Indie atau Gubernur Jenderal. Saat itu yang terpilih adalah Pieter Both.

Ada fakta menarik di dalam ruang sidang Heeren XVII ini, yaitu sebuah lemari besi tua besar yang hanya bisa dibuka dengan 17 kunci yang dipegang oleh 17 anggota Heeren XVII. Di dalam lemari tersebut terdapat seluruh dokumen dan surat-surat dagang VOC.

Dengan ini dapat terlihat cara kerja para petinggi VOC yang sangat menjaga kerahasiaan perusahaan dagang yang akhirnya dibubarkan tahun 1799.

Baca Juga: Peraturan Dagang VOC dan Dampaknya Bagi Bangsa Indonesia

3. Kampung-kampung etnis di Batavia

6 Fakta Tentang Batavia dan VOC yang Belum Banyak Diketahui Orangid.wikipedia.org

Membangun sebuah kota yang sudah dikuasai sejak tahun 1691, VOC banyak mendatangkan orang-orang dari daerah di Nusantara untuk membantu membangun Batavia.

Selama itu pula, lebih dari 40 kelompok masyarakat yang berasal dari berbagai wilayah tadi dikelompokkan dalam sebuah perkampungan oleh VOC. Tentu, berdasarkan latar belakang suku masing-masing.

Tak hanya dari wilayah di Nusantara, etnis-etnis tadi juga didatangkan dari luar Nusantara. Tak heran jika penduduk pendatang Batavia saat masa itu berjumlah 128.000 jiwa, sedangkan jumlah penduduk Eropa hanya 600 orang.

Untuk kampung tertua yang dibangun VOC adalah Kampung Banda. Kampung ini merupakan hasil migrasi yang dilakukan J. Pieterszoon Coen pada 1621. Tak hanya itu, kampung-kampung seperti Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, dan lain-lain memiliki latar belakang pembentukan yang sama. Etnis-etnis mereka bahkan sudah beranak pinak terlepas dari suku mana mereka berasal. 

4. Transvestisme

6 Fakta Tentang Batavia dan VOC yang Belum Banyak Diketahui Orangwww.colonialvoyage.com

Transvestisme atau transvestit adalah sebuah perilaku penyimpangan seksual pada seseorang yang ditunjukkan dengan mengenakan pakaian lawan jenis. Eits, jangan salah sangka dulu.

Pada zaman Belanda hal ini 'lazim' dilakukan oleh para wanita yang ingin melakukan pelayaran dengan cara menyamar sebagai laki-laki. Mereka terpaksa melakukan hal tersebut karena terlilit dengan kebijakan VOC yang tidak memperbolehkan membawa wanita dalam pelayaran. Meski pada satu sisi pemerintah Belanda tak permisif terhadap wanita yang ketahuan menyamar tadi.

Hal yang harus diingat adalah, hukum Belanda berasal dari hukum adat dan Injil. Transvestisme bagi mereka adalah sebuah tindakan kriminal, walau akhirnya tak menampik kemungkinan alasan transvestisme tadi dijadikan alat untuk memperberat hukuman seseorang yang sudah 'terlanjur' bertindak kriminal lainnya.

5. VOC tak hanya mengangkut rempah-rempah dalam kargonya

6 Fakta Tentang Batavia dan VOC yang Belum Banyak Diketahui Orangbartelegallery.com

Benar, jika VOC memiliki semboyan "gold, glory, gospel" atau yang berarti sebagai kekayaan, kejayaan, dan penyebaran agama (kepercayaan). Namun, sebenarnya hanya dua hal yang dibutuhkan VOC, yaitu gold dan glory. Dengan itu mereka berambisi 'menjual apa pun' yang bisa menghasilkan uang atau kekayaan bagi mereka.

Selama ini kita tahu, bahwa VOC menjual rempah-rempah atau hasil bumi Nusantara ke pasar internasional, salah satunya Belanda. Ternyata VOC tak hanya menjual komoditi tadi saja.

Ada beberapa macam komoditi yang diekspor VOC berupa hasil bumi, seperti pala dan cengkih. Namun saat komoditi tadi sedang sepi peminat, VOC akan mengekspor ragam komoditas negeri tropis lainnya, seperti ayam, beras, kuda, bahkan budak.

Pada masanya, budak adalah salah satu komoditas perdagangan yang juga paling banyak dicari oleh pembeli Belanda. Di Belanda, budak tak hanya dibutuhkan sebagai tenaga kerja, tetapi juga sebagai simbol status sosial. Tak heran, budak di Belanda akan dirawat sebaik mungkin oleh Tuannya, meski ternyata penindasan pun tetap mereka dapatkan.

6. Batavia dan kuburan para orang Eropa

6 Fakta Tentang Batavia dan VOC yang Belum Banyak Diketahui Orangbartelegallery.com

Fakta unik selanjutnya adalah 'rasa cinta tanah air' orang Belanda. Mereka selalu ingin cepat menyelesaikan masa dinasnya di Hindia Timur, khususnya Hindia Belanda dan kembali lagi ke Eropa. Itulah mengapa dikatan, jika orang Belanda pantang menetap. Tentu, hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan orang-orang Portugis yang ingin menetap dan beranak pinak setibanya di Indonesia.

Ketidakinginan orang Belanda untuk menetap di Batavia dan Nusantara adalah adanya beberapa faktor yang disebabkan dari ciri khas mentalitas orang Belanda tadi.

Mereka tak akan menetap karena beberapa hal: tujuan mereka hanyalah mencari kekayaan, tidak adanya kelonggaran yang diberi VOC kepada prakarsa perorangan, tidak terdapat sarana untuk memperkenalkan dan menyesuaikan kebudayaan Nusantara, faktor cuaca, dan ketidakberdayaan dokter yang membuat Batavia dianggap sebagai "kuburan para orang Eropa". Hal ini terlihat dari tidak mendominasinya orang Eropa di Batavia yang saat itu jumlahnya bahkan kurang dari sepuluh persen penduduk Batavia.

Itulah enam fakta tentang Batavia dan VOC yang belum banyak diketahui orang banyak. Fakta-fakta tadi memang jarang disebarluaskan dalam lingkungan masyarakat atau menjadi pembahasan materi pelajaran di bangku-bangku sekolah. Fakta-fakta tadi juga menjadi simbol imperialisme Belanda di Nusantara pada masanya.

Baca Juga: 5 Film Bersetting di Hindia Belanda yang Harus Banget Ditonton

Ines Melia Photo Verified Writer Ines Melia

Dengan menulis saya 'bersuara'. Dengan menulis saya merasa bebas.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya